Chamomile: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Apr 4, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Waktu baca: 2 menit

Chamomile adalah tanaman herbal yang umum digunakan sebagai penyedap makanan dan minuman. Chamomile juga sering dijadikan campuran bahan baku pembuatan kosmetik, obat kumur, dan sabun dengan aroma yang khas.

Chamomile telah digunakan selama ribuan tahun sebagai obat herbal berbagai penyakit. Mulai dari mengobati sakit perut, kolik, diare, hingga kecemasan pada beberapa orang.

Chamomile juga terbukti efektif meredakan sariawan yang disebabkan oleh kemoterapi atau radiasi kanker. Bila dikombinasikan dengan herbal lainnya, manfaat Chamomile bisa menjadi lebih maksimal bagi tubuh.

Mengenai Chamomile

Golongan

Suplemen herbal

Kemasan

  • Kapsul
  • Teh
  • Krim topikal
  • Gel
  • Minyak

Kandungan

  • Sesquiterpenes
  • Sesquiterpenelactones
  • Turunan acetylene
  • Senyawa fenolik, termasuk turunan asam sinamat, asam kafeat, dan flavonoid.
  • Kumarin

Manfaat Chamomile

Beragam manfaat Chamomile adalah:

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat Chamomile bagi kesehatan.

Efek samping Chamomile

Chamomile tergolong sebagai herbal yang aman. Terlebih jika digunakan sebagai campuran makanan, umumnya tidak menimbulkan efek samping tertentu. Efek samping Chamomile biasanya muncul pada penggunaan obat atau kosmetik.

Sejumlah efek samping Chamomile yang dapat terjadi adalah:

  • Mengantuk
  • Muntah
  • Alergi, terutama pada orang yang alergi dengan jenis tanaman chamomile, aster, marigold, atau krisan.
  • Eksim
  • Iritasi mata

Dosis Chamomile

Dosis Chamomile berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari usia dan kondisi kesehatan pasien. Dosis Chamomile secara umum adalah sebagai berikut:

  • Kapsul: 400-1600 mg per hari.
  • Teh: 1-4 cangkir teh per hari.

Untuk membuat teh chamomile, seduh satu kantong teh Chamomile ke dalam air panas selama 5-10 menit. Tunggu sampai hangat atau sedikit dingin dan langsung diminum.

Ingat, Chamomile tidak boleh digunakan sebagai pengganti obat yang diresepkan oleh dokter.

Interaksi Chamomile

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja herbal. Sebagai akibatnya, herbal tidak dapat bekerja dengan maksimal atau menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Berikut ini interaksi Chamomile dengan obat-obatan lainnya, yakni:

  • Pil KB: menurunkan keefektifan pil KB sehingga meningkatkan risiko kehamilan. Mintalah saran dokter mengenai jenis KB non-hormonal (kondom atau diafragma) untuk mencegah kehamilan saat menggunakan Chamomile. Baca Selengkapnya: Cara Benar Minum Pil KB
  • Obat bius: zat kumarin dalam Chamomile dapat memicu perdarahan.
  • Obat pengencer darah: kandungan kumarin dalam Chamomile dapat menyebabkan perdarahan.
  • Obat NSAID, seperti ibuprofen dan naproxen, dapat meningkatkan zat toksik atau racun dalam tubuh.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan Chamomile sebagai obat herbal adalah sebagai berikut:

  • Ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak tidak disarankan untuk mengonsumsi herbal Chamomile. Sebab belum ada penelitian medis yang membuktikan keamanannya.
  • Hindari menggunakan Chamomile bila Anda pernah atau sedang memiliki kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, endometriosis, atau fibroid rahim.
  • Konsultasikan ke dokter bila Anda memiliki alergi serbuk sari dari tanaman tertentu. Khususnya tanaman krisan, marigold, aster, dan sejenisnya.
  • Chamomile mengandung zat kumarin yang dapat mengencerkan darah dalam tubuh. Hentikan penggunaan Chamomile setidaknya 2 minggu sebelum jadwal operasi Anda guna mencegah risiko perdarahan.

14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tschiggerl, C., & Bucar, F. (2012, June). Guaianolides and volatile compounds in chamomile tea. Plant Foods for Human Nutrition, 67(2), 129–135 (https://link.springer.com/article/10.1007/s11130-012-0277-1)
Subiza, J., Subiza, J. L., Hinojosa, M., Garcia, R., Jerez, M., Valdivieso, R., … Subiza, E. (1989, September). Anaphylactic reaction after the ingestion of chamomile tea: A study of cross-reactivity with other composite pollens [Abstract]. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 84(3), 353–358 (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/009167498990420X)
Srivastava, J. K., Shankar, E., & Gupta, S. (2010, November 1). Chamomile: A herbal medicine of the past with a bright future. Molecular Medicine Reports, 3(6), 895–901 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2995283/)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app