Codeine: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 25, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Codeine adalah obat opioid yang digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang sampai berat, mengobati batuk, dan diare.
  • Codeine termasuk golongan obat narkotika, sehingga penggunaannya tidak boleh sembarangan dan harus dengan resep dokter.
  • Dosis Codeine untuk meredakan nyeri pada dewasa adalah 30-60 mg setiap 4 jam, sedangkan dosis untuk lansia harus dikurangi terutama bila ada penurunan fungsi hati atau ginjal.
  • Sebaiknya minum obat ini bersama dengan makanan atau susu, terutama jika ada masalah lambung. Perbnayak minum air putih untuk mencegah sembelit.
  • Beri tahukan pada dokter jika Anda sedang hamil atau menyusui, atau memiliki penyakit lain seperti epilepsi, hipotensi, gangguan pernapasan, atau pernah mengalami reaksi alergi obat.
  • Klik untuk mendapatkan obat anti nyeri lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Codeine adalah obat opioid (kadang disebut opiat) yang digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang sampai berat, mengobati batuk, dan diare. Ini termasuk golongan obat narkotika sehingga penggunaannya tidak sembarangan, alias harus berdasarkan resep dokter.

Biasanya codeine digunakan ketika obat pereda nyeri biasa seperti parasetamol atau ibuprofen sudah tidak efektif lagi mengatasi rasa sakit. Contohnya ketika batuk kering begitu mengganggu dan ketika diare parah. 

Mengenai Codeine

Golongan

Resep dokter

Kemasan

  • Tablet: 15 mg, 20 mg, 60 mg
  • Kapsul
  • Syrup
  • Cairan injeksi

Kandungan

Codeine

Mekanisme kerja Codeine

Codeine merupakan agonis opiat di SSP, mirip dengan turunan fenantrena lainnya seperti morfin. Obat ini bekerja selektif pada reseptor mu, tapi dengan afinitas jauh lebih lemah daripada morfin. Proses ini menyebabkan berkurangnya rasa sakit, refleks batuk, dan pergerakan usus.

Selain berdiri sendiri, Codeine juga terkandung dalam sejumlah obat-obatan lainnya dalam bentuk kombinasi. Bahkan efek antinyerinya akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan parasetamol (asetaminofen) atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti aspirin atau ibuprofen .

Peringatan! Codeine bisa memperlambat atau menghentikan pernapasan, dan mungkin menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, ikutilah pemakaian obat ini sesuai dengan anjuran dokter. Jangan pernah memberi obat ini pada orang lain tanpa sepengetahuan dokter.

Manfaat Codeine

Sesuai dengan mekanisme kerjanya, kegunaan Codeine antara lain:

  • Menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.
  • Kodein ditujukan untuk pasien yang berusia lebih dari 12 tahun untuk pengobatan nyeri moderat akut yang tidak dapat disembuhkan oleh obat analgesik lainnya seperti parasetamol atau ibuprofen.
  • Menghilangkan gejala batuk dan diare.

Kontraindikasi

Codeine tidak boleh dikonsumsi oleh pasien dengan kondisi seperti di bawah ini:

  • Hipersensitivitas terhadap codeine, opioid atau eksipien lainnya.
  • Depresi pernapasan akut.
  • Penyakit saluran pernafasan obstruktif, misalnya emfisema.
  • Asma, opioid tidak boleh diberikan selama serangan asma.
  • Gagal hati.
  • Cedera kepala atau kondisi dimana meningkatnya tekanan pada intrakranial.
  • Pecandu alkohol.
  • Risiko ileus paralitik.
  • Pada semua pasien anak-anak (0-18 tahun) yang menjalani tonsilektomi dan / atau adenoidektomi untuk sindrom apnea tidur obstruktif karena peningkatan risiko pengembangan reaksi merugikan serius dan mengancam jiwa.
  • Anak-anak di bawah usia 12 tahun yang sedang dalam pengobatan batuk simtomatik, karena dapat meningkatkan risiko pengembangan reaksi yang serius dan dapat mengancam jiwa.
  • Ibu menyusui.
  • Pasien penderita CYP2D6 ultra-rapid metabolisers.

Dosis Codeine

Dosis penggunaan codeine akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien secara umum dan usia pasien, oleh sebab itu gunakanlah obat ini persis seperti anjuran dari dokter.

Adapun dosis Codeine yang direkomendasikan yaitu:

Dosis Codeine sebagai analgetik untuk nyeri

  • Dewasa: 30-60 mg setiap 4 jam sampai dosis maksimum 240 mg per hari.
  • Lansia: Dosis harus dikurangi pada orang tua dimana ada penurunan fungsi hati atau ginjal.
  • Anak usia > 12 tahun: 30- 60 mg setiap 6 jam, bila diperlukan sampai dosis maksimal 240 mg setiap hari. Dosis berdasarkan berat badan (0,5-1 mg/kg).

Dosis Codeine untuk diare

  • Dewasa dan anak usia > 12 tahun: 3-4 x sehari 15-60 mg.
  • Lansia: Dosis harus dikurangi pada orang tua dimana ada penurunan fungsi hati atau ginjal.

