Penyebab Jantung Berdebar dan bahayanya bagi tubuh

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
Penyebab Jantung Berdebar dan bahayanya bagi tubuh

Sebagian besar dari kita pastilah pernah mengalami kondisi dimana jantung tiba-tiba berdegup kencang atau berdebar-debar. Kondisi yang tergolong lumrah ini dapat dialami siapa saja tanpa memandang umur atau riwayat kesehatan. Umumnya, penyebab jantung berdebar tidak terkait dengan penyakit jantung yang serius. Apalagi jika hanya terjadi sesekali dan berlangsung sebentar.

Palpitasi atau jantung berdebar dapat terjadi kapan saja selama beberapa detik atau beberapa menit. Selain di dada, sensasi ini pun dapat dirasakan di area tenggorokan dan leher.

Dalam keadaan normal saat sedang beristirahat, detak jantung berkisar antara 60-100 kali per menit dan dapat bervariasi (lebih rendah atau lebih tinggi) bergantung pada kondisi tertentu. Ketika frekuensi detak jantung meningkat cepat hingga lebih dari 100 kali permenit, maka kondisi ini disebut takikardia.

%70358075618320% bisa jadi %70358075617860%

Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya jantung berdebar, seperti marah atau sedang dalam kepanikan, asupan minuman berkafein yang berlebih, stres, obat-obatan, perubahan hormon, pola makan yang buruk, kurang tidur dan beberapa kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan gejala jantung berdebar.

Selengkapnya, mari kita simak penjelasan berikut ini.

Berikut delapan penyebab jantung berdebar

1. Marah atau Panik

Kondisi tertentu seperti, marah atau panik dapat menjadi penyebab jantung berdebar. Dalam keadaan panik atau marah, tubuh membutuhkan supply darah lebih banyak. Karenanya, jantung pun akan memompa darah lebih banyak pula. Kondisi ini otomatis membuat detak jantung meningkat dan jantung pun menjadi berdebar kencang.

Dalam batas tertentu, keadaan yang acap kali disertai dengan gemetarnya beberapa anggota tubuh ini bisa dibilang normal. Mengapa? karena detak jantung yang berdegup kencang ini menunjukkan efektivitas kerja jantung. Jadi, kita tak perlu risau atau khawatir berlebihan jika mengalami kondisi seperti ini, selama emosi ketika marah atau dalam kepanikan masih dapat dikendalikan.

2. Asupan Kafein Berlebih

Secara ilmiah, kafein memang terbukti dapat memberikan beberapa efek positif bagi tubuh. Namun di sisi lain, efek negatif dari zat yang memiliki sifat diuretik ini pun dapat kita rasakan apabila mengonsumsinya secara berlebihan. Salah satunya menjadi penyebab jantung berdebar atau palpitasi.

Oleh karena itu, para ahli menyarankan untuk mengonsumsinya secara wajar, yakni berkisar antara 200-300 mg per hari atau setara dengan 2-3 cangkir kopi. Jangan lupa untuk mengimbanginya dengan minum air putih secukupnya agar tubuh tetap terhidrasi.

Baca juga: Jumlah Aman Asupan Kafein.

3. Stres

Hormon adrenalin yang dilepaskan dari kelenjar adrenal dan otak ketika stres memicu jantung berdetak lebih cepat. Stres juga dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik yang menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur. Bahkan jika tidak segera ditangani, stres dapat meningkatkan risiko terserang penyakit jantung koroner yang memicu terjadinya serangan jantung.

Meskipun stres merupakan bagian dari kehidupan, namun jangan biarkan kondisi ini berlarut-larut. Segera atasi dan kelola dengan cara yang positif agar dapat meminimalisir risiko buruk yang terjadi akibat stres.

4. Konsumsi Obat-obatan

Konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat asma atau obat batuk dan flu yang mengandung pseudoephedrine menjadi salah satu faktor penyebab jantung berdebar.

Untuk itu, sebaiknya pilihlah beberapa obat yang mengandung Phenylephrine HCl (PE) sebagai pengganti pseudoephedrine. Selain dapat meredakan penyakit yang ada, obat-obatan dengan Phenylephrine HCl (PE) lebih aman digunakan karena tidak menyebabkan jantung berdebar, insomnia, sakit kepala dan beberapa efek samping lainnya.

