5 Jenis Pemanis Buatan Yang Paling Populer, Namun Juga Berbahaya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
5 Jenis Pemanis Buatan Yang Paling Populer, Namun Juga Berbahaya

Pada zaman modern ini telah banyak diproduksi jenis makanan kemasan. Banyak diantaranya yang mengandung pemanis buatan, zat ini lebih dipilih karena lebih tahan lama dibanding gula dan juga berharga lebih murah untuk rasa manis yang sama.

Namun tahukah Anda, bahwa tak semua pemanis buatan itu baik bagi kesehatan. Beberapa di antaranya bahkan harus dihentikan penggunaannya sesegera mungkin karena membahayakan kesehatan tubuh.

Sejak tahun 1950-an hingga saat ini, keberadaan pemanis buatan memang masih mengundang kontroversi. Meski memiliki keunggulan yakni bebas kalori sehingga dianggap ramah bagi mereka yang sedang diet, namun beberapa ahli menganggap zat ini memiliki efek samping yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Mengenal Bahaya Pemanis Buatan

Pemanis buatan dapat menimbulkan beragam gangguan medis seperti pusing, migrain, obesitas, dan yang lebih parah adalah, penyakit jantung. Sisi lain yang tidak disadari oleh konsumen adalah pemanis buatan juga berpotensi menyebabkan kecanduan akan makanan yang bercitarasa manis. Pemanis buatan membuat lidah ingin mengecap makanan manis lebih banyak lagi dan lagi. Inilah yang kemudian memicu efek samping seperti obesitas, diabetes tipe 2, gagal ginjal, dan lain-lain.

Berbeda dengan pemanis alami seperti gula dan madu yang memuat kalori, pemanis buatan tidak dapat memberikan sensasi kenyang bagi penikmatnya. Dan karena sifatnya yang bebas kalori itulah, membuat konsumen tanpa sadar mencari makanan lain untuk mengisi ‘kekosongan’ kalori yang ada.

Walau ada pihak yang menyatakan kalau konsumsi pemanis buatan kurang dari 680 gr/ hari masih tergolong aman, tapi belum ada studi lebih lanjut yang berani menjamin apakah zat tersebut bakal tetap aman bila dosis konsumsinya ditambah. Di samping itu, studi lain mendapati konsumsi tiap hari minuman yang mengandung pemanis buatan bisa meningkatkan resiko sindrom metabolik hingga 35% dan diabetes tipe 2 sebesar 67%.

Hasil riset lain menunjukkan adanya kaitan erat antara konsumsi pemanis buatan dengan intoleransi glukosa dan gangguan metabolisme lainnya. Menurut studi yang dipublikasikan Trends in Endocrinology and Metabolism, konsumsi pemanis buatan secara rutin dapat mengganggu fungsi metabolisme tubuh. Dan perlu Anda ketahui bahwa bukan hanya makanan saja, namun beberapa produk pasta gigi maupun mouthwash juga sering dimuati dengan zat aditif tersebut.

Selain pemanis, Anda juga harus mewaspadai bahaya 11 Jenis Zat Aditif pada Makanan lainnya

Lantas, apa saja jenis pemanis buatan yang paling populer di masyarakat, namun yang juga berbahaya bagi kesehatan? Berikut 5 jenis pemanis buatan yang harus Anda hindari karena berbahaya:

  1. Aspartame

Pihak FDA (Food and Drug Administration), Amerika Serikat, memang telah menyetujui penggunaan aspartame sejak 35 tahun silam. Akibatnya hingga saat ini, pemanis buatan jenis ini sudah digunakan di lebih dari 6000 produk makanan dan minuman, serta 500 obat-obatan. Namun karena sifat aspartame tidak tahan panas, maka pemanis buatan ini tidak mungkin ditemukan dalam produk yang memerlukan proses pemanasan.

Menurut hasil studi yang dimuat dalam American Journal of Industrial Medicine, evaluasi penggunaan aspartame perlu dilakukan dengan segera demi kesehatan masyarakat. Imbauan ini diungkapkan setelah sebuah penelitian mendapati adanya sifat karsinogen (pemicu kanker) dalam aspartame.

Studi tersebut mendapati bahwa aspartame dapat merusak daya ingat serta meningkatkan stres oksidatif pada otak. Tak hanya itu, hasil riset juga menyoroti bahaya aspartame bagi ibu hamil atau yang sedang menyusui. Dikatakan bahwa aspartame dapat memperbesar resiko bayi mengalami sindrom metabolik serta obesitas di kemudian hari.

