HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. SCIENTIA INUKIRANA
Ditinjau oleh
DR. SCIENTIA INUKIRANA

Hipertensi: Gejala, Penyebab, dan Obat

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 15, 2019 Waktu baca: 5 menit

Hipertensi (tekanan darah tinggi) umumnya disebut dengan tekanan darah (tensi) tinggi merupakan suatu kondisi kesehatan kronis yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah akibat penyempitan pembuluh darah atau peningkatan volume darah. Kondisi ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.

Hipertensi tergolong penyakit serius. Apabila tidak mendapat penanganan yang tepat, penderita hipertensi berisiko menderita komplikasi seperti stroke, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, kebutaan, bahkan kematian. Karena gejala penyakit yang tidak begitu jelas di awal, penyakit ini sering dijuluki sebagai silent killer.

Dilansir dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi, dengan 2/3 di antaranya berasal dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, penderita hipertensi terdapat di rentang usia di atas 18 tahun dan mencakup 25,8% dari keseluruhan penduduk. Jumlah pasien tekanan darah tinggi perempuan lebih banyak 6% jika dibandingkan dengan penderita laki-laki.

Penyebab Hipertensi

Dari sekitar 90% kasus yang ada, tidak dapat ditarik kesimpulan pasti mengenai penyebab seseorang menderita hipertensi. Umumnya ada banyak faktor-faktor yang ikut berperan dalam memicu penyakit hipertensi, seperti:

1. Usia

Usia muda bukanlah jaminan seseorang bisa bebas dari hipertensi, kebanyakan kasus penyakit ini ditemukan pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Ahli kesehatan menyebutkan bahwa semakin bertambahnya usia, risiko naiknya tekanan darah akan semakin tinggi.

2. Konsumsi Garam Berlebih

Sebagian orang tidak menyadari kalau kandungan natrium pada garam dapur dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula dengan MSG pada makanan ringan dan mi instan.

3. Obesitas

Proporsi berat badan yang tidak seimbang juga turut menjadi penyebab seseorang terkena hipertensi. Menjaga berat badan tetap ideal adalah langkah yang tepat untuk meminimalisasi risiko tekanan darah tinggi.

4. Keturunan

Hipertensi juga bisa disebabkan oleh mutasi gen atau keturunan. Seseorang akan berisiko terkena penyakit tekanan darah tinggi jika ada salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit ini.

5. Stres dan Kurang Tidur

Stres dan kurang istirahat juga diketahui menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit tekanan darah tinggi.

6. Gaya Hidup

Gaya hidup yang tidak sehat merupakan penyebab paling umum timbulnya penyakit hipertensi. Merokok, jarang berolahraga, kurang mengonsumsi buah dan sayuran, serta konsumsi alkohol dan minuman yang mengandung kafein dalam jumlah berlebih, merupakan kebiasaan yang memicu naiknya tekanan darah pada pembuluh arteri.

Jenis-Jenis Hipertensi

Penyakit hipertensi sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Hipertensi primer merupakan kondisi kesehatan yang ditandai dengan naiknya tekanan darah tanpa sebab yang jelas. Dari sekian banyak kasus di dunia, sekitar 90% pasien mengidap hipertensi tipe ini.
  • Hipertensi sekunder. Terjadinya tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi atau penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder ini cenderung muncul tiba-tiba.

Gejala Hipertensi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun gejala yang mungkin muncul saat tensi sudah sangat tinggi antara lain: 

  • Sakit kepala (terutama di kepala bagian belakang)
  • Kesulitan bernapas
  • Nyeri di bagian dada
  • Penglihatan kabur
  • Telinga berdenging
  • Darah dalam urin

Cara Mendeteksi Hipertensi

Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang mengidap hipertensi atau tidak adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala di fasilitas kesehatan. Orang dewasa disarankan untuk mengecek tekanan darahnya setidaknya sekali dalam 5 tahun. Sekarang sudah banyak fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan pemeriksaan tekanan darah yang biasanya dipaketkan dengan pemeriksaan kesehatan lain seperti pemeriksaan gula darah.

Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah dicatat dengan 2 bilangan yang dipisahkan oleh garis miring (/). Tekanan sistolik (angka lebih tinggi) adalah kekuatan jantung saat memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan diastolik (angka lebih rendah) adalah tekanan darah saat jantung berelaksasi sehingga darah dari seluruh tubuh masuk mengisi ke ruangan jantung. Tekanan diastolik juga berarti resistensi/hambatan yang diberikan pembuluh darah terhadap aliran darah. Keduanya diukur dalam milimeter merkuri (mmHg).

Berikut klasifikasi/penggolongan jenis tekanan darah yang bisa dijadikan rujukan:

  • Tekanan darah tinggi: ≥ 140/90 mmHg
  • Tekanan darah normal: 90/60 - 120/80 mmHg
  • Tekanan darah rendah: < 80/60 mmHg

Jika tekanan darah seseorang berada pada angka 120/80 dan 140/90 mmHg, artinya dia berisiko mengidap hipertensi. Hal ini dapat dicegah dengan mengubah pola dan gaya hidup sampai tekanan darah kembali pada level normal.

Komplikasi Penderita Hipertensi

Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tekanan ekstra pada pembuluh darah, jantung dan organ lainnya, seperti otak, ginjal dan mata. Apabila penyakit ini tidak segera ditangani secara serius, pasien berisiko mengalami sejumlah kondisi serius yang berpotensi mengancam jiwa, seperti :

Hipertensi Pada Ibu Hamil

Saat hamil, seorang ibu sangat rentan menderita hipertensi. Dalam banyak kasus, hipertensi saat hamil dapat mengancam jiwa ibu hamil. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, guna deteksi dini dan menurunkan risiko-risiko buruk yang mungkin terjadi.

Pengobatan Hipertensi

Jika seseorang sudah didiagnosa terkena hipertensi, biasanya dokter akan memberikan resep obat yang harus diminum secara rutin agar tekanan darah tetap terkontrol. Ada beberapa obat yang umum diresepkan oleh dokter, baik tunggal atau berupa kombinasi beberapa jenis obat. Biasanya obat diresepkan sesuai dengan kondisi tekanan darah, usia masing-masing pasien, atau kondisi medis lain yang terkait. Agar lebih aman, konsultasikan dengan dokter atau petugas medis yang lainnya.

Secara umum terdapat beberapa jenis obat hipertensi yang bisa digunakan, di antaranya:

  • ACE inhibitors, seperti enalapril, lisinopril, perindopril dan ramipril.
  • Angiotensin-2 receptor blockers (ARBs), seperti candesartan, irbesartan, losartan, valsartan, telmisartan dan olmesartan.
  • Calcium channel blockers, seperti amlodipine, felodipine, nifedipine, diltiazem dan verapamil.
  • Diuretics, seperti indapamide, furosemide, hidroklorotiazid (HCT), bendroflumethiazide, amiloride dan spironolactone.
  • Beta-blockers, seperti atenolol dan bisoprolol.
  • Alpha-blockers, seperti doxazosin, indoramin dan lain-lain
  • Renin inhibitors, seperti aliskiren.

Pencegahan Hipertensi

Berikut beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mencegah hipertensi:

  • Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan MSG.
  • Olahraga secara rutin, sekurang-kurangnya seminggu 2 kali.
  • Berhenti merokok.
  • Tidak mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh.
  • Menjaga berat badan tetap ideal.
  • Tidur setidaknya 6 jam setiap malam.
  • Menghindari stres.
  • Konsumsi banyak sayur dan buah-buahan.

Mencegah tentunya lebih baik dari mengobati. Oleh karena itu, disarankan untuk selalu mengatur pola hidup sebaik mungkin. Apabila gejala hipertensi sudah mulai muncul, segera periksakan diri ke dokter agar dapat diambil langkah pencegahannya sejak dini. Jangan menunda-nunda pemeriksaan, sebab penyakit ini dapat memicu komplikasi dan mengancam keselamatan jiwa pasien.


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2017). An Overview of High Blood Pressure Treatment. (https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/guide/hypertension-treatment-overview)
WebMD (2017). 5 Misconceptions About High Blood Pressure. (https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/5-misconceptions-about-hypertension)
Tidy, C. Patient (2017). Medicine for High Blood Pressure. (https://patient.info/heart-health/high-blood-pressure-hypertension/medication)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app