Encephalitis: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Encephalitis: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Encephalitis adalah peradangan (inflamasi) pada otak. Walaupun proses inflamasi ini paling sering disebabkan oleh masuknya (infeksi) virus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri, jamur atau parasit yang menyerang otak. Paparan bahan kimia atau reaksi autoimun juga dapat menyebabkan encephalitis (baca: ensefalitis).

Berbagai contoh patogen (agen penyebab penyakit) yang dapat menyebabkan encephalitis :

  • Virus, seperti rabies, herpes, mumps, measles, chickenpox, HIV, dan sebagainya
  • Bakteri, seperti bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis dan tuberculosis
  • Jamur, seperti paling sering disebabkan oleh candida
  • Parasit, seperti toxoplasma
  • Bahan kimia, seperti alcohol dan penggunaan obat-obatan tertentu
  • Penyakit autoimun, seperti : Rasmussen’s encephalitis
  • Kanker atau keganasan

Istilah untuk menyebut encephalitis yang disebabkan oleh infeksi virus disebut viral encephalitis, sedangkan encephalitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri adalah bakterial encephalitis. Proses infeksi dapat terjadi secara primer maupun sekunder. Pada infeksi primer, pathogen tersebut langsung menyerang otak. Pada infeksi sekunder, pathogen tersebut menyerang daerah lain selain otak dan tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun tubuh, akibatnya dapat menyebar ke otak dan menimbulkan peradangan di otak. Timbulnya gejala encephalitis pada infeksi sekunder, biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu setelah infeksi awal terjadi.

Faktor Risiko dan Penyebab encephalitis

Apakah encephalitis dapat menular dari satu pasien ke pasien dan lama waktu inkubasi (mulai dari masuknya pathogen sampai menimbulkan gejala) bervariasi, tergantung dari penyebab terjadinya enesefalitis itu sendiri. Sebagai contoh, apabila disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks, maka dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Akan tetapi apabila disebabkan oleh paparan bahan kimia atau penyakit autoimun, maka encephalitis tidak akan menular ke orang lain.

Virus yang paling sering menyebabkan encephalitis adalah virus herpes simpleks. Virus herpes simpleks ada 2 tipe, yaitu tipe 1 yang menyerang daerah sekitar mulut dan tipe 2 yang menyerang daerah genitalia. Pada pasien yang terinfeksi virus maka akan memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang encephalitis. Gejala dari viral encephalitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks timbul 2-3 minggu setelah infeksi virus herpes simpleks di daerah mulut atau genitalia, dimana akan timbul seperti bintil-bintil merah berisi cairan yang mudah pecah dan menjadi luka keropeng. Sebagian besar pasien yang terinfeksi dengan gejala yang ringan – sedang, dapat sembuh total. Sedangkan pasien mengalami infeksi berat juga dapat sembuh, namun ada kerusakan pada sistem sarafnya yang bersifat menetap.

Encephalitis dapat terjadi pada semua orang, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain:

  • Usia. Golongan usia tertentu lebih rentan terkena yang disebabkan oleh patogen tertentu. Sebagai contoh, viral encephalitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks lebih sering pada kelompok usia 20-40 tahun.
  • Kemampuan sistem imun tubuh. Pasien yang menderita HIV/AIDS atau mengalami gangguan sistem imun lainnya, lebih mudah terserang encephalitis.
  • Daerah geografis dan musim

Beberapa jenis encephalitis dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berada di daerah tertentu; terutama pada musim semi, musim panas dan musim gugur.

Tanda dan Gejala Encephalitis

Pada bayi, dapat dicurigai terkena ensefalitis melalui pola makan yang buruk, sangat rewel dan terus menerus menangis, mual dan muntah, ubun-ubun yang menonjol, dan tubuh yang kaku. Bayi harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat.

Pada anak-anak dan orang dewasa, gejala encephalitis ringan bisa saja tidak menimbulkan gejala sama sekali atau hampir mirip dengan gejala flu, seperti : demam, nyeri kepala, lemas, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan, kaku pada leher dan punggung, nafsu makan menurun, mual dan muntah, tidak dapat berdiri tegak, gangguan koordinasi gerak, serta sangat sensitif terhadap cahaya. Akan tetapi pada kasus yang lebih berat, encephalitis dapat mengancam nyawa. Keluhan yang timbul seperti : kejang, kelumpuhan, hilang ingatan, delirium dan halusinasi, gangguan penglihatan, gangguan berbicara dan pendengaran, gangguan orientasi tempat dan waktu, gangguan kesadaran.

Encephalitis berbeda dengan meningitis atau radang selaput otak, walaupun tidak jarang keduanya terjadi bersamaan. Gejala encephalitis hampir mirip dengan meningitis, sehingga sulit dibedakan.

Lantas apa perbedaan encephalitis dan meningitis?

Untuk membedakan antara encephalitis dan meningitis dapat dilakukan tindakan lumbal pungsi, dimana cairan cerebrospinal diambil dan diperiksa di laboratorium. Selain itu, untuk menegakkan diagnosis encephalitis dapat juga dilakukan pemeriksaan CT Scan dan MRI otak, Electroencephalogram (EEG), biopsi otak, serta pemeriksaan laboratorium sampel darah dan urin.

Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit ini sangat bervariasi, tergantung dari usia pasien, penyebab, derajat infeksi yang sebelumnya, serta penegakkan diagnosis dan pemberian terapi yang tepat.

Langkah Pengobatan Encephalitis

Terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi ensefalitis dapat berupa obat-obatan untuk mengurangi keluhan serta mengatasi penyebab yang mendasarinya. Obat-obat untuk mengurangi keluhan dapat berupa obat penghilang nyeri, obat anti-inflamasi, obat anti-kejang. Sedangkan obat untuk mengatasi penyebab ensefalitis tergantung dari penyebab pastinya, apabila disebabkan oleh virus maka diberikan obat anti-virus, sedangkan apabila disebabkan oleh bakteri maka diberikan terapi antibiotik.

Selain itu dapat pula diberikan terapi supportif untuk menunjang daya tahan tubuh seperti bed rest atau istirahat total, pemberian cairan tambahan melalui infus, terapi rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan gerak, berbicara, psikologis, dan sebagainya.

Pencegahan terhadap resiko terjadinya encephalitis juga penting untuk dilakukan. Pemberian vaksin dapat mengurangi resiko tertular, terutama dapat diberikan apabila berencana pergi ke daerah-daerah yang sering terjangkit encephalitis. Upaya pencegahan lainnya yakni menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dan tidak tukar-menukar alat makan sembarangan, serta menggunakan obat anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk yang membawa virus.


33 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Understanding encephalitis. (n.d.) (http://encephalitisglobal.org/understanding-encephalitis/)
Nordqvist, C. (2014, September 28). What is encephalitis? What causes encephalitis? Retrieved from (http://www.medicalnewstoday.com/articles/168997.php)
Mayo Clinic Staff. (2014, May 15). Encephalitis: Prevention (http://www.mayoclinic.com/health/encephalitis/DS00226/DSECTION=prevention)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app