Dosis Codeine sebagai obat batuk

  • Dewasa dan anak usia > 12 tahun: 3-4 x sehari 15-30 mg.
  • Lansia: Dosis harus dikurangi pada orang tua dimana ada penurunan fungsi hati atau ginjal.
  • Anak usia 12-18 tahun: Codeine tidak disarankan untuk digunakan pada anak-anak, mengingat bahwa depresi fungsi pernafasan yang terganggu ketika mengalami batuk.

Petunjuk penggunaan:

  • Sebaiknya minum obat ini bersama dengan makanan atau susu, terutama jika ada masalah lambung.
  • Minum 6-8 gelas air setiap hari untuk mencegah sembelit setelah menggunakan obat ini. Jika terjadi sembelit, jangan gunakan pencahar tanpa terlebih dahulu bertanya kepada dokter.
  • Jangan berhenti menggunakan obat codeine secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang, atau Anda bisa mengalami gejala muntah-muntah. Tanyakan kepada dokter bagaimana cara berhenti menggunakan obat ini dengan aman.
  • Simpan obat pada suhu kamar.
  • Codeine masuk dalam daftar obat terlarang. Oleh karena itu, obat ini tidak boleh dipergunakan oleh siapa pun tanpa resep dari dokter.
  • Setelah Anda berhenti menggunakan obat ini, buang pil yang tidak terpakai ke toilet. Pembuangan obat-obatan ini dianjurkan untuk mengurangi bahaya overdosis yang tidak disengaja yang menyebabkan kematian. Saran ini berlaku untuk sejumlah kecil obat saja.

Efek samping Codeine

Seperti halnya dengan obat-obat lainnya, codeine juga berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum terjadi di antaranya:

  • Merasa pusing atau mengantuk.
  • Mual, muntah, atau sakit perut.
  • Sembelit.
  • Berkeringat.
  • Gatal ringan atau ruam.

Hubungi dokter Anda segera jika Anda mengalami gejala seperti berikut:

  • Denyut jantung lambat, denyut nadi lemah, pingsan, napas tersengal-sengal, atau sesak napas
  • Kebingungan, agitasi, halusinasi, pikiran atau perilaku yang tidak biasa
  • Perasaan gembira atau sedih
  • Kejang-kejang
  • Bermasalah dengan buang air kecil
  • Infertilitas, periode menstruasi tidak teratur
  • Impotensi, masalah seksual, kehilangan minat seks
  • Kortisol rendah - mual, muntah, kehilangan nafsu makan, pusing, kelelahan, atau kelesuan

Segera dapatkan bantuan medis jika Anda memiliki gejala sindrom serotonin, seperti: agitasi, halusinasi, demam, berkeringat, menggigil, denyut jantung cepat, kekakuan otot, kedutan, kehilangan koordinasi, mual, muntah, atau diare.

Interaksi Codeine

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Codeine adalah:

  • Obat-obatan narkotika lainnya (obat pereda nyeri opioid atau obat batuk resep).
  • Obat yang membuat mengantuk atau memperlambat pernapasan (pil tidur, pelemas otot, obat penenang, atau obat antipsikotik).
  • Obat yang mempengaruhi kadar serotonin di tubuh (obat untuk depresi, penyakit Parkinsonsakit kepala migrain, infeksi serius, atau pencegahan mual dan muntah).

Daftar ini belumlah lengkap. Obat lain dapat berinteraksi dengan codeine, termasuk obat resep dan obat yang bebas dijual seperti vitamin, suplemen dan produk herbal. Tidak semua kemungkinan interaksi tercantum dalam panduan pengobatan ini.

Perhatian

Beberapa obat kemungkinan tidak cocok untuk kondisi kesehatan tertentu, dan terkadang penggunaannya harus dalam pengawasan ekstra. Untuk itu, sebelum Anda menggunakan obat codeine ini, beri tahukan dokter jika Anda:

  • Sedang hamil atau menyusui.
  • Memiliki masalah pada organ hati, atau masalah pada cara kerja ginjal Anda.
  • Memiliki masalah prostat atau kesulitan buang air kecil.
  • Memiliki masalah pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
  • Memiliki tekanan darah rendah atau degup jantung yang tidak normal.
  • Memiliki masalah dengan kelenjar tiroid atau kelenjar adrenal.
  • Memiliki epilepsi.
  • Memiliki batu empedu atau masalah pada saluran empedu.
  • Mengalami konstipasi selama lebih dari seminggu atau mengalami masalah inflamasi usus.
  • Memiliki kondisi yang menyebabkan kelemahan otot, yang disebut myasthenia gravis.
  • Baru saja mengalami cedera kepala parah.
  • Pernah kecanduan obat-obatan terlarang atau alkohol.
  • Pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat.
  • Mengonsumsi obat lain (termasuk obat-obatan yang Anda beli tanpa resep, seperti obat herbal dan komplementer).

Artikel terkait:


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app