HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Kenali Penyebab Infeksi Otak, Faktor Risiko dan Jenisnya

Dipublish tanggal: Sep 16, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit

Manusia mempunyai sistem syaraf yang sangat kuat menahan dan memproteksi dari serangan kuman patogen yang bisa mengakibatkan infeksi di otak. Akan tetapi, bagian otak manusia akan menjadi sangat rawan terkena penyakit jika kuman tersebut akhirnya bisa masuk sistem pertahanan.

Sistem saraf pusat terdiri dari otak, saraf tulang belakang, dan saraf optik yang menjadi pusat kendali aktivitas berpikir, bergerak, dan pengolah rasa/sensasi di seluruh tubuh. 

Jaringan saraf pusat manusia terlindung  oleh tengkorak, tulang belakang, meninges (selaput otak), dan penyaring kapiler atau sawar darah otak (blood brain barrier) yang tugasnya menahan serangan infeksi di saraf otak maupun tulang belakang.

Meskipun, sebenarnya sistem saraf pusat tidak mempunyai antibodi yang cukup untuk menangkal kuman dan mencegah terjadinya infeksi otak. Hal ini apabila dibandingkan dengan bagian lain di tubuh manusia. 

Itulah mengapa ketika kuman patogen (mikroorganisme penyebab penyakit seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur) berhasil masuk dan merusak  mekanisme pertahanan sistem saraf pusat, gejala penyakit di otak dan sistem saraf dapat cepat berkembangdari beberapa jenis kuman patogen penyebab infeksi otak, kuman yang paling umum menginfeksi adalah Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis dan Haemophilus influenza tipe b (Hib).

Juga, jika sudah mengidap beberapa jenis penyakit sebelumnya dan kondisi tubuh yang menurun bisa menjadi faktor resiko dari infeksi kuman yang bertambah parah. 

Seperti contoh, akibat infeksi saluran pernapasan atau infeksi berat pada jaringan maupun organ tubuh yang lain, kebiasaan mengonsumsi alkohol, menurunnya daya sistem kekebalan tubuh, riwayat cedera kepala atau operasi pada otak, dan kanker otak.

Tiga Jenis Infeksi Otak yang Utama

Infeksi kuman patogen pada sistem saraf pusat bisa berefek pada beberapa bagian sekaligus, sehingga akan mengakibatkan  gejala tubuh dan riwayat yang bisa berbeda. Berikut ini cotoh tiga macam infeksi otak utama berdasar lokasi terjangkitnya infeksi kuman dan peradangan.

Meningitis

Peradangan atau pembengkakan yang terjadi pada meninges, yaitu tiga lapisan pelindung yang mengelilingi otak, saraf tulang belakang, serta cairan serebrospinal yang ada di sekitar keduanya.

Penyakit ini disebabkan karena adanya infeksi kuman, virus, atau jamur. Meningitis juga bisa berawal dari infeksi bakteri penyebab tuberkulosis. Sakit kepala, perubahan kondisi mental seperti kebingungan hingga penurunan kesadaran, mual muntah, sensitif terhadap cahaya, demam dan leher terasa kaku adalah beberapa gejala yang biasa ditemui pada kasus meningitis. 

Pada meningitis yang disebabkan  infeksi virus bisa terjadi gejala awal seperti nyeri otot, lemas, dan penurunan berat badan sebelum timbul gejala utama. Gejala meningitis pada bayi dapat berupa penonjolan fontanel (bagian lunak di kepala) jika tidak mengalami dehidrasi, bayi lemas, kurang atau tidak mau minum, rewel, dan demam. Kasus ini harus segera ditangani karena bisa megakibatkan kecacatan, bahkan kematian.

Ensefalitis 

adalah peradangan yang terjadi di jaringan otak itu sendiri oleh karena infeksi virus. Meskipun jarang, bakteri dan jamur bisa mengakibatkan penyakit ini juga.

