Hipertensi (tekanan darah tinggi) umumnya disebut dengan tekanan darah (tensi) tinggi merupakan suatu kondisi kesehatan kronis yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah akibat penyempitan pembuluh darah atau peningkatan volume darah. Kondisi ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Hipertensi tergolong penyakit serius. Apabila tidak mendapat penanganan yang tepat, penderita hipertensi berisiko menderita komplikasi seperti stroke, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, kebutaan, bahkan kematian. Karena gejala penyakit yang tidak begitu jelas di awal, penyakit ini sering dijuluki sebagai silent killer.
Dilansir dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi, dengan 2/3 di antaranya berasal dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, penderita hipertensi terdapat di rentang usia di atas 18 tahun dan mencakup 25,8% dari keseluruhan penduduk. Jumlah pasien tekanan darah tinggi perempuan lebih banyak 6% jika dibandingkan dengan penderita laki-laki.
Penyebab Hipertensi
Dari sekitar 90% kasus yang ada, tidak dapat ditarik kesimpulan pasti mengenai penyebab seseorang menderita hipertensi. Umumnya ada banyak faktor-faktor yang ikut berperan dalam memicu penyakit hipertensi, seperti:
1. Usia
Usia muda bukanlah jaminan seseorang bisa bebas dari hipertensi, kebanyakan kasus penyakit ini ditemukan pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Ahli kesehatan menyebutkan bahwa semakin bertambahnya usia, risiko naiknya tekanan darah akan semakin tinggi.
2. Konsumsi Garam Berlebih
Sebagian orang tidak menyadari kalau kandungan natrium pada garam dapur dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula dengan MSG pada makanan ringan dan mi instan.
3. Obesitas
Proporsi berat badan yang tidak seimbang juga turut menjadi penyebab seseorang terkena hipertensi. Menjaga berat badan tetap ideal adalah langkah yang tepat untuk meminimalisasi risiko tekanan darah tinggi.
4. Keturunan
Hipertensi juga bisa disebabkan oleh mutasi gen atau keturunan. Seseorang akan berisiko terkena penyakit tekanan darah tinggi jika ada salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit ini.
5. Stres dan Kurang Tidur
Stres dan kurang istirahat juga diketahui menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit tekanan darah tinggi.
6. Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat merupakan penyebab paling umum timbulnya penyakit hipertensi. Merokok, jarang berolahraga, kurang mengonsumsi buah dan sayuran, serta konsumsi alkohol dan minuman yang mengandung kafein dalam jumlah berlebih, merupakan kebiasaan yang memicu naiknya tekanan darah pada pembuluh arteri.
Jenis-Jenis Hipertensi
Penyakit hipertensi sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Hipertensi primer merupakan kondisi kesehatan yang ditandai dengan naiknya tekanan darah tanpa sebab yang jelas. Dari sekian banyak kasus di dunia, sekitar 90% pasien mengidap hipertensi tipe ini.
- Hipertensi sekunder. Terjadinya tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi atau penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder ini cenderung muncul tiba-tiba.
Gejala Hipertensi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun gejala yang mungkin muncul saat tensi sudah sangat tinggi antara lain:
- Sakit kepala (terutama di kepala bagian belakang)
- Kesulitan bernapas
- Nyeri di bagian dada
- Penglihatan kabur
- Telinga berdenging
- Darah dalam urin
Cara Mendeteksi Hipertensi
Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang mengidap hipertensi atau tidak adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala di fasilitas kesehatan. Orang dewasa disarankan untuk mengecek tekanan darahnya setidaknya sekali dalam 5 tahun. Sekarang sudah banyak fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan pemeriksaan tekanan darah yang biasanya dipaketkan dengan pemeriksaan kesehatan lain seperti pemeriksaan gula darah.
Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah dicatat dengan 2 bilangan yang dipisahkan oleh garis miring (/). Tekanan sistolik (angka lebih tinggi) adalah kekuatan jantung saat memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan diastolik (angka lebih rendah) adalah tekanan darah saat jantung berelaksasi sehingga darah dari seluruh tubuh masuk mengisi ke ruangan jantung. Tekanan diastolik juga berarti resistensi/hambatan yang diberikan pembuluh darah terhadap aliran darah. Keduanya diukur dalam milimeter merkuri (mmHg).
