Kenali 3 Jenis Psikosis yang Paling Umum dan Gejalanya

Dipublish tanggal: Mar 13, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit
Kenali 3 Jenis Psikosis yang Paling Umum dan Gejalanya

Anda mungkin pernah berhalusinasi terhadap sesuatu. Misalnya membayangkan kehadiran seseorang yang telah tiada, mendengar suara orang memanggil yang sebetulnya tidak ada wujudnya. Jika Anda terus-terusan mengalaminya hingga sulit membedakan mana kenyataan dan halusinasi, bisa jadi Anda mengalami psikosis.

Apa itu psikosis?

Psikosis adalah kondisi ketika seseorang melihat, mendengar, atau meyakini hal-hal yang sebetulnya tidak nyata. Orang yang mengalami psikosis cenderung sulit membedakan mana kenyataan dan mana yang hanya sekadar imajinasi.

Misalnya, Anda mendengar seseorang berteriak memanggil nama Anda, padahal tidak ada seorangpun di dekat Anda. Atau bisa juga melihat seseorang di hadapan Anda, yang sebenarnya tidak ada.

Perlu dicatat bahwa ini bukan berarti psikosis sama dengan penyakit gila. Psikosis juga bukanlah suatu penyakit kejiwaan, tapi suatu gejala untuk gangguan mental lainnya.

Orang dewasa muda sangat rentan mengalami psikosis. Kondisi ini seringnya mengarah pada skizofrenia, suatu gangguan psikotik yang umum terjadi pada remaja dan usia dewasa muda.

Jenis-jenis psikosis

Ada 3 jenis psikosis yang paling umum di masyarakat, di antaranya:

Gangguan psikotik singkat

Sama seperti namanya, jenis psikotis ini terjadi dalam waktu singkat karena kejadian tertentu. Misalnya karena kematian anggota keluarga.

Seseorang yang mengalami gangguan psikotik singkat umumnya bisa pulih dengan cepat. Biasanya dibutuhkan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung dari sumber stresnya.

Psikosis yang terkait obat-obatan atau alkohol

Gejala psikosis ternyata bisa dipicu oleh penggunaan alkohol atau obat stimultan tertentu. Obat halusinogenik seperti LSD dapat menyebabkan seseorang melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

Beberapa obat resep seperti steroid dan stimulan juga dapat menyebabkan gejala psikosis. Namun, efek ini hanya sementara dan akan hilang beberapa saat setelah minum obat.

Psikosis organik

Psikosis organik adalah jenis psikosis yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik. Contohnya karena cedera kepala atau infeksi yang dapat merangsang gejala psikotik.

Gejala psikosis juga bisa muncul akibat stres berlebihan. Berikut ini berbagai jenis psikosis yang disebabkan oleh stres, di antaranya:

  • Bipolar disorder: Orang dengan gangguan bipolar rentan mengalami psikosis. Ketika suasana hatinya sedang sedih, marah, atau takut, maka penderita akan merasa tertekan. Dampak fatalnya, mereka mudah berpikiran untuk bunuh diri.
  • Delusional disorder: Orang yang mengalami masalah delusi sangat percaya dengan hal-hal yang tidak nyata. Kondisi ini bisa terjadi setidaknya 1 bulan.
  • Depresi psikosis: Orang yang sedang depresi akan mudah mengalami halusinasi dan delusi. Pada akhirnya, mereka rentan terkena psikosis.
  • Skizofrenia: Skizofrenia adalah penyakit seumur hidup yang umumnya memiliki gejala psikotik.

Penyebab dari psikosis

Setiap kasus psikosis berbeda-beda dan belum diketahui penyebab pastinya. 

Penyebab psikosis bisa terjadi karena faktor gangguan mental yang dialami. Psikosis juga bisa terjadi akibat efek penyalahgunaan zat, stres, atau trauma fisik yang ekstrem.

