Pseudomembranous Colitis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Sep 5, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Pseudomembranous colitis (PMC) adalah manifestasi dari penyakit pada usus besar (kolon) yang ditandai dengan ditemukannya plak berwarna putih kekuningan atau benjolan yang membentuk lapisan pada permukaan dalam usus besar (pseudomembrane). 

 Pseudomembranous colitis disebabkan oleh infeksi Clostridium difficile. Sebelum penggunaan antibiotik spektrum luas, PMC lebih sering dikaitkan dengan penyakit iskemik, obstruksi, sepsis, uremia, dan keracunan logam berat. Walaupun infeksi Clostridium difficile adalah penyebab utama yang menyebabkan PMC, tetapi PMC dapat disebabkan oleh infeksi dari parasit lain.

Pseudomembranous colitis jarang terjadi pada bayi dan anak-anak. PMC Paling sering terjadi pada orang-orang yang berada di rumah sakit.

Apa Penyebab dan faktor risiko terjadinya Pseudomembranous colitis?

Bakteri Clostridium difficile adalah bakteri normal yang hidup di usus. Namun, terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik yang tidak tepat sasaran, dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri Clostridium difficile yang tidak terkendali. Bakteri Clostridium difficile mengeluarkan racun kuat yang menyebabkan peradangan dan pendarahan di lapisan usus besar.

Antibiotik apa pun dapat menyebabkan kondisi ini. Obat-obatan yang bertanggung jawab menyebabkan Pseudomembranous colitis adalah ampisilin, klindamisin, fluoroquinolon, dan sefalosporin.

Selain disebabkan oleh penggunaan antibiotik, Faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian PMC meliputi:

Gejala Pseudomembranous colitis mungkin tidak akan muncul sampai beberapa minggu setelah penghentian antibiotik. Gejala Pseudomembranous colitis dapat berkisar dari yang paling ringan hingga megakolon toksik. Gejalanya meliputi: 

  • tinja yang  berair atau berlendir, berwarna hijau, berbau, mungkin mengandung sedikit darah. 
  • demam 
  • mual 
  • muntah 
  • Gangguan pergerakan usus (ileus paralisis atau ileus obstruktif)
  • Pada kasus yang parah dapat menyebabkan usus bocor dengan gejala seperti perut kaku dan nyeri tekan.

Bagaimana cara mencegah terjadinya Pseudomembranous colitis?

Pseudomembranous colitis adalah kelainan pada usus besar yang disebabkan oleh infeksi Clostridium difficile akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan. Oleh karena itu, salah satu cara mencegah terjadinya kondisi ini terjadi adalah lebih berhati-hati dalam penggunaan antibiotik jenis apapun. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum Anda memulai pengobatan antibiotik apapun.

Bagaimana cara mengatasi Pseudomembranous colitis?

Diagnosa

Gejala Pseudomembranous colitis yang tidak khas membuat penyakit ini sulit dibedakan dengan penyakit pada saluran pencernaan lainnya. Percobaan terapi dengan vankomisin mungkin merupakan satu-satunya cara untuk mengkonfirmasi terjadinya Pseudomembranous colitis. Selain itu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis Pseudomembranous colitis meliputi :

  • pemeriksaan darah lengkap (CBC) - untuk memeriksa jika terjadi proses infeksi di dalam tubuh.
  • Kimia darah,Hipoalbuminemia sering terjadi pada Pseudomembranous colitis
  • Pemeriksaan tinja, untuk memeriksa tanda-tanda infeksi pada tinja (toksin C difficile (kebanyakan toksin B)
  • Uji immunosorbent terkait-enzim (ELISA) terkait toksin A
  • Polymerase chain reaction (PCR) Untuk mendeteksi gen toksin C difficile A dan B dalam spesimen tinja, Pemeriksaan ini sangat akurat.
  • Visualisasi endoskopi adalah metode diagnostik yang paling cepat dan pasti yang bertujuan untuk mencari tanda-tanda pseudomembrane pada permukaan usus besar.

Pengobatan

Kolitis pseudomembran biasanya dikaitkan dengan penggunaan antibiotik. Dalam kasus ringan atau sedang, terapi suportif saja sudah cukup. Terapi tersebut meliputi:

  • Menghentikan atau mengubah antibiotik yang menyebabkan terjadinya PMC
  • Menghindari narkotika dan agen antidiare
  • Mempertahankan asupan cairan dan elektrolit

Sebagian besar pasien akan pulih total dalam 10 hari. Dalam kasus yang berat, rawat inap untuk dan pemasangan infus mungkin diperlukan.

Pada kasus yang berat, penggunaan antibiotik untuk melawan bakteri Clostridium difficile mungkin diperlukan. Terapi antibiotik yang dapat digunakan meliputi :

  • Vankomisin

Vankomisin adalah pengobatan penyakit yang paling manjur (tingkat respons 90-100% pada pria dewasa). Dosis yang dianjurkan adalah 125 mg oral (PO) setiap 6 jam selama 7-14 hari untuk orang dewasa dan 500 mg / 1,73 m2 setiap 6 jam untuk bayi. Selain sebagai pengobatan, Vancomycin dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis.

Metronidazole adalah pengobatan yang murah dan efektif untuk mengatasi PMC dengan tingkat respons 86-92% bila digunakan secara oral pada pria dewasa. Metronidazole memiliki efektifitas yang setara dengan Vancomycin, tetapi memiliki efek samping yang lebih banyak. Dosis yang dapat diberikan pada penggunaan Metronidazole meliputi 250 mg PO setiap 6 jam selama 7-10 hari. Tidak dianjurkan untuk anak-anak atau untuk wanita selama kehamilan.

Terapi Bedah

Pada kasus yang parah, PMC dapat menyebabkan kondisi yang disebut dengan megakolon toksik atau usus bocor. Dua pertiga pasien dengan megakolon toksik memerlukan intervensi bedah. Prosedur pembedahan dapat dilakukan dengan reseksi usus yang mengalami infeksi (colectomy subtotal).


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Salam dok.... Saya sedang hamil tp saya isk mohon resep nya dok
Pertanyaan ini telah dijawab oleh seorang ahli medis
Buka di app