Berikut klasifikasi/penggolongan jenis tekanan darah yang bisa dijadikan rujukan:
- Tekanan darah tinggi: ≥ 140/90 mmHg
- Tekanan darah normal: 90/60 - 120/80 mmHg
- Tekanan darah rendah: < 80/60 mmHg
Jika tekanan darah seseorang berada pada angka 120/80 dan 140/90 mmHg, artinya dia berisiko mengidap hipertensi. Hal ini dapat dicegah dengan mengubah pola dan gaya hidup sampai tekanan darah kembali pada level normal.
Komplikasi Penderita Hipertensi
Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tekanan ekstra pada pembuluh darah, jantung dan organ lainnya, seperti otak, ginjal dan mata. Apabila penyakit ini tidak segera ditangani secara serius, pasien berisiko mengalami sejumlah kondisi serius yang berpotensi mengancam jiwa, seperti :
- Penyakit jantung
- Serangan jantung
- Stroke
- Gagal jantung
- Penyakit arteri perifer
- Aneurisma aorta
- Penyakit ginjal
- Demensia vaskular
Hipertensi Pada Ibu Hamil
Saat hamil, seorang ibu sangat rentan menderita hipertensi. Dalam banyak kasus, hipertensi saat hamil dapat mengancam jiwa ibu hamil. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, guna deteksi dini dan menurunkan risiko-risiko buruk yang mungkin terjadi.
Pengobatan Hipertensi
Jika seseorang sudah didiagnosa terkena hipertensi, biasanya dokter akan memberikan resep obat yang harus diminum secara rutin agar tekanan darah tetap terkontrol. Ada beberapa obat yang umum diresepkan oleh dokter, baik tunggal atau berupa kombinasi beberapa jenis obat. Biasanya obat diresepkan sesuai dengan kondisi tekanan darah, usia masing-masing pasien, atau kondisi medis lain yang terkait. Agar lebih aman, konsultasikan dengan dokter atau petugas medis yang lainnya.
Secara umum terdapat beberapa jenis obat hipertensi yang bisa digunakan, di antaranya:
- ACE inhibitors, seperti enalapril, lisinopril, perindopril dan ramipril.
- Angiotensin-2 receptor blockers (ARBs), seperti candesartan, irbesartan, losartan, valsartan, telmisartan dan olmesartan.
- Calcium channel blockers, seperti amlodipine, felodipine, nifedipine, diltiazem dan verapamil.
- Diuretics, seperti indapamide, furosemide, hidroklorotiazid (HCT), bendroflumethiazide, amiloride dan spironolactone.
- Beta-blockers, seperti atenolol dan bisoprolol.
- Alpha-blockers, seperti doxazosin, indoramin dan lain-lain
- Renin inhibitors, seperti aliskiren.
Pencegahan Hipertensi
Berikut beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mencegah hipertensi:
- Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan MSG.
- Olahraga secara rutin, sekurang-kurangnya seminggu 2 kali.
- Berhenti merokok.
- Tidak mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh.
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Tidur setidaknya 6 jam setiap malam.
- Menghindari stres.
- Konsumsi banyak sayur dan buah-buahan.
Mencegah tentunya lebih baik dari mengobati. Oleh karena itu, disarankan untuk selalu mengatur pola hidup sebaik mungkin. Apabila gejala hipertensi sudah mulai muncul, segera periksakan diri ke dokter agar dapat diambil langkah pencegahannya sejak dini. Jangan menunda-nunda pemeriksaan, sebab penyakit ini dapat memicu komplikasi dan mengancam keselamatan jiwa pasien.
Malam dok, saya pny hipertensi dan pernah tensi saya smpai 240/100. klo sekarang antara 130-140/100. untuk mengatasinya saya sering minum Amlodipin 10 mg, tapi efeknya kaki saya bengkak. Mohon sarannya dok untuk ngobatin kaki bengkaknya…thnx ya dok