Levator Ani Syndrome - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mei 28, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Levator ani adalah kumpulan otot pada panggul yang terdiri dari 3 otot utama yang meliputi : otot pubococcygeus, otot iliococcygeus, dan otot puborectalis. Levator ani berfungsi seperti kran yang mengontrol kapan seseorang buang air besar dan buang air kecil.

Sindrom Levator ani adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan nyeri pada rektum dan anus yang hilang timbul. Nyeri dapat menjalar ke pinggul, tulang ekor, atau area lain. Nyeri pada sindrom levator ani disebabkan oleh kejang pada otot levator ani.  Nyeri biasanya tidak berhubungan dengan saluran pencernaan, dan tampaknya tidak ada kelainan struktural atau kondisi mendasar yang menyebabkan gejala.

Kondisi ini juga disebut levator syndrome atau levator ani spasm syndrome. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada 7,4% wanita dan 5,7% pria dari total populasi. Lebih dari setengah mereka yang memiliki gejala sindrom levator ani berusia 30-60 tahun.

Apa penyebab terjadinya sindrom levator ani?

Meskipun penyebab pasti terjadinya sindrom levator ani tidak diketahui, umumnya dipercaya bahwa sindrom levator ani disebabkan oleh kondisi dimana otot-otot dasar panggul mengalami spasme dalam jangka waktu yang lama.Teori lain menyebutkan bahwa kondisi ini dipicu oleh peradangan di daerah panggul.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sindrom levator ani meliputi :

  • Sering menahan buang air kecil atau buang besar.
  • Penyusutan vagina (vagina atrofi) atau nyeri pada vulva (vulvodynia).
  • Tetap melanjutkan berhubungan intim bahkan ketika itu alat vital terasa nyeri.
  • cedera pada dasar panggul akibat operasi atau trauma, termasuk pelecehan seksual.
  • mengalami nyeri panggul kronis, termasuk sindrom iritasi usus, endometriosis, atau sistitis interstitial.

Gejala Sindrom Levator Ani

Gejala yang paling ditemukan pada sindrom levator ani adalah rasa nyeri di rektum dengan karakteristik:

  • tidak teratur dan spontan
  • durasinya kurang dari 20 menit
  • nyeri tumpul
  • rasa tekanan di rektum
  • terasa saat duduk
  • lega saat berdiri atau berbaring
  • tidak terkait dengan buang air besar
  • cukup parah sehingga mengganggu saat tertidur

Seseorang yang mengalami sindrom levator ani mungkin merasakan gejala membaik jika buang gas atau buang air besar. Pada kasus yang parah, nyeri pada dubur dapat sering muncul dan dapat berlangsung selama beberapa jam.

Apakah sindrom levator ani dapat dicegah?

Penyebab utama terjadinya sindrom levator ani masih belum dapat diketahui secara pasti hingga saat ini, sehingga belum ada penanganan khusus yang dapat mencegah terjadinya kondisi ini. Namun Anda dapat menurunkan risiko terkena sindrom levator ani dengan tidak terlalu sering menahan BAK atau BAB, dan mempraktikan aktivitas seksual yang aman dengan tidak melakukan hubungan intim jika organ intim Anda terasa sakit.

Bagaimana penanganan sindrom levator ani?

Diagnosa
Jika Anda mengalami nyeri kronis pada anus, segera periksakan diri Anda ke dokter. Seorang dokter pertama-tama akan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik. Pada seseorang yang menderita sindrom levator ani, mereka mungkin akan mengalami nyeri pada otot levator ketika menjalani pemeriksaan dubur.

Dokter akan mencurigai seseorang menderita sindrom levator ani jika:

  • Adanya nyeri rektum kronis atau berulang yang berlangsung setidaknya 20 menit.
  • Mengalami nyeri tekan yang parah ketika otot levator disentuh.

Untuk memastikan jika Anda mengalami sindrom levator ani, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan yang meliputi:

Pengobatan
Sebelum memulai perawatan apapun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan di rumah untuk mengurangi gejala pada sindrom levator ani. Berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi nyeri pada rektum :

  • Sitz bath: Merendam daerah anus dengan air hangat untuk meredakan peradangan.
  • Penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID)
  • Duduk di bantal: Beberapa orang melaporkan bahwa duduk di bantal berbentuk donat mengurangi tekanan pada anus, yang dapat mengurangi gejala.
  • Tidak menahan buang angin atau buang air besar: Episode spasme otot levator ani dapat dikurangi dengan buang angin atau buang air besar.

Jika perawatan sederhana di rumah tidak dapat mengatasi gejala yang Anda miliki, pilihan pengobatan yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi sindrom levator ani meliputi:

  • Terapi fisik: terapi fisik, seperti pijat, dapat mengurangi kejang dan kram pada otot-otot dasar panggul.
  • Stimulasi Electrogalvanic (EGS): memberikan stimulasi listrik ringan pada anus
  • Biofeedback: Teknik ini dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus untuk mengukur aktivitas otot saat latihan. Melalui umpan balik yang mereka dapatkan, seseorang yang mengalami gejala sindrom levator ani dapat belajar untuk mengendalikan otot tertentu untuk mengurangi gejala.
  • Suntikan Botox: Botox telah diselidiki sebagai pengobatan potensial. Satu studi mendokumentasikan suntikan botox dapat mengurangi gejala spasme dan mengatasi nyeri.

11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Barbara Bolen, PhD, Levator Ani Syndrome (https://www.verywellhealth.com/what-is-levator-ani-syndrome-1944702), 3 October 2019.
Alana Biggers, M.D., MPH, Levator Ani Syndrome (https://www.medicalnewstoday.com/articles/318763.php), 4 August 2017.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app