Pahami Gejala Uremia Sejak Dini Agar Tak Berujung Komplikasi

Dipublish tanggal: Okt 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Nov 7, 2019 Waktu baca: 2 menit
Pahami Gejala Uremia Sejak Dini Agar Tak Berujung Komplikasi

Ginjal adalah salah satu organ yang sangat penting. Apabila ginjal tidak dapat bekerja dengan baik dan kehilangan fungsinya, maka berbagai penyakit akan datang. Bahkan bila ginjal terus dibiarkan tak berfungsi, maka hal ini dapat menimbulkan komplikasi berupa uremia.

Apa itu uremia?

Uremia adalah kondisi saat kadar urea dalam tubuh melebihi batas normal, sehingga menjadi rucun dalam tubuh. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi serius dari berbagai penyakit ginjal, seperti ginjal kronis dan gagal ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring berbagai zat-zat sisa metabolisme. Ketika fungsinya terganggu, maka zat-zat sisa yang seharusnya dibuang dalam tubuh justru mengendap di dalam darah. 

Hal ini salah satunya menyebabkan kadar urea dalam tubuh jadi meningkat. Bila tidak cepat-cepat ditangani, uremia bisa sangat berbahaya dan berisiko memicu kematian.

Baca Juga: 10 Ciri-Ciri dan Gejala Gagal Ginjal yang Harus Anda Tahu

Tanda dan gejala uremia  

Seperti penyakit pada umumnya, uremia juga muncul disertai dengan gejala-gejala. Gejala tersebut harus Anda ketahui terutama saat Anda juga sudah mengalami penyakit ginjal, baik ginjal akut maupun kronis. 

Berbagai tanda dan gejala uremia meliputi:

Jika tubuh Anda mengalami gejala dan kondisi di atas, maka Anda harus segera memeriksakan diri anda ke dokter. Terlebih apabila Anda mengalami riwayat penyakit ginjal, Anda harus segera mendapatkan penanganan medis.

Bagaimana cara mengobati uremia?

Secara umum, cara mengobati uremia adalah dengan cuci darah, atau yang dikenal dalam istilah medis ialah dialisis. Dialisis berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak digunakan lagi dari dalam tubuh. 

Dialisis secara umum dibagi menjadi dua, yakni hemodialisis dan dialisis peritoneal. Agar lebih jelas, berikut penjelasannya satu per satu.

1. Hemodialisis

Hemodialisis dilakukan dengan bantuan dua selang yang dipisahkan oleh mesin penyaring. Dari selang pertama, darah akan dialirkan menuju mesin penyaring. Setelah ada di mesin penyaring, kemudian darah di alirkan ke dalam tubuh menggunakan selang yang kedua.

Proses cuci darah hemodialisis biasanya membutuhkan waktu selama 4 jam. Proses ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki alat khusus. 

Baca Selengkapnya: Dialisis: Cuci Darah untuk Gagal Ginjal

2. Dialisis peritoneal

Beda dengan hemodialisis, dialisis peritoneal tidak digunakan alat penyaring untuk mencuci darah. Namun, prosesnya menggunakan selang kateter yang dipasang dalam rongga perut secara permanen.

Keunggulannya, Anda bisa melakukan proses ini di rumah dan dilakukan secara rutin. Berbeda dengan hemodialisis yang membutuhkan waktu selama 4 jam, dialisis peritoneal hanya dilakukan dalam waktu 30 hingga 40 menit. Namun, dianjurkan proses ini dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari. 

Apabila uremia sudah semakin parah, maka dialisis biasanya sudah tidak mampu lagi mengatasinya. Pasien harus segera melakukan transplantasi ginjal atau yang disebut dengan cangkok ginjal

Cangkok ginjal merupakan jalan terakhir yang dilakukan bagi penderita gagal ginjal yang juga mengalami uremia. Prosesnya adalah ginjal dari pendonor yang masih sehat akan digantikan kepada pasien yang mengalami ginjal rusak. 

Mungkinkah mencegah uremia?

Kabar baiknya, uremia masih bisa dicegah. Salah satu cara mencegah uremia yang paling penting adalah dengan menjaga kesehatan ginjal Anda.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah uremia, yaitu dengan mengurangi kebiasan merokok, menjaga tekanan darah, dan mengendalikan gula darah tetap normal. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi makanan sehat dan olahraga teratur supaya tubuh tetap fit, termasuk organ ginjal Anda.

Baca Selengkapnya: 14 Makanan untuk Meningkatkan Fungsi Ginjal


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vanholder R, et al. (2006). What is uremia? Retention versus oxidation [Abstract]. DOI: (https://doi.org/10.1159/000089434)
Vanholder R, et al. (2008). What is new in uremic toxicity? DOI: (https://dx.doi.org/10.1007%2Fs00467-008-0762-9)
Uremia - definition, signs, symptoms and treatment. (n.d.). (http://www.beltina.org/health-dictionary/uremia-definition-symptoms-treatment.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app