Xorin: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Jul 3, 2019 Waktu baca: 2 menit

Ini adalah review terhadap obat dengan merk xorin. di bagian akhir review ini juga disertakan tautan untuk mengetahui merk obat-obat lain dengan kandungan yang sama dengan xorin.

pabrik  

pyridam

golongan

obat keras

kemasan  

dos 5 x 10 kaplet

kandungan

Roxithromycin 150 mg

Sekilas tentang zat aktif (nama generik)

roksitromisina (Roxithromycin) adalah antibiotik golongan makrolidum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif meskipun dibandingkan eritromisin, roksitromisina (Roxithromycin) lebih aktif terhadap bakteri gram negatif. roksitromisina (Roxithromycin) adalah bakteriostatik yang bekerja dengan cara mengikat sub unit 50s dari ribosom bakteri sehingga menghambat translasi mRNA. Dengan demikian sistesis protein akan terganggu sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat.

Indikasi xorin

Kegunaan xorin (Roxithromycin) adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman yang peka terhadap xorin (Roxithromycin) seperti :

  • infeksi telinga hidung dan tenggorokan (THT),
  • bronkopulminari,
  • infeksi saluran genital (kecuali infeksi gonococcus)
  • infeksi kulit dan struktur kulit
  • xorin (Roxithromycin) juga digunakan untuk infeksi kulit dan jaringan lunak.

Kontra indikasi 

  • xorin (Roxithromycin) harus dihindari pada pasien yang memiliki riwayat reaksi hipersensitifitas pada xorin (Roxithromycin) dan antibiotika makrolidum lainnya.
  • xorin (Roxithromycin) dikontraindikasikan untuk pasien dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak.
  • xorin (Roxithromycin) harus digunakan dengan hati-hati jika pasien memiliki masalah jantung atau sedang memakai obat-obatan yang dapat menyebabkan masalah jantung tertentu ( misalnya , perpanjangan QT atau bradycardia ) , atau terjadinya ketidakseimbangan elektrolit ( misalnya , level kalium atau natrium yang rendah ) .

Efek Samping xorin

  • kebanyakan efek samping xorin (Roxithromycin) yang muncul adalah mual, muntah, diare, kembung, flatulensi, palpitasi, nyeri dada, dispepsia, dan nyeri pada perut.
  • Sakit kepala, insomnia, reaksi alergi (seperti ruam kulit dan anafilaktik) dan hasil tes fungsi hati yang abnormal juga dilaporkan terjadi akibat pemakaian xorin (Roxithromycin) meski kejadiannya jarang.
  • Efek samping yang juga dapat terjadi: pusing, vertigo, perubahan indera penciuman dan rasa.

Perhatian  

  • Hati-hati memberikan xorin (Roxithromycin) pada penderita dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak.
  • Meski belum ada bukti berbahaya bagi janin pemberian xorin (Roxithromycin) pada wanita hamil harus dilakukan dengan hati-hati termasuk pemberian kepada ibu menyusui dan pasien usia lanjut.

Toleransi terhadap kehamilan

roksitromisina (Roxithromycin) yang telah digunakan oleh hanya sejumlah wanita hamil dan wanita usia subur, tidak terjadi peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung lainnya pada janin manusia yang telah diamati. Studi pada hewan belum menunjukkan bukti terjadinya peningkatan kerusakan janin.

interaksi obat 

  • Jika xorin (Roxithromycin) diberikan bersamaan dengan teofilin, terjadi peningkatan konsentrasi teofilin pada plasma sehingga meningkatkan efek sampingnya.
  • xorin (Roxithromycin) juga berinteraksi dengan warfarin dan agen anti koagulan lainnya sehingga jika diberikan bersamaan berpotensi terjadi perdarahan.
  • Sebaiknya xorin (Roxithromycin) tidak diberikan bersamaan dengan ergotamine dan sejenisnya.

Dosis xorin

xorin (Roxithromycin) diberikan dengan dosis :

  • Dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari
  • Untuk anak-anak : 2.5 - 5 mg / kg BB / hari, diberikan dalam dua dosis terbagi
  • 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan

Terkait

Merk - merk obat dengan kandungan roksitromisina (Roxithromycin)

Merk - merk obat yang termasuk antibiotik golongan macrolide


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Liu, J., Zhong, X., He, Z., Wei, L., Zheng, X., & Zhang, J. et al. (2014). Effect of Low-Dose, Long-Term Roxithromycin on Airway Inflammation and Remodeling of Stable Noncystic Fibrosis Bronchiectasis. Mediators Of Inflammation, 2014, 1-14. https://doi.org/10.1155/2014/708608. Hindawi. (https://www.hindawi.com/journals/mi/2014/708608/)
Jarvinen, K., & McCall, B. (2006). Use of Roxithromycin in the Prevention and Treatment of Pertussis. The Pediatric Infectious Disease Journal, 25(1), 96. https://doi.org/10.1097/01.inf.0000195753.50341.56. LWW Journals. (https://journals.lww.com/pidj/Citation/2006/01000/Use_of_Roxithromycin_in_the_Prevention_and.29.aspx)
Karalus, N.C., Garrett, J.E., Lang, S.D.R. et al. Roxithromycin 150 mg b.i.d. versus amoxycillin 500 mg/clavulanic acid 125 mg t.i.d. for the treatment of lower respiratory tract infections in general practice. Infection 23, S15–S20 (1995). https://doi.org/10.1007/BF02464954. Springer Link. (https://link.springer.com/article/10.1007/BF02464954)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app