Ranticid 150mg Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 25, 2020 Tinjau pada Agu 27, 2019 Waktu baca: 6 menit

Ranticid 150 mg Tablet adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung, seperti sakit maag dan tukak lambung. Ranticid 150 mg Tablet mengandung ranitidine, obat golongan antagonis reseptor histamin H2 (histamin H2-receptor antagonist).

Berikut ini adalah informasi lengkap Ranticid 150 mg Tablet yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.

pabrik

Kimia Farma

golongan

Harus dengan resep dokter

kemasan

Ranticid 150 mg Tablet dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :

  • Dos 10 x 10 Film Coated Tablet 150 mg

kandungan

tiap kemasan Ranticid 150 mg Tablet mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :

Sekilas tentang zat aktif (nama generik)

Ranitidine adalah obat untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung, seperti sakit maag dan tukak lambung. Ranitidine termasuk golongan antagonis reseptor histamin H2 (histamin H2-receptor antagonist) yang bekerja dengan cara menghambat secara kompetitif kerja reseptor histamin H2, yang sangat berperan dalam sekresi asam lambung. Penghambatan kerja reseptor H2 menyebabkan produksi asam lambung menurun baik dalam kondisi istirahat maupun adanya rangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Tidak seperti cimetidine, ranitidine tidak memiliki efek pada sistem enzim sitokrom P450.

Indikasi

Kegunaan Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

  • Gastroesophageal reflux disease (GERD) : suatu penyakit yang disebabkan oleh iritasi oleh asam lambung. Penderita biasanya mengalami sensasi terbakar pada area dada dan kerongkongan.
  • Untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus duabelas jari.
  • Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) digunakan juga untuk menangani erosif esophagitis, meskipun dibandingkan obat-obat golongan penghambat pompa proton (PPI) seperti omeprazole atau lansoprazole, efektivitasnya lebih rendah.
  • Zollinger ellison syndrome : penyakit langka akibat adanya tumor di pankreas atau karena usus duabelas jari melepaskan hormon yang menyebabkan kelebihan sekresi asam lambung. Saat ini, obat-obat penghambat pompa proton (PPI) lebih dipilih untuk tujuan ini.
  • Untuk mengobati penyakit maag, obat-obat antagonis H2 seperti Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) lebih banyak dipilih dibandingkan antasida, karena durasi kerjanya lebih lama dan efektivitasnya lebih tinggi.
  • Pencegahan tukak lambung yang disebabkan oleh pemakaian obat-obat NSAID.
  • Mengurangi resiko aspirasi pneumonitis pada pasien sebelum menjalani operasi bedah. Untuk tujuan ini Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) lebih efektif dibandingkan obat-obat golongan penghambat pompa proton.
  • Pengobatan dispepsia pada pasien berusia muda dengan antagonis reseptor-H2 dapat diterima, namun perhatian khusus harus dilakukan jika obat diberikan kepada pasien dewasa atau usia lanjut karena obat-obat golongan antagonis reseptor-H2 dapat menutupi gejala kanker lambung.

Kontra indikasi

  • Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang diketahui memiliki riwayat hipersensitif pada ranitidine atau obat golongan antagonis reseptor H2 lainnya.
  • Jangan menggunakan Ranticid 150 mg Tablet untuk penderita dengan riwayat porfiria akut.

Efek samping Ranticid 150 mg Tablet

Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa efek samping Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) yang mungkin terjadi :

  • Efek samping Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) yang umum terjadi misalnya diare dan gangguan saluran cerna lainnya , konstipasi, nyeri otot, pusing, merasa letih, dan timbul ruam pada kulit.
  • Efek samping obat golongan antagonis reseptor H2 pada saluran kardiovaskular misalnya takikardia, bradikardia, hipotensi, perpanjangan interval QT, telah dilaporkan terjadi. Efek samping ini lebih sering terjadi pada penggunaan secara intravena. Sedangkan penggunaan secara oral maupun infus lebih jarang terjadi.
  • Efek samping hematologi seperti diskrasia darah termasuk agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia kadang terjadi pada pemakaian obat ini. Jika pasien mengalami demam, menggigil, sakit tenggorokan, mudah memar, dan gejala lain dari diskrasia darah, pemakaian obat ini harus dihentikan.
  • Efek samping Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) pada organ hati secara umum jarang, namun tetap harus diwaspadai. Jika ciri-ciri toksisitas hati terjadi seperti demam, ruam, eosinofilia, dan ciri-ciri hipersensitivitas lainnya terjadi, obat ini harus dihentikan pemakaiannya.
  • Pasien yang pernah mengalami toksisitas hati akibat pemakaian antagonis reseptro H2 lain, harus hati-hati menggunakan obat ini.
  • Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal.
  • Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang terjadi.

Perhatian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien jika menggunakan Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) adalah sebagai berikut :

  • Hentikan pemakaian Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) jika terjadi reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya, karena bisa berakibat yang lebih fatal.
  • Penyesuaian dosis Ranticid 150 mg Tablet perlu dilakukan pada pasien dengan klirens kreatinin < 50 mL / menit. Pemantauan fungsi ginjal secara berkala sangat dianjurkan.
  • Hati-hati memberikan Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) untuk pasien dengan disfungsi hati karena Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) dimetabolisme di hati.
  • Ranticid 150 mg Tablet bisa menyebabkan pusing. Jangan mengemudi atau menyalakan mesin selama menggunakan obat ini.
  • Ranitidine ikut keluar bersama air susu ibu (ASI), dengan konsentrasi puncak terlihat 5.5 jam setelah pemberian. Perhatian harus dilakukan ketika Ranticid 150 mg Tablet diresepkan untuk wanita menyusui. Beri jarak yang cukup antara penggunaan obat dan menyusui.
  • Efektivitas dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum diketahui.

