Fasiprim: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Tinjau pada Agu 5, 2019 Waktu baca: 6 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Fasiprim adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi seperti infeksi saluran pencernaan, pernapasan, hingga saluran kemih.
  • Dosis Fasiprim tablet untuk dewasa adalah 2 x sehari 2 tablet. Sedangkan untuk anak usia 5-12 tahun 2 x sehari 1 tablet, dan anak usia 1-5 tahun cukup 1/2 tablet.
  • Tidak untuk pasien dengan gangguan hati dan ginjal yang berat, ibu hamil (terutama trimester ketiga), dan anak usia < 2 tahun.
  • Hentikan penggunaan jika muncul reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, atau pucat.
  • Klik untuk mendapatkan Fasiprim atau obat antibiotik lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Fasiprim adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi seperti infeksi saluran pencernaan, pernafasan, saluran kemih dan berbagai jenis infeksi lainnya. Fasiprim mengandung cotrimoxazole, suatu obat antibiotik yang merupakan kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole.

Mengenai Fasiprim

Pabrik

Ifars

Golongan

Harus dengan resep dokter

Kemasan

Fasiprim dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:

  • Dos 10 strip x 10 kaplet
  • 10 blister x 10 kaplet
  • 10 strip x 10 kaplet forte
  • Botol 60 ml sirup

Kandungan

Tiap kemasan Fasiprim mengandung zat aktif sebagai berikut:

  • (trimethoprim 80 mg + sulfamethoxazole  400 mg)/kaplet
  • (trimethoprim 160 mg + sulfamethoxazole  800 mg)/kaplet forte
  • (trimethoprim 40 mg + sulfamethoxazole  200 mg)/5 ml sirup

Sekilas tentang zat aktif 

Cotrimoxazole adalah antibiotik kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Kombinasi ini dengan perbandingan satu bagian trimethoprim dan lima bagian sulfamethoxazole.

Cotrimoxazole bekerja dengan cara menghambat enzim metabolisme asam folat pada bakteri yang peka. Trimethoprim sendiri adalah bakterisida sedangkan sulfamethoxazole adalah bakteriostatik.

Dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini berfungsi sebagai bakterisida. Cotrimoxazole bermanfaat untuk mengobati infeksi-infeksi oleh bakteri yang resisten sulfamethoxazole tapi masih peka terhadap trimethoprim.

Manfaat Fasiprim

Kegunaan Fasiprim adalah untuk pengobatan infeksi-infeksi berikut:

  • Infeksi saluran pernapasan: otitis media akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae. Eksaserbasi akut bronchitis kronis yang disebabkan oleh pneumoniae atau H. influenzae, sebagai obat alternatif jika obat golongan penicillin tidak dapat digunakan.
  • Infeksi saluran pencernaan: sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, sebagai alternatif antibiotik golongan quinolon.
  • Infeksi saluran kemih: obat ini juga bermanfaat untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri E.coli, Klebsiella, Enterobacter, Morganella morganii, Proteus mirabilis, atau P. vulgaris.
  • Brucellosis dan kolera: obat ini adalah antibiotik alternatif untuk pengobatan brucellosis untuk pasien yang tidak bisa menggunakan tetracycline (misalnya anak-anak).
  • Infeksi mikobakteri: infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum juga bisa menggunakan antibiotik ini.
  • Pertusis: sebagai alternatif erythromycin.
  • Demam tifus dan infeksi Salmonella lain: umumnya demam tifus diobati dengan antibiotik golongan quinolon atau cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone dan cefotaxime, namun cotrimoxazole sering digunakan sebagai alternatifnya.

Kontraindikasi

Fasiprim tidak boleh digunakan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Memiliki riwayat alergi terhadap  trimethoprim dan sulfamethoxazole, atau obat-obat golongan sulfonamide lainnya).
  • Pasien dengan gangguan hati dan ginjal yang berat sebaiknya dihindari.
  • Wanita hamil terutama menjelang kelahiran, anak < 2 tahun (kecuali untuk pengobatan atau pencegahan pneumocytosis jiroveci (P. carinii) pada bayi dari usia empat minggu atau lebih).
  • Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu. Oleh karena itu, pemakaian selama menyusui sebaiknya dikonsultasikan pada dokter.

