Discoid Lupus - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mei 28, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Discoid lupus erythematosus atau discoid lupus adalah jenis paling umum dari penyakit lupus Ini merupakan suatu kondisi kulit autoimun pada spektrum lupus erythematosus dari penyakit lupus.

Mengenai Discoid lupus

Discoid lupus erythematosus adalah penyakit dermatologis kronis yang dapat menyebabkan perubahan jaringan parut, rambut rontok, dan hiperpigmentasi pada kulit jika tidak ditangani secara dini. Kondisi ini memiliki efek yang cukup besar pada kualitas hidup. Pengenalan dan pengobatan dini dapat meningkatkan prognosis. Diagnosis biasanya dibuat dengan pemeriksaan klinis. Dalam beberapa kasus, histopatologi mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Lupus erythematosus sistemik, atau SLE, adalah bentuk paling umum dari lupus, yang mempengaruhi sendi, otot, berbagai jaringan, dan organ dalam tubuh. Selain itu, Cutaneous lupus erythematosus, atau CLE, merujuk pada bentuk lupus yang mempengaruhi kulit, menyebabkan ruam dan luka.

Lupus diskoid adalah jenis lupus yang paling umum dari  kondisi pada penyakit autoimun, yang berarti bahwa sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi jaringannya sendiri sebagai benda asing dan meningkatkan serangan.

Apa yang menyebabkan discoid lupus?

  • Discoid lupus tidak memiliki satu penyebab yang sangat jelas.
  • Beberapa  bentuk kemungkinan sebagai penyebab dari discoid lupus seperti  hormon, faktor genetik, dan pemicu lingkungan seperti sinarmatahari, ultaviolet, semua dapat berperan dalam perkembangan penyakit. Discoid lupus paling sering menyerang wanita pada usia sekitar 20 hingga 50 tahun.
  • Paparan sinar matahari memicu lesi pada orang dengan discoid lupus erythematous. Bukti tidak secara jelas menunjukkan komponen genetik dari discoid lupus.
  • Pengaruh genetika juga menunjukkan penyebab dari discoid lupus. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya diketahui.

Apa saja gejala discoid lupus?

DIscoid lupus merupakan kondisi eritematosus kulit kronis dan dapat terjadi sebagai bentuk terlokalisasi (80%) dengan lesi pada wajah, telinga, dan kulit kepala atau tersebar luas (20%) dengan lesi di atas dan di bawah leher. Bentuk discoid dikaitkan dengan peningkatan risiko yang dapat berkembang menjadi SLE.  

  • Luka diskoid hadir sebagai ruam bersisik tebal dan khas, mulai dari warna merah hingga ungu.
  • Ruam dapat muncul di satu tempat atau sejumlah area pada tubuh. Kemungkinan besar muncul di area kulit yang secara teratur terpapar sinar matahari, seperti wajah, leher, dan punggung tangan.
  • Biasanya tidak ada gejala lain atau timbul gejala gatal dan rasa panas.
  • Ada beberapa kondisi kulit lain yang dapat terlihat sangat mirip dengan lupus diskoid, seperti psoriasis plak atau eksim.
  • Ruam diskoid dapat menyebabkan perubahan warna kulit, jaringan parut, dan kerontokan rambut jika luka timbul di area tempat rambut tumbuh, seperti kulit kepala. Seperti bekas luka lainnya, ini bisa permanen sehingga perlu perawatan luka sedini mungkin.
  • Lupus diskoid dapat terjadi sendiri atau bersama SLE, bentuk penyakit yang mempengaruhi banyak organ dalam tubuh.

Bagaimana cara mencegah discoid lupus?

  • Belum ada cara yang lebih baik untuk mencegah discoid lupus. Terlebih pada pendertia gangguan autoimun yang mengarah pada penyakit lupus. PAda penderita lupus pencegahan terbaik adalah dengan mencegah paparan cahaya matahari dan ultraviolet serta mencegah luka pada area ruam.
  • gunakan tabir surya UVA atau UVB dengan faktor perlindungan matahari tinggi (SPF) 50 atau lebih, kenakan topi lebar saat berpergian atau di bawah sinar matahari, dan pilih pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh
  • Pencegahan seperti tidak merokok juga dapat memberikan penanganan baik pada penderita discoid lupus.

Bagaimana cara mengobati discoid lupus?

Pengobatan lini pertama saat ini untuk discoid lupus terdiri dari fototerapi proteksi bersamaan dengan kortikosteroid oral atau oral, inhibitor kalsineurin topikal, dan terapi antimalaria sistemik. Lesi discoid kronis yang tidak responsif terhadap kortikosteroid topikal atau inhibitor kalsineurin topikal mungkin responsif terhadap injeksi kortikosteroid intralesi.

Saat ini, tidak ada obat yang disetujui secara khusus, dan banyak obat yang dijelaskan dalam literatur dikembangkan untuk digunakan pada gangguan autoimun lainnya.

Antimalaria adalah imunoterapi dan dianggap sebagai terapi sistemik lini pertama pada CLE. Hydroxychloroquine (HCQ) dan chloroquine dengan atau tanpa quinacrine saat ini digunakan dalam pengobatan discoid. Hingga saat ini hydroxychloroquine lebih dipilih karena minim efek samping.

Meskipun begitu, pasien yang menggunakan hydroxychloroquine membutuhkan pemeriksaan mata setahun sekali untuk mencegah kerusakan pada retina mata. Obat-obatan yang terkait erat (chloroquine, quinacrine) mungkin lebih efektif tetapi memiliki lebih banyak efek samping.


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Nancy Carteron, M.D., FACR, Discoid Lupus (https://www.medicalnewstoday.com/articles/319472.php), 20 September 2017.
Dr Amanda Oakley, Discoid Lupus (https://dermnetnz.org/topics/discoid-lupus-erythematosus/), February 2015.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app