Penyakit yang dapat memicu psikosis di antaranya:

Gejala terjadinya psikosis

Ada 2 gejala psikosis yang paling utama, yaitu:

Halusinasi

Halusinasi adalah kondisi ketika seseorang mendengar, melihat, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi yang paling umum terjadi adalah halusinasi pendengaran.

Delusi

Delusi terjadi saat seseorang memiliki keyakinan kuat terhadap sesuatu, padahal hal tersebut adalah salah. Kombinasi halusinasi dan delusi dapat menyebabkan perubahan perilaku yang parah, lalu mengarah pada psikosis.

Selain itu, ada juga tanda-tanda lainnya yang dialami oleh orang dengan psikosis, di antaranya:

  • Susah berkonsentrasi
  • Depresi
  • Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
  • Cemas berlebihan
  • Penuh rasa curiga
  • Menarik diri dari keluarga dan teman
  • Bicara tidak jelas dan sering mengalihkan topik
  • Muncul pikiran untuk bunuh diri

Gejala psikosis pada anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Anak kecil memang secara alamiah memiliki imajinasi lebih kuat. Ketika mereka berbicara dengan teman khayalannya, maka ini tidak selalu berarti anak tersebut mengalami psikosis.

Bila Anda atau orang terdekat mengalami gejala psikosis, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis kejiwaan atau psikiater terdekat. 

Pencegahan psikosis

Penting bagi Anda untuk periksakan diri ke dokter atau psikiater jika mengalami gejala psikosis. Semakin cepat gejalanya terdeteksi, maka Anda akan semakin terhindar dari psikosis yang lebih parah.

Membiarkan gejala psikosis terus terjadi dapat membahayakan diri Anda sendiri dan orang lain. Gangguan psikosis bisa membuat Anda tidak berpikir panjang saat ingin bunuh diri.

Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah psikosis semakin parah, yaitu:

  • Jauhi semua benda-benda tajam atau membahayakan, misalnya senjata, pisau, atau obat-obatan tertentu.
  • Dengarkan keluhan penderita tanpa membantah.
  • Tetaplah bersama orang tersebut sampai bantuan tiba.

Hindari juga minum minuman alkohol yang bisa memperburuk gejala. Lakukan teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi untuk membantu menenangkan pikiran Anda.

Pengobatan psikosis

Psikosis bukanlah suatu gangguan mental yang bisa disepelekan. Gejala psikosis yang semakin parah tidak hanya bisa melukai diri sendiri, tapi juga bagi orang lain.

Dokter atau psikiater akan mengawasi perilaku dan gejala yang dialami oleh pasien. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan medis dan sinar-X untuk memastikan penyebab psikosis.

Pengobatan psikosis biasanya terdiri dari kombinasi obat-obatan dan terapi. Lebih jelasnya sebagai berikut:

Rapid tranquilization

Orang yang mengalami psikosis cenderung merasa gelisah dan mudah menyakiti diri sendiri. Maka diperlukan metode rapid tranquilization atau terapi penenangan cepat.

Terapi ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke dalam tubuh pasien. Obat tersebut akan membuat pasien jadi lebih rileks dengan cepat.

Pemberian obat-obatan

Gejala psikosis dapat dikendalikan dengan obat antipsikotik. Obat ini dapat mengurangi halusinasi dan delusi, sehingga pasien bisa berpikir lebih jernih.

Jenis obat antipsikotik yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala yang dialami. Jangka waktunya pun bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Bila gejala psikosis cenderung ringan, maka Anda hanya perlu minum obat ini selama beberapa waktu. Lain halnya dengan orang skizofrenia, mereka harus minum obat antipsikotik seumur hidup.

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah pemikiran dan perilaku pasien. Terapi ini terbukti efektif meringankan gejala psikosis yang mengganggu hidup pasien.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Psychosis: Symptoms, Causes, and Risk Factors. Healthline. (https://www.healthline.com/health/psychosis)
Psychosis - Symptoms. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/conditions/psychosis/symptoms/)
Brief Psychotic Disorder: Practice Essentials, Background, Pathophysiology and Etiology. Medscape. (https://emedicine.medscape.com/article/294416-overview)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app