Infografik: Tuberkulosis (TBC) di Indonesia

Dipublish tanggal: Jul 12, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Infografik: Tuberkulosis (TBC) di Indonesia

Pasti Anda sudah tidak asing lagi mendengar tentang penyakit Tuberkulosis atau TBC. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). 

Sebagian besar kuman TBC umumnya menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Hampir setiap detiknya beberapa orang terinfeksi dengan tuberkulosis.

TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Pada sekitar tahun 2016, jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian pada 1,7 juta orang diantaranya. Lebih dari 95% kematian pada penderita TBC terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah.

TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi kasus tuberkulosis terbanyak tahun 2016 ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun) yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25 persen.

Sama seperti halnya di Indonesia, hingga saat ini, Indonesia masih tercatat sebagai salah satu dari negara kedua terbesar dengan infeksi Tuberkulosis atau TB/TBC yang tinggi. Bahkan, data WHO memperkirakan 842 ribu kasus baru dengan kematian 107 ribu kasus.

Perlu Anda ketahui kuman TBC dapat bertahan dalam udara bebas selama 1-2 jam. Oleh karena itu, seseorang berisiko tertular TBC karena TBC dapat ditularkan melalui udara, terutama jika pasien TBC berbicara, batuk atau bersin dan berdekatan dengan orang lain.

Gejala Klinis Pasien Tuberkulosis

Gejala utama seseorang dengan TBC paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. 

Mengingat prevalensi TBC di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka atau suspek menderita TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

Faktor Risiko Terjadinya Tuberkulosis

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian TBC pada kelompok masyarakat, diantaranya:

  • Faktor predisposisi (status gizi, imunisasi, HIV, diabetes melitus dan pendidikan)
  • Faktor pendukung ( lingkungan rumah, sosial ekonomi, fasilitas dan sarana kesehatan)
  • Faktor pendorong (gaya hidup dan perilaku masyarakat)
  • Lainnya (umur dan jenis kelamain)

Pengobatan Tuberkulosis

Seseorang yang sudah positif terkena TBC akan menjalankan pengobatan selama 6-8 bulan yang terbagi dalam 2 tahap, tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal atau fase intensif, pada tahap ini penderita mengkonsumsi obat setiap hari selama dua atau tiga bulan. Tahap lanjutan penderita TBC mengkonsumsi obat tiga kali seminggu selama 4-5 bulan.

Penatalaksanaan TBC terutama bertujuan untuk kesembuhan penderita dan untuk menurunkan transmisi penularan TBC, serta untuk mencegah kematian dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan di Indonesia mengacu pada WHO 2003, yaitu berdasar 4 kategori diagnosa TBC. 

Regimen-regimen yang digunakan adalah INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan penderita TBC. 

Bila seseorang yang mengalami TBC menjalankan seri pengobatan secara lengkap dan utuh, maka pasien TBC dapat sembuh sempurna atau dengan komplikasi yang minimal.

Pencegahan Penyakit Tuberkulosis

Karenanya sangat penting bagi kita untuk mengetahui etika batuk, sehingga dapat mencegah penularan penyakit TBC kepada orang lain, seperti menggunakan masker, menutup mulut dengan lengan saat batuk dan bersin.

Lebih dari itu, menjaga kebersihan lingkungan juga patut dijalani oleh masyarakat khususnya dengan memiliki ventilasi yang baik di rumah dapat mengurangi kuman TBC yang terbang terbawa oleh udara. Perlu pula diketahui, kuman TBC dapat terbunuh bila terkena sinar matahari langsung.

Prognosis Penyakit Tuberkulosis

Tanpa pengobatan yang tepat angka kematian akibat tuberculosis dapat mencapai 50% dalam waktu 5 tahun. Namun secara umum, kesembuhan dari tuberkulosis setelah menjalani seri pengobatan secara lengkap dan utuh dinilai sangat baik, dengan full recovery ataupun komplikasi minimal.

Risiko kematian / komplikasi pasca mengalami infeksi TBC dapat meningkat yang berkaitan dengan faktor-faktor lain seperti umur (ekstrem muda atau ekstrem tua), kebiasaan merokok, keterlambatan diagnosis dan terapi, immunocompromised dan diabetes.


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Quality Tuberculosis Care in Indonesia: Using Patient Pathway Analysis to Optimize Public–Private Collaboration. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5853837/)
The economic burden of tuberculosis in Indonesia. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28826455)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app