Penyebab Muntah

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Penyebab Muntah

Muntah merupakan salah satu gejala atau reaksi yang ditimbulkan oleh adanya kondisi yang ringan maupun kondisi yang serius. Beberapa kemungkinan kondisi serius yang membuat gejala muntah terjadi adalah gegar otak, meningitis atau infeksi membran yang ada pada dinding otak, penyumbatan usus, usus buntu hingga tumor otak

Penyebab Muntah

Sementara itu, penyebab lain dari timbulnya reaksi muntah dapat berupa dehidrasi. Juga diare yang disertai dengan muntah yang biasanya juga ditemani dengan kondisi bibir  dan mulut kering, mata sayu dan napas yang terengah-engah atau detak nadi yang cepat.

Penyebab muntah yang terjadi berulangkali juga berkaitan dengan adanya kehamilan pada wanita. Jika wanita yang sedang mengandung terus-menerus muntah, hati-hati mengalami kondisi hyperemesis gravidarum yang dapat membuat calon ibu mengalami ketidakseimbangan cairan dan mineral yang membahayakan janin dalam kandungan. 

Kasus lain penyebab muntah berlebih yang jarang terjadi adalah adanya perobekan dinding esofagus atau Mallory-Weiss tear. Jika esofagus sampai robek, kondisi ini disebut sebagai sindrom Boerhaave’s dan merupakan kondisi gawat darurat.

Campur tangan dokter terpaksa terjadi jika rasa mual terjadi sampai lebih dari beberapa hari dan kemungkinan kehamilan terjadi. Kondisi ini harus mendapatkan pemeriksaan dokter untuk dipastikan dan mulai dipantau perkembangannya. 

Jika muntah yang dialami terjadi akibat kondisi dehidrasi, segera lakukan pertolongan di rumah dan konsultasikan kondisi dengan dokter, terutama jika kondisi muntah ditemani dengan diare dan berlangsung lebih dari 24 jam lamanya.

Selain itu, jika di dalam muntah tercampur darah merah segar atau darah yang berwarna gelap, terjadi sakit kepala dan leher kaku, kondisi kelelahan, kebingungan atau kesadaran yang mulai menurun, rasa sakit pada perut atau napas terengah-engah diiringi dengan detak nadi yang memburu, hal ini juga merupakan tanda kondisi gawat. 

Cara Mengatasi Muntah

Untuk mengatasi kondisi muntah, berikut pertolongan yang dapat diberikan:

  • Secara bertahap, minumlah banyak air putih atau cairan jernih seperti sup.
  • Hindari mengonsumsi makanan padat hingga episode muntah sudah berlalu.
  • Jika kondisi muntah dan diare berlangsung lebih dari 24 jam, minumlah cairan rehidrasi seperti Pedialyte.
  • Konsumsilah kraker asin sebelum beraktivitas dan konsumsi makanan yang mengandung banyak protein sebelum tidur, seperti keju jika muntah-muntah disebabkan oleh kehamilan.
  • Muntah yang disebabkan oleh kemoterapi dapat diatasi dengan terapi obat khusus oleh dokter atau konsumsi obat non-resep yang sudah terlebih dahulu disetujui oleh dokter.

Cara Mengatasi Mual

Muntah seringkali diawali dengan rasa mual. Untuk mengontrol rasa mual, berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan.

  • Konsumsilah makanan dalam jumlah sedikit sepanjang hari dengan frekuensi sering sebagai pengganti tiga kali makan dalam porsi besar.
  • Makanlah secara lebih perlahan dan hindari makanan yang sulit dicerna.
  • Konsumsi makanan yang berada pada suhu dingin atau suhu ruangan karena rasa mual seringkali dipicu oleh bau atau suhu panas pada makanan.
  • Segeralah beristirahat dengan kepala terangkat sekitar 12 inci di atas kaki setelah makan.
  • Minumlah air setelah selesai makan dan sebelum makan, bukan saat makan.
  • Cobalah untuk mengisi perut saat rasa mual sedikit reda.

Untuk mencegah keluarnya muntah saat mual terjadi dan Anda tidak berada dalam situasi untuk memuntahkan isi perut Anda, berikut hal-hal yang bisa Anda lakukan:
1.    Minumlah minuman manis seperti soda atau jus buah yang tidak asam rasanya.
2.    Berbaring atau duduklah dan batasi gerakan tubuh Anda.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app