5. Perubahan Hormon

Perubahan hormon khususnya pada wanita di masa kehamilan, menstruasi atau menopause dapat menyebabkan jantung berdetak lebih kencang. Pada masa-masa tersebut koordinasi hormonal kurang baik, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh. Kondisi ini tentu saja memaksa jantung untuk bekerja ekstra keras dalam memompa darah sehingga detak jantung pun meningkat.

Penggunaan pil kontrasepsi atau pil KB juga dapat memengaruhi perubahan hormon dalam tubuh. Namun tak perlu terlalu khawatir akan kondisi ini, karena umumnya hanya bersifat sementara dan tidak berbahaya.

6. Pola Makan yang Buruk

Pada beberapa orang yang memiliki alergi terhadap beberapa jenis makanan seperti susu sapi atau gluten seringkali mengalami peningkatan detak jantung sebagai bagian dari reaksi alergi selain ruam kulit dan sakit kepala.

Pola makan yang buruk seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi dan menunda-nunda waktu makan juga menjadi penyebab jantung berdebar. Terutama bagi mereka yang memiliki kadar gula darah rendah.

Meskipun kondisi ini nampak tidak berbahaya, namun jangan biarkan kondisi ini terus berlanjut. Biasakan untuk makan tepat waktu dan kurangi makan makanan berlemak tinggi. Perhatikan juga makanan apa yang akan dikonsumsi untuk menghindari reaksi alergi yang akan timbul.

7. Kurang Tidur

Tidur merupakan salah satu kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Saat tidur, seluruh organ tubuh akan beristirahat dan melakukan regenerasi agar kembali fit dan siap menjalani aktivitas keesokan harinya.

Ketika kebutuhan ini tidak tercukupi atau terlalu banyak begadang di malam harinya. Otak dan organ tubuh lain akan mengalami kelelahan sehingga membutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk bekerja secara optimal esok harinya. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di otak juga organ lainnya ini, jantung pun akan bekerja lebih keras dari biasanya. Kondisi ini tentu saja berimbas pada meningkatnya detak jantung yang membuat jantung berdebar-debar.

Kurang tidur juga dapat meningkatkan angka kecelakaan di jalan raya akibat kurangnya konsentrasi saat berkendara. Untuk itu, cukupilah kebutuhan tidur minimal 6 jam dalam sehari. Dengan tidur yang cukup dan berkualitas, tubuh pun akan mampu bekerja secara maksimal dan tidak mudah terserang penyakit karena selalu berada dalam kondisi yang fit dan prima.

Baca juga : 10 Masalah Kesehatan Akibat Kurang Tidur.

8. Kondisi Kesehatan

Ada beberapa kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan gejala jantung berdebar, seperti diabetes dan obesitas. Seseorang yang menderita diabetes dan obesitas cenderung tidak terlalu aktif atau kurang berolahraga. Hal ini tentu saja sangat memengaruhi kondisi kesehatan jantung. Ditambah dengan lemak berlebih pada penderita obesitas yang membuat jantung bekerja ekstra keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Tak heran bila detak jantung akan terasa berdegup lebih cepat atau berdebar-debar.

Selain itu, beberapa kondisi kesehatan lain seperti dehidrasi, demam, anemia dan hipertiroid juga dapat menjadi penyebab jantung berdebar. Jadi, perhatikan juga kondisi kesehatan Anda apabila mengalami jantung berdebar.

Pada kondisi yang tidak serius, ada tips mudah untuk mengatasi jantung berdebar. Baca disini: Cara Mengatasi Jantung Berdebar Tanpa Obat

Meski tergolong lumrah dan tidak berbahaya, namun perlu diperhatikan apabila jantung berdebar disertai dengan gejala lain seperti nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, pusing hingga perasaan akan jatuh pingsan. Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Robinson KJ, et al. Palpitations. In: StatPearls. Treasure Island, Fla.; StatPearls Publishing, 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436016/.
Heart palpitations. National Heart, Lung, and Blood Institute. https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hpl#.
Zimetbaum PJ. Overview of palpitations in adults. https://www.uptodate.com/contents/search.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app