Kenali Trombus dan Gejalanya

Gumpalan darah akan berubah menjadi padat pada saat darah mengeras. Nah, gumpalan darah yang mengalami perubahan dan terbentuk di dalam pembuluh darah arteri dan vena ini disebut juga dengan trombus.
Dipublish tanggal: Sep 10, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 31, 2020 Waktu baca: 4 menit
Kenali Trombus dan Gejalanya

Mungkin sebagian orang masih merasa asing dengan istilah trombus. Trombus merupakan gumpalan darah yang terbentuk pada dinding pembuluh darah. Gumpalan darah yang terbentuk sebenarnya berguna untuk menghentikan pendarahan yang terjadi, sebagai respon terhadap cedera atau luka. 

Akan tetapi, jika terjadi bukan karen cedera atau luka, sebaliknya, trombus dapt menimbulkan masalah kesehatan serius. 

Darah memiliki fungsi untuk memasok oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jaringan dan organ tubuh akan mengalami kerusakan jika tubuh tidak memiliki darah, akibatnya organ dan jaringan tersebut tidak dapat bekerja dengan baik. 

Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada aliran darah akibat trombus dapat memunculkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung dan stroke. 

Memahami trombus 

Gumpalan darah akan berubah menjadi padat pada saat darah mengeras. Nah, gumpalan darah yang mengalami perubahan dan terbentuk di dalam pembuluh darah arteri dan vena ini disebut juga dengan trombus. 

Bagian tubuh mana pun bisa menjadi tempat terbentuknya trombus, kemudian trombus dapat terlepas dari bagian tubuh tersebut dan terbawa aliran darah menuju bagian tubuh yang lain, serta mengakibatkan sumbatan pada daerah tempat trombus dibawa. 

Trombus yang terlepas dan menyebabkan sumbatan disebut emboli. 

Sumbatan pada arteri yang diakibatkan oleh emboli dapat menghalangi asupan oksigen ke jaringan di daerah tersebut. Rendahnya kadar oksigen pada jaringan ini disebut dengan iskemia. 

Iskemia yang tidak segera mendapatkan penanganan akan menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan sumbatan oleh emboli pada pembuluh darah vena, dapat menyebabkan penumpukan cairan dan pembengkakan, seperti varises dan trombosis vena dalam (DVT). 

Beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko terbentuknya trombus atau bekuan darah adalah: 

  • Memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas
  • Kebiasaan merokok.
  • Sudah berusia di atas 60 tahun. 
  • Memiliki keluarga sedarah yang juga menderita penyakit akibat trombus.
  • Pernah mengalami penggumpalan darah.
  • Sedang berada dalam masa pemulihan pasca operasi.
  • Pernah mengikuti terapi untuk penggantian hormon atau menggunakan kontrasepsi hormonal. 
  • Sedang berada dalam masa kehamilan atau baru saja melaahirkan. 
  • Menderita kanker atau sedang dalam masa pengobatan kanker
  • Memiliki penyakit atau kondisi yang dapat membuat darah mudah untuk membeku, seperti sindrom antifosfolipid atau kolestrol tinggi. 

Gejala trombus 

Gejala yang ditimbulkan oleh pembekuan darah bervariasi, akan tetapi gejala yang muncul tersebut dipengaruhi oleh lokasi terjadinya sumbatan. Berikut beberapa gejala kemunculan trombus berdasarkan bagian aliran darah yang terganggu: 

1. Sumbatan pada vena tungkai (deep vein thrombosis/DVT)

Sumbatan yang terjadi pada vena tungkai akan menimbulkan rasa nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Gejala yang muncul akibat trombosis dalam vena biasanya hanya terjadi pada satu tungkai saja dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda tergantung ukuran bekuan darah. 

2. Sumbatan pada paru-paru (emboli paru-paru) 

Saat terjadi pada paru-paru, gejala sumbatan yang muncul dapat berupa sesak napas secara tiba-tiba, nyeri dada, serta denyut nadi yang semakin cepat. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan muntah darah. Sumbatan pada paru-paru merupakan kondisi yang memerlukan penanganan medis secepat mungkin. 

3. Sumbatan pada arteri otak 

Sumbatan yang terjadi pada arteri otak akan menimbulkan nyeri kepala yang muncul secara tiba-tiba dan berat. Gejala lain yang dapat menandai penyakit stroke juga dapat muncul, seperti kehilangan kemampuan berbicara dan penglihatan, kesulitan berjalan, serta kelemahan (kelumpuhan) pada salah satu sisi tubuh. 

4. Sumbatan pada arteri jantung 

Gejala yang muncul akibat sumbatan pada arteri jantung adalag gejala serangan jantung, seperti nyeri dada yang menjalar hingga ke leher atau lengan, sesak napas, mual, mengalami gangguan pencernaan, dan keluar keringat dingin

5. Sumbatan pada arteri yang memasok darah ke usus 

Terjadinya sumbatan pada arteri yang membawa darah ke usus akan menimbulkan gejala, seperti nyeri perut, mual, dan terdapat darah dalam tinja. Karena sering terjadi pada infeksi virus dan keracunan makanan, gejala yang muncul akibat kondisi ini tidakp dapat dikenali secara spesifik. 

Pencegahan dan penanganan trombus 

Trombus dapat dicegah dengan bergerak aktif, tidak duduk atau berbaring terlalu lama, minum air putih yang cukup, berhenti merokok, dan menjaga berat badan ideal

Juga, pencegahan trombus dapat dilakukan dengan mengobati penyakit tertentu yang mampu meningkatkan risiko terbentuknya thrombus, seperti diabetes dan kolestrol tinggi. 

Namun, apabila trombus sudah terbentuk, maka penanganannya akan seperti berikut: 

  • Melakukan penyuntikan obat trombolik guna melarutkan gumpalan darah. 
  • Penggunaan obat pengencer darah.
  • Menjalani operasi pengangkatan gumpalan darah (embolektomi). 
  • Menjalani operasi pelebaran arteri yang tersumbat. Seperti angioplasti, yaitu dengan memasang tabung berlubang pada arteri untuk menahannya tetap terbuka. 
  • Operasi pengalihan aliran darah di sekitar arteri yang mengalami penyumbatan, seperti operasi bypass jantung. 

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh kondisi berbahaya ini sangat bervariasi, tergantung pada bagian terjadinya penggumpalan darah. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami keluhan atau gejala-gejala seperti yang sudah dijelaskan di atas. 

Semakin cepat penanganan medis yang diberikan, maka akan semakin baik juga dampaknya bagi kesehatan Anda. 


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
What is venous thromboembolism? (2019). (https://www.cdc.gov/ncbddd/dvt/facts.html)
Venous thromboembolism (VTE): The facts. (n.d.). (http://www.worldthrombosisday.org/issue/vte/)
Varga E. (n.d.). The genetics of thrombophilia. (https://www.stoptheclot.org/article143.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app