Obat Darah Tinggi: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit

Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan diri melebihi batas normal. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. Salah satu cara menurunkan tekanan darah adalah dengan mengonsumsi obat darah tinggi.

Seseorang yang mengalami hipertensi harus minum obat darah tinggi (antihipertensi) dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini bertujuan agar tekanan darah tetap terkendali, gejala hipertensi tidak bertambah parah, dan terhindar dari komplikasi seperti yang disebutkan. Itulah kenapa, walaupun Anda tidak mengalami gejala-gejala darah tinggi seperti pusing, lemah, dan lain-lain, Anda tetap harus minum obat hipertensi.

Jenis obat darah tinggi

Obat antihipertensi terdiri dari berbagai jenis yang masing-masingnya memiliki mekanisme kerja tersendiri. Berikut berbagai jenis obat darah tinggi berdasarkan yang paling sering digunakan, antara lain:

1. Diuretik

Obat diuretik termasuk antihipertensi yang sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Jenis obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan kelebihan cairan dan natirum dari dalam tubuh melalui buang air kecil. Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah.

Itu sebabnya, obat darah tinggi jenis diuretik akan membuat Anda lebih sering kencing. Supaya tidur Anda tidak terganggu, disarankan untuk minum obat ini pada pagi hari.

Contoh obat diuretik antara lain hidroklorotiazid, indapamide, dan Furosemid.

2. Calcium Channel Blockers

Jenis obat darah tinggi ini akan menurunkan darah tinggi dengan cara mencegah kalsium masuk ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini akan membuat pembuluh arteri lebih rileks dan terbuka, sehingga aliran darah jadi lebih lancar.

Selain itu, obat golongan calcium channel blockers juga dapat membantu mengurangi kontraktilitas otot-otot jantung, yakni kemampuan otot-otot jantung dalam mengencang atau meregang. Contoh calcium channel blockers adalah nifedipine, amlodipin, felodipin, dan diltiazem.

3. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor

Obat darah tinggi jenis ACE inhibitor bekerja dengan cara mencegah pembentukan angiotensin, yaitu zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah. 

Selain itu, obat ACE inhibitor juga membantu mengendalikan kadar air dan ion natrium, sehingga tekanan darah tinggi dapat berangsur menurun. Seperti yang diketahui, kadar garam natrium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah.

Contoh obat golongan ACE inhibitor yang sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah antara lain captopril, lisinopril, dan perindopril.

4. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)

Cara kerja obat darah tinggi jenis ARB mirip dengan ACE inhibitor, yaitu menghambat pembentukan antiotensin sekaligus menyeimbangkan kadar air dan natrium supaya tekanan darah tetap stabil. Contoh obat golongan ARB adalah losartan dan valsartan.

5. Beta Blocker

Obat darah tinggi yang satu ini bekerja dengan cara memblokir hormon epinefrin, yang dikenal juga dengan adrenalin. Hal ini mengakibatkan frekuensi denyut jantung menurun, sehingga jantung tidak perlu bekerja ekstra untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Contoh beta-blocker yang sering digunakan antara lain atenolol dan propanolol.

Beragam jenis obat darah tinggi di atas dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi. Dokter akan meresepkan obat mana yang cocok dengan kondisi Anda. 

Perlu dicatat bahwa obat antihipertensi tersebut hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Pastikan untuk selalu mengikuti dosis dan aturan minum obat sesuai anjuran dokter.

Efek samping obat darah tinggi

Efek samping obat hipertensi cenderung berbeda-beda pada setiap orang. Namun secara umum, berikut efek samping obat darah tinggi yang bisa muncul, antara lain:

  • Sakit kepala, kelemahan, atau kelelahan
  • Pusing ketika berdiri cepat dari posisi duduk atau berbaring
  • Mati rasa atau nyeri di jari tangan atau kaki
  • Tangan dan kaki dingin
  • Mata, mulut, dan tenggorokan terasa kering
  • Sulit tidur atau mimpi buruk
  • ACE inhibitor dapat menyebabkan batuk bagi orang yang sensitif
  • Pasien yang menderita asma harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat golongan beta-blocker

Jangan khawatir jika Anda mengalami efek samping di atas setelah minum obat darah tinggi. Hal ini merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sedang beradaptasi dengan obat-obatan tersebut. Setelah beberapa kali penggunaan, efek samping obat darah tinggi secara berangsur-angsur akan mereda.

Bila efek samping tidak segera membaik, segera konsultasikan ke dokter.

Dosis obat darah tinggi

Dosis obat darah tinggi berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari usia dan kondisi kesehatan pasien. Pastikan untuk selalu mengikuti petunjuk yang tertera pada label kemasan obat. Konsultasikan dulu ke dokter atau apoteker sebelum menggunakan obat darah tinggi.

Interaksi obat darah tinggi

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Salah satunya, hindari konsumsi alkohol bersamaan atau setelah minum obat darah tinggi. Kombinasi keduanya dapat meningkatkan risiko pusing hingga pingsan pada pasien.

Penting untuk mengetahui obat apa saja yang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Hal ini bertujuan untuk mencegah interaksi obat yang dapat membahayakan tubuh.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum minum obat darah tinggi adalah sebagai berikut:

  • Obat darah tinggi harus disimpan di tempat yang dingin dan kering.
  • Simpan pada tempat yang aman dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
  • Pelajari nama dan dosis obat yang Anda minum.
  • Minumlah obat darah tinggi secara teratur sesuai anjuran dokter, supaya efek obat dalam mengendalikan tekanan darah bekerja lebih efektif. Lanjutkan minum obat meskipun tekanna darah Anda sudah mulai turun. 
  • Jangan berhenti minum obat tanpa anjuran dokter.
  • Sebisa mungkin, minumlah obat darah tinggi pada waktu yang tetap sama setiap hari. Jika Anda lupa, minumlah sesegera mungkin ketika ingat, kecuali jika sudah mendekati waktu minum obat berikutnya. Dalam hal ini, minum obat pada saat berikutnya saja. Hindari minum obat dengan dosis ganda. 
  • Konsultasikan dulu dengan dokter sebelum Anda minum obat lain, seperti sirup obat batuk, obat pilek, dan sebagainya.
  • Stok obat harus cukup untuk penggunaan beberapa hari. Jangan menunggu sampai habis baru minta resep yang baru.
  • Konsultasikan dulu ke dokter bila Anda ingin minum obat hipertensi saat hamil. Tidak semua jenis obat darah tinggi aman bagi ibu hamil.

Cara menurunkan darah tinggi dengan perubahan gaya hidup

Selain minum obat, penderita hipertensi juga tetap harus menjaga pola hidupnya setiap hari. Hal ini bertujuan agar tekanan darah tetap stabil dibarengi dengan rutin minum obat.

Berikut ini beberapa cara menurunkan darah tinggi secara alami yang bisa Anda lakukan, antara lain:

  • Berhenti merokok
  • Mengurangi asupan garam. Contohnya membatasi konsumsi makanan asin tinggi garam, acar, keripik kenting, hingga makanan olahan seperti sosis.
  • Kurangi minum minuman berkafein seperti teh, kopi, dan minuman bersoda.
  • Lakukan olahraga ringan sampai sedang secara teratur.
  • Jaga berat badan tetap ideal.
  • Belajar teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan, stres, dan jangan marah. Karena semua itu bisa membuat darah tinggi makin menjadi.
  • Mengelola faktor risiko penyebab darah tinggi

Baca Juga: Faktor Risiko Penyebab Darah Tinggi


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vivien H. Lee, MD; Eelco F. M. Wijdicks, MD; Edward M. Manno, MD; Alejandro A. Rabinstein, MD; Clinical Spectrum of Reversible Posterior Leukoencephalopathy Syndrome; Arch Neurol. 2008;65(2):205-210.
J. P. Mohr, Dennis W. Choi, James C. Grotta, Bryce Weir, Phillip A. Wolf Stroke: Pathophysiology, Diagnosis, and Management Churchill Livingstone; 4th edition (2004).
He Z, Vingrys AJ, Armitage JA, et al. Chronic Hypertension Increases Susceptibility to Acute IOP Challenge in Rats. Invest Ophthalmol Vis Science, 2014.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app