Infeksi virus penyebab ensefalitis sering menjadi akibat adanya infeksi virus herpes simpleks, varisela atau cacar air, virus Epstein-Barr, dan campak. Bisa jadi, penyakit ini dapat disebabkan oleh karena gigitan nyamuk, sebagai contoh yaitu pada penyakit Japanese encephalitis, gigitan kutu dapat menyebabkan tick-borne encephalitis, dan rabies pada gigitan hewan liar.

Myelitis

adalah sebutan untuk radang otak yang serupa yang terjadi di saraf tulang belakang contohnya pada polio. Ensefalitis biasanya dialami bersamaan dengan meningitis dan lebih dikenal dengan kasus meningoensefalitis. Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan orang tua, atau pada kondisi melemahnya sistem kekebalan tubuh. Gejalanya dapat menyerupai gejala radang selaput otak (meningitis), tapi pada ensefalitis dapat dibarengi dengan adanya kejang, kelemahan anggota gerak, dan kesulitan bicara.

Abses otak 

adalah Infeksi otak yang terjadi akibat penumpukan  dari infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme maupun sumber lain. Abses dapat terjadi di bagian manapun yang masih berada di dalam sistem saraf pusat. 

Abses yang terjadi di otak umumnya akan ditangani dengan pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri dan pengeringan atau penyedotan cairan abses melalui prosedur operasi.

Agar bisa menentukan diagnosa infeksi otak, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh yang diawali dengan pemeriksaan darah pasien, melalui cairan serebrospinal, struktur cairan serebrospinal yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri, virus, maupun jamur yang menginfeksi. 

Pemindaian otak jga dilakukan dengan cara MRI atau CT-scan dan EEG. Observasi lewat serologi parasit Toxoplasma juga dilakukan. Kondisi khusus seperti bayi dan anak keci, lansia, pengguna obat-obatan kortikosteroid jangka panjang, menjalani kemoterapi, penderita HIV/AIDS, lansia yang berusia lebih dari 60 tahun, dan penyalahguna obat terlarang. 

Selain itu, penderita sinusitis, pengidap alergi telingan tengah, pneumonia, trauma kepaa, dan pernah menjalani operasi otak sangat beresiko mendapatkan serangan infeksi otak. 

Pengobatan pada infeksi otak bertujuan untuk membasmi penyebab, memperbaiki kondisi umum, dan mencegah komplikasi. Apabila terdapat gejala-gejala infeksi otak, maka Anda perlu segera mendapat penanganan. 

Infeksi otak adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kecacatan dan tak jarang, kematian. Penderita infeksi otak perlu dirawat di rumah sakit agar mendapat cairan infus untuk mencegah dehidrasi, antibiotik suntikan untuk membasmi kuman penyebab infeksi, antivirus untuk kasus infeksi otak akibat virus, serta oksigenasi yang baik. 

Pada kasus berat dimana penderita infeksi otak mengalami penurunan kesadaran dan kejang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan intubasi untuk mempertahankan jalan napas, serta pemantauan dan evaluasi ketat. 

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi otak yaitu kelumpuhan, kejang atau epilepsi, hilang memori, perubahan kepribadian atau status mental, dan kematian.

Dianjurkan untuk segera menemui dan konsultasi dengan dokter jika anda mengalami gejala seperti di atas. Semakin lama dan lambat anda mendapatkan penanganan, maka semakin besar resiko yang akan didapat. Pada beberapa kasus infeksi otak yang berat, kematian atau kecacatan secara permanen bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah munculnya gejala awal. 


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
What are common brain infections?. WebMD. (https://www.webmd.com/brain/qa/what-are-common-brain-infections)
Brain Abscess: Risk Factors, Symptoms & Diagnosis. Healthline. (https://www.healthline.com/health/brain-abscess)
Brain abscess: Symptoms, causes, diagnosis, treatment. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/185619.php)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app