Efek samping Fasiprim

Berikut adalah beberapa efek samping Fasiprim yang mungkin terjadi saat menggunakan antibiotik ini:

  • Efek samping Fasiprim yang umum seperti mual, muntah, ruam, diare, demam, gatal, nyeri otot dan sendi.
  • Reaksi alergi yang parah bisa terjadi bagi orang-orang yang sensitif terhadap obat-obat golongan sulfonamide termasuk Fasiprim, seperti sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, nekrosis hati fulminan, agranulositosis, anemia aplastik, dan diskrasia darah lainnya.
  • Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur atau bakteri pada pencernaan.
  • Obat ini bisa menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan enzim glukosa-6-fosfat  dehidrogenase (enzim yang berperan dalam produksi sel darah merah), terutama jika diberikan pada dosis yang tinggi.
  • Pada pasien lanjut usia, efek samping lebih rentan terjadi misalnya penekanan sumsum tulang dan penurunan trombosit (terutama jika obat ini diberikan bersamaan dengan diuretik jenis tiazid).

Dosis Fasiprim

Fasiprim diberikan dengan dosis berikut:

Syrup:

  • Dosis anak usia 5-12 tahun: 2 x sehari 2 sendok teh.
  • Dosis anak usia 6 bulan-5 tahun: 2 x sehari 1 sendok teh.
  • Dosis anak usia 2-6 bulan: 2 x sehari ½ sendok teh.
  • pada keadaan infeksi berat dosis dapat ditingkatkan.

Tablet

  • Dosis dewasa: 2 x sehari 2 tablet.
  • Dosis anak usia 5-12 tahun: 2 x sehari 1 tablet.
  • Dosis anak usia 1-5 tahun: 2 x sehari ½ tablet.
  • Pada kondisi infeksi yang lebih berat, dosis dapat ditingkatkan.

Forte

  • Dosis dewasa: 2 x sehari 1 caplet.
  • Pada kondisi infeksi yang lebih berat, dosis dapat ditingkatkan.

Interaksi Fasiprim

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Fasiprim adalah:

  • ACE inhibitor seperti captopril, enalapril, lisinopril, dan ace inhibitor lainnya: berpotensi terjadi hiperkalemia.
  • Obat-obat antiaritmia: meningkatkan risiko aritmia ventrikel pada pasien yang menggunakan amiodarone. Sedangkan pemberian bersamaan dengan obat dofetilide terjadi peningkatan risiko perpanjangan Interval QT.
  • Kalium aminobenzoate: menghambat efek obat-obat golongan sulfonamide (seperti sulfamethoxazole).
  • Obat-obat golongan sulfonilurea: meningkatkan efek farmakologi Fasiprim (cotrimoxazole).
  • Fasiprim: menghambat metabolisme phenytoin sehingga meningkatkan waktu paruhnya.
  • Diuretik: obat-obat diuretik terutama golongan tiazide meningkatkan potensi terjadinya penurunan kadar trombosit, terutama untuk pasien usia lanjut.
  • Fasiprim: menghambat klirens obat-obat antikoagulan dan meningkatkan protrombin time (PT) sehingga meningkatkan efek obat-obat ini.
  • Siklosporin: dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada pasien penerima transplantasi ginjal
  • Fasiprim: meningkatkan kadar digoxin dalam plasma terutama pada pasien usia lanjut.
  • Abat-obat antivirus seperti lamivudine dan zalcitabine: meningkatkan konsentrasi plasma obat.
  • Indomethacin: meningkatkan konsentrasi sulfamethoxazole dalam plasma.
  • Anti dibetes oral, seperti glibenclamide: berpotensi meningkatkan efek samping berupa hipoglikemia pada pemakaian 
  • Pyrimethamine: efek samping anemia megaloblastik.
  • Rifampisin: menyebabkan kadar rifampisin dalam plasma meningkat di sisi lain terjadi penurunan kadar trimethoprim.
  • Procainamide dan amantadine: meningkatkan konsentrasi plasma  sehingga meningkatkan toksisitasnya.
  • Clozapine dan antipsikotik lainnya: risiko efek samping hematologis meningkat.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan Fasiprim adalah sebagai berikut:

  • Fasiprim harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
  • Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma bronkial.
  • Orang-orang yang kekurangan folat seperti pasien lanjut usia, pecandu alkohol, sedang menggunakan obat anti konvulsan, atau oang-orang yng mengalami malnutrisi, jika menggunakan Fasiprim harus mendapatkan perhatian serius.
  • seperti antibiotik lainnya obat ini harus digunakan sampai dosis yang disarankan habis. Jangan menghentikan pemakaian sebelum waktunya untuk menghindari terjadinya resistensi.
  • Pasien yang menggunakan antibiotik ini harus mengkