Penyebab dan Cara Mengobati Keputihan Warna Hijau

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit

Sebenarnya normal jika organ intim mengeluarkan cairan yang berisi campuran sel dan cairan tubuh yang disebut juga keputihan. Ciri-ciri keputihan normal umumnya bervariasi dari segi konsistensi maupun warnanya karena tergantung dari tahapan dalam siklus haid. Namun, kadang kala muncul keputihan warna hijau. Bahayakah? mari kita bahas lebih lanjut.

Keputihan yang tidak normal akan disertai aroma tak sedap, perubahan warna, nyeri, iritasi, gatal, perih, hingga munculnya bercak darah. Kondisi ini bisa menandakan adanya infeksi bakteri, peradangan atau bahkan penyakit menular seksual. Untuk lebih jelas mengenai apa penyebab serta bagaimana cara mengatasinya keputihan berwarna hijau ini, mari simak penjabaran berikut.

Keputihan warna hijau

Penyebab Keputihan Warna Hijau

Berikut adalah beberapa penyebab munculnya keputihan warna hijau:

1. Trikomoniasis

Penyebab paling umum keputihan warna hijau adalah penyakit menular seksual Trikomoniasis. Infeksi yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis ini mudah menular melalui hubungan intim. Dibanding lainnya, Trikomoniasis mungkin jarang terjadi, belum lagi 70% pengidapnya juga tidak mengalami gejala apapun. Namun jika ada gejala yang dirasakan, maka itu biasanya muncul dalam waktu 5-28 hari. Berikut adalah beberapa gejala Trikomoniasis:

  • Keputihan warna hijau muda/ tua, atau kuning kehijauan yang disertai bau tak sedap.
  • Vagina gatal, perih, serta kemerahan.
  • Rasa tidak nyaman ketika buang air kecil atau berhubungan intim.
  • Bercak darah ringan.
  • Sakit pinggul (jarang terjadi).

Berita baiknya, trikomoniasis dapat diobati dengan antibiotik seperti metronidazole atau tinidazole.

2. Infeksi bakteri

Sistem reproduksi wanita memiliki struktur ‘terbuka’ melalui vagina sehingga rawan terkena infeksi - tak hanya dari organisme luar, namun juga yang ada dalam vagina itu sendiri.

Bakteri dalam organ keintiman misalnya, bila jumlahnya berkembang lebih dari normal, itu dapat memicu infeksi sehingga keluarlah cairan abnormal. Salah satu contohnya adalah bakteri penyebab gonore, klamidia, atau vaginosis bakterialis (BV).

Berbeda dengan gonore dan klamidia, vaginosis bakterialis bukanlah penyakit menular seksual. BV lebih disebabkan karena ketidakseimbangan jumlah bakteri di vagina. Penyebabnya bukan karena minimnya higienitas. Sebaliknya, terlalu berlebihan membersihkan vagina justru bisa meningkatkan risikonya.

Gejala BV antara lain: vagina gatal dan perih, serta keluarnya cairan abnormal disertai aroma tak sedap atau darah. Sama seperti trikomoniasis, infeksi bakteri ini dapat diatasi dengan bantuan antibiotik.

3. Infeksi saluran kencing

Lain halnya bila keputihan warna hijau dialami ibu hamil, penyebabnya bisa jadi karena infeksi saluran kencing. Kondisi ini tergolong wajar selama kehamilan. Alasannya karena ketika ukuran rahim membesar, itu akan menghalangi aliran urin. Akibatnya kandung kemih sering dipenuhi urin sehingga menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat.

Nah bila seseorang sampai menahan kencing, itu akan meningkatkan risiko infeksi. Menahan kencing membuat jumlah bakteri di saluran kencing meningkat sehingga memicu infeksi.

Ibu hamil yang mengalami keputihan warna hijau tentu saja harus periksa ke dokter guna memastikan bahwa penyebabnya bukanlah penyakit menular seksual. Perlu diketahui bahwa bila sang ibu menderita penyakit menular seksual, maka itu bisa membahayakan janin.

Tapi kalau diagnosa dokter adalah infeksi saluran kencing, maka itu dapat diatasi dengan mudah menggunakan antibiotik. Sayangnya karena ada banyak pantangan saat hamil, maka solusi ini mungkin perlu didiskusikan lebih lanjut dengan dokter.

Baca juga: Cara alami mengobati infeksi saluran kemih.

4. Infeksi jamur

Sama halnya dengan bakteri, bila jumlah jamur dalam vagina terganggu keseimbangannya, ini juga berpotensi menyebabkan infeksi disertai gatal dan keluarnya cairan abnormal termasuk keputihan warna hijau.

5. Produk tertentu

Penyebab keputihan warna hijau berikutnya adalah produk tertentu yang masuk atau mengenai vagina. Contohnya tampon, kalau dibiarkan berada dalam vagina terlalu lama seringkali membuat cairan organ keintiman jadi abnormal.

Beberapa produk lain adalah spray atau sabun dengan aroma wangi, serta douching (menyemprot kemaluan dengan air yang terlalu kencang) yang juga berpotensi merusak keseimbangan cairan dalam organ keintiman wanita.

Cara Mengobati Keputihan Warna Hijau

Selain dengan antibiotik, metode alami dan perubahan gaya hidup juga baik dilakukan untuk meredakan gejala keputihan warna hijau ini.

  • Guna meredakan gatal atau bengkak misalnya, gunakan kompres dingin.
  • Jika penyebabnya adalah infeksi jamur, belilah krim antijamur di apotek.
  • Batasi douching dan penggunaan produk dengan zat pewangi agar cairan vagina kembali normal.
  • Gunakan kondom untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual.

Kapan saatnya menemui dokter?

Meski kebanyakan kasus keputihan warna hijau tidaklah berbahaya, namun ada kalanya kondisi ini mampu mengancam nyawa penderitanya. Oleh sebab itu, segeralah pergi ke RS jika mengalami keputihan warna hijau yang disertai kondisi berikut:


6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kashtan, P. The Bump. Discharge During Pregnancy. (https://www.thebump.com/a/is-discharge-normal-during-pregnancy)
Thompson, D. Health (2017). 8 Rules for a Healthy Vagina. (https://www.everydayhealth.com/womens-health-pictures/hygiene-rules-for-a-healthy-vagina.aspx)
Schaeffer, J. Healthline (2017). Vaginal Discharge During Pregnancy: What’s Normal? (https://www.healthline.com/health/pregnancy/vaginal-discharge-during-pregnancy)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app