Penggunaan Ranticid 150 mg Tablet oleh ibu hamil

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan Ranitidine kedalam kategori B dengan penjelasan sebagai berikut :

Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Karena penelitian klinis pada manusia belum dilakukan, sebaiknya penggunaan Ranitidine oleh ibu hamil hanya jika dibutuhkan sebagaimana pertimbangan dokter.

Interaksi obat

Berikut adalah interaksi Ranitidine dengan obat-obat lain :

  • Obat-obat yang bioavailabilitasnya baik dalam kondisi asam seperti ketoconazoleitraconazole, atazanavir, dan ester ampicillin, penyerapannya akan menurun sehingga mengurangi efektivitasnya.
  • Sedangkan obat-obat yang labil dalam kondisi asam seperti erythromycin, dan digoxin penyerapannya akan meningkat jika digunakan bersama Ranitidine.
  • Antagonis histamin H2 seperti Ranitidine menurunkan absorpsi sefpodoksim.
  • Ranitidine memberi efek antagonis terhadap efek tolazolin.
  • Bioavailabilitas ranitidin akan menurun jika digunakan bersama dengan antasida.
  • Ranitidin dapat menghambat metabolisme antikoagulan coumarin, teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.

Dosis Ranticid 150 mg Tablet

Ranticid 150 mg Tablet (ranitidine) diberikan dengan dosis sebagai berikut :

  • Tukak lambung dan usus duabelas jari (duodenum) : 2 x sehari 150 mg pada pagi dan malam hari atau 300 mg sebelum tidur. Pencegahan kambuhan : 150 mg sebelum tidur.
  • Hipersekresi lambung : 2 x sehari 150 mg. pada kasus parah dapat diberikan hingga 6 gram / hari.
  • Gangguan fungsi ginjal dengan klirens creatinin < 50 ml / menit : 150 mg setiap 24 jam. Frekuensi dapat ditingkatkan setiap 12 jam atau lebih sering.

Dosis lazim ranitidine

Ranitidine diberikan dengan dosis sebagai berikut :

Dosis lazim dewasa untuk tukak usus duabelas jari

Oral : 150 mg 2 x sehari, atau 300 mg 1 x sehari setelah makan malam atau sebelum tidur.

Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam. Atau, infus intravena kontinu dapat diberikan dengan rate 6.25 mg / jam selama 24 jam.

Dosis lazim dewasa untuk dispepsia

75 mg oral 1 x sehari 30 - 60 menit sebelum makan. Dosis dapat ditingkatkan sampai 75 mg 2 x sehari. Durasi maksimal terapi : 14 hari.

Dosis lazim dewasa untuk pencegahan kambuh tukak usus duabelas jari

150 mg oral 1 x sehari pada waktu tidur.

Dosis lazim dewasa untuk erosif esofagitis

Oral :

Awal : 150 mg 4 x sehari.

Pemeliharaan : 150 mg 2 x sehari.

Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam. Atau, infus intravena kontinu dapat diberikan pada rate 6.25 mg / jam selama 24 jam.

Dosis lazim dewasa untuk stres maag profilaksis

Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam. Atau, infus intravena kontinu dapat diberikan pada rate 6.25 mg / jam selama 24 jam. Titrasi untuk mempertahankan pH lambung ≥ 4.

Dosis lazim dewasa untuk zollinger-ellison Syndrome dan hipersekresi fatologis

Oral : 150 mg 2 x sehari. Sesuaikan dosis untuk mengontrol sekresi asam lambung.

Parenteral : 1 mg / kg / jam diberikan sebagai infus intravena kontinu sampai maksimal 2.5 mg / kg / jam.

Dosis lazim dewasa untuk gastroesophageal reflux disease (GERD)

Oral : 150 mg dua x sehari.

Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam.

Dosis lazim dewasa untuk maag

Oral : 150 mg 2 x sehari.

Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam.

Dosis pemeliharaan dewasa untuk maag

150 mg oral 1 x sehari pada waktu tidur.

Dosis anak

Tukak lambung : 2-4 mg / kg BB 2 x sehari, maksimal 300 mg sehari.

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) :150 mg 2 x sehari atau 300 mg sebelum tidur malam selama sampai 8 minggu, atau bila perlu sampai 12 minggu (sedang sampai berat, 600 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi selama 12 minggu). Pengobatan jangka panjang GERD, 150 mg 2 x sehari.

Sindrom Zollinger-Ellison : 150 mg 3 x sehari; dosis sampai 6 g sehari dalam dosis terbagi.

Dosis neonatus

2 mg/kg BB, 3 kali sehari. Maksimal 3 mg/kg BB, 3 x sehari.

Bayi usia 1-6 bulan

1 mg / kg BB 3 x sehari. Maksimal 3 mg / kg BB, 3 x sehari

Bayi usia 6 bulan-12 tahun

2-4 mg / kg BB. Maksimal : 150 mg dibagi 2 x sehari.

Terkait

  • merk-merk obat dengan kandungan zat aktif ranitidine
  • obat yang termasuk histamin H2-receptor antagonist
  • obat kelebihan asam lambung lain baca cimetidine, omeprazole, lansoprazole

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Ranitidine: Uses, Dosage, Side Effects, Warnings. Drugs.com. (https://www.drugs.com/ranitidine.html)
Ranitidine Oral : Uses, Side Effects, Interactions, Pictures, Warnings & Dosing. WebMD. (https://www.webmd.com/drugs/2/drug-4091-4033/ranitidine-oral/ranitidine-liquid-oral/details)
Ranitidine | Side Effects, Dosage, Uses, and More. Healthline. (https://www.healthline.com/health/ranitidine-oral-tablet)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app