Penanganan Diare Bagi Ibu Hamil : Obat-obatan dan Penanganan Sederhana di Rumah

Layaknya penanganan diare pada anak-anak, penanganan diare pada ibu hamil juga tidak bisa disamakan seperti penanganan diare untuk orang dewasa. pemilihan obat-obatan yang amandalam kehamilan menjadi bagian penting dalam penanganan kasus diare akut pada ibu hamil.
Dipublish tanggal: Agu 20, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Mar 11, 2020 Waktu baca: 4 menit
Penanganan Diare Bagi Ibu Hamil : Obat-obatan dan Penanganan Sederhana di Rumah

Masalah pencernaan, seperti konstipasi dan diare, tentu saja sering terjadi selama masa kehamilan. Masalah pencernaan dapat dipengaruhi oleh faktor hormon, perubahan pola makan, dan faktor fisiologis seperti stres.

Faktanya diare dijumpai pada 34% wanita hamil. Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan munculnya diare pada wanita hamil, faktor utama penyebab diare pada wanita hamil adalah infeksi. 

Meskipun diare pada kehamilan umumnya ringan, namun diare pada masa kehamilan dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti kelemahan, dehidrasi, berkurangnya volume cairan ketuban dan malformasi.

Layaknya penanganan diare pada anak-anak, penanganan diare pada ibu hamil juga tidak bisa disamakan seperti penanganan diare untuk orang dewasa. 

Pemilihan obat-obatan yang aman dalam kehamilan menjadi bagian penting dalam penanganan kasus diare akut pada ibu hamil. 

Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi diare pada wanita hamil

1. Obat anti diare

Umumnya, terapi medikamentosa diare pada kehamilan tidak jauh berbeda dengan kasus bukan kehamilan, yakni meliputi terapi konservatif seperti rehidrasi (mencukupi kebutuhan cairan), memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit yang terjadi, dan pemberian obat-obatan anti-diare. 

Perbedaanya adalah pemilihan obat anti-diare terkait efek pada janin. 

Loperamide merupakan obat anti diare yang paling sering digunakan karena relatif aman. Penggunaan loperamide pada trimester pertama kehamilan tidak berpotensi menyebabkan kecacatan pada janin. 

Meskipun begitu, beberapa praktisi tetap menghindari pemberian obat ini pada trimester pertama, mengingat risiko kemungkinan terjadinya malformasi jantung pada janin. 

Obat lainnya yang aman diberikan adalah kaopectate, serta simethicone. Namun penggunaan obat simethicone hanya dapat diberikan pada ibu hamil jika memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang mungkin terjadi. Obat simethicone tergolong dalam kategori C pada kehamilan.

2. Obat antibiotik

Pemberian antibiotik diberikan untuk terapi kausal berdasarkan etiologi penyebab misalnya penggunaan obat kuinolon untuk Shigellosis (diare berdarah akibat infeksi Shigella) dan salmonellosis. 

Penggunaan obat golongan makrolida untuk Campylobacter, obat golongan sefalosporin untuk mengatasi infeksi akibat E.coli dan bakteri gram negatif lainnya, serta obat metronidazole untuk mengatasi diare akibat infeksi Clostridium difficile

3. Obat-obatan yang perlu dihindari

Hindari obat obatan seperti bismuth subsalicylate, atropine diphenoxylate dan jenis obat salicylates lainnya. 

Penggunaan kombinasi atropine dengan diphenoxylate pada trimester kedua dan ketiga kehamilan diketahui menimbulkan efek teratogenik pada hewan percobaan dan manusia (obat kehamilan kategori D). 

Oleh sebab itu, penggunaan kombinasi obat ini tidak dianjurkan. 

Bismuth subsalicylate tidak dianjurkan untuk digunakan selama masa kehamilan terkait dengan efek penurunan berat badan lahir bayi, perdarahan neonatus, dan peningkatan risiko mortalitas perinatal. 

Hindari juga pemberian obat golongan hyoscine butylbromide selama kehamilan karena termasuk golongan C pada kategori FDA untuk kehamilan. 

Penanganan sederhana di rumah untuk mengatasi diare pada wanita hamil

Mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan, kebanyakan ibu hamil dianjurkan untuk mengatasi diare dengan istirahat dan pengobatan rumahan. 

Contoh dari penanganan sederhana di rumah yang dapat Anda lakukan meliputi :

1. Tetap terhidrasi

Jika Anda mengalami diare, penting untuk tetap terhidrasi. Buang air besar menyebabkan banyaknya cairan tubuh yang keluar. Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat dan sangat serius, terutama bagi wanita hamil.

Bahkan ketika mereka tidak mengalami masalah pencernaan, wanita hamil membutuhkan lebih banyak air daripada orang lain. Minumlah air untuk menggantikan cairan yang hilang. 

Anda dapat mengkonsumsi jus dan kuah kaldu untuk membantu menggantikan beberapa elektrolit, vitamin, dan mineral yang hilang dari tubuh Anda.

2. Mencukupi kebutuhan nutrisi harian

Upayakan untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering. Makan dengan porsi kecil tetapi sering lebih baik daripada makan tiga kali lebih besar sehari dengan porsi besar. 

Karena mengkonsumsi makanan dengan porsi besar saat mengalami diare dapat menambah ketidaknyamanan perut dan memicu rasa mual. 

Diet yang baik untuk penderita diare meliputi:

  • makanan yang kaya pektin, seperti buah
  • makanan tinggi kalium, seperti kentang dan ubi jalar
  • makanan dengan elektrolit, seperti sup miso dan minuman olahraga
  • sayuran yang dimasak
  • mengandung jumlah protein yang memadai

3. Menghindari makanan tertentu

Menghindari mengkonsumsi makanan tertentu dapat membantu menghindari makanan yang dapat mengiritasi atau menekan saluran pencernaan, seperti:

  • makanan tinggi lemak
  • makanan berminyak
  • makanan pedas
  • makanan yang mengandung pemanis buatan
  • makanan dengan tingkat fruktosa tinggi

Beberapa dokter merekomendasikan untuk menghindari produk susu, karena dapat memperburuk diare pada beberapa orang. 

4. Mengkonsumsi probiotik

Probiotik adalah mikroorganisme yang dapat bermanfaat bagi sistem pencernaan. Mereka dapat mendukung kerja usus dan membantu melawan infeksi. 

Pada tahun 2010, para peneliti melakukan tinjauan sistematis yang besar terhadap 63 studi tentang probiotik, dengan lebih dari 8.000 peserta. Penelitian tersebut menemukan bahwa probiotik secara signifikan dapat mempersingkat durasi pemulihan dari diare. 

Mereka juga menemukan probiotik dapat aman digunakan oleh semua kalangan termasuk wanita hamil, tanpa efek samping yang serius.


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Ochoa B, et al. (2012). Diarrheal diseases — acute and chronic. (http://patients.gi.org/topics/diarrhea-acute-and-chronic/)
Mayo Clinic Staff. (2017). Water: How much should you drink every day? (http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/water/art-20044256?pg=2)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app