Di samping dampak berbahaya yang disebutkan barusan, efek konsumsi aspartame lainnya meliputi sakit kepala, migrain, serta gangguan mood. Dan pemanis yang berisikan phenylalanine, asam aspartat, serta metanol tersebut juga bisa mengendap di liver, ginjal, serta otak untuk beberapa waktu lamanya.

  1. Sukralosa

Sukralosa sebenarnya berasal dari gula. Sayangnya, pemanis buatan ini juga mengandung klorin, salah satu zat kimia paling berbahaya di dunia. Pada mulanya sukralosa memang tidak dimaksudkan untuk keperluan konsumsi, karena penelitian perdananya justru mengarah pada pencarian akan insektisida jenis baru. Tapi entah bagaimana, pemanis buatan yang rasanya 600 kali lebih manis daripada gula itu kemudian dapat ditemukan dalam makanan dan minuman juga.

Selain digadang-gadang dapat menyebabkan leukemia, sukralosa yang dimasak dalam suhu tinggi juga bisa mengaktifkan komponen berbahaya jenis chloropropanols. Penelitian yang dilakukan terhadap manusia dan hewan menunjukkan kalau sukralosa dapat mengubah kadar glukosa, insulin, dan GLP-1 (glucagon-like peptide-1), jenis hormon yang dapat meningkatkan sekresi insulin. Sifat merugikan sukralosa lainnya adalah menimbulkan efek racun dalam tubuh.

  1. Acesulfame K

Acesulfame K tersusun dari garam potasium yang mengandung metilena klorida. Pemanis buatan ini biasanya ditemukan dalam permen karet yang berlabel ‘sugar-free’, minuman beralkohol, permen, serta yogurt. Dalam penggunaannya, Acesulfame K kerap dikombinasikan dengan aspartame atau pemanis non-kalori lainnya.

Sayangnya, serangkaian penelitian mendapati efek jangka panjang metilena klorida yang meliputi mual, gangguan mood, kanker, kerusakan fungsi liver dan ginjal, menurunnya daya penglihatan, hingga autisme.

Dibanding sebagai pemanis, Acesulfame K lebih sering diandalkan sebagai penambah rasa pada makanan. Sifatnya yang tahan panas membuatnya bisa ditemukan juga dalam makanan hasil proses. Dan dikarenakan tubuh tidak mampu mencernanya, maka para ahli percaya pemanis buatan ini memiliki dampak negatif pada sistem metabolisme.

  1. Sakarin

Pada tahun 1970an, sakarin dan pemanis berbahan dasar sulfa lainnya dipercaya dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Oleh sebab itu, di kemudian hari muncul berbagai peringatan akan produk yang mengandung sakarin.

Namun seiring berjalannya waktu, pihak FDA akhirnya memutuskan untuk menghapus peringatan tersebut. Namun berbagai studi mengenai efek buruk sakarin tetap berlanjut.

Yang memprihatinkan adalah, banyak obat untuk anak-anak yang justru mengandung pemanis buatan ini, misalnya seperti sirup obat batuk, obat sakit kepala yang rasanya manis seperti permen, dan lain sebagainya. Beberapa ahli meyakini, sakarin dapat menyebabkan efek samping seperti mual, masalah pencernaan, takikardia (denyut jantung abnormal atau lebih cepat dari yang seharusnya), alergi terhadap matahari (fotosensitivitas), hingga kanker.

  1. Xylitol

Xylitol merupakan pemanis buatan beralkohol yang sifatnya sulit diserap oleh tubuh. Di samping beresiko memicu reaksi alergi, xylitol juga dapat membuat konsumennya mengalami berbagai gangguan pencernaan seperti kembung, kram, hingga diare.

Dan bagi Anda yang memelihara anjing, ketahui juga bahwa pemanis ini sangat beracun bagi hewan tersebut. Oleh sebab itu, hati-hati untuk tidak sembarangan memberikan makanan yang mengandung xylitol pada binatang peliharaan.

Kesimpulan kali ini, ketimbang menggunakan pemanis buatan berbahaya yang disebutkan di atas, pakai saja pemanis alami yang lebih sehat seperti sirup maple, gula aren, stevia, sari buah asli, atau madu mentah. Bacalah selalu komposisi setiap produk yang hendak dikonsumsi.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Artificial Sweeteners: Good or Bad?. Healthline. (https://www.healthline.com/nutrition/artificial-sweeteners-good-or-bad)
Aspartame side effects: The truth about the risks. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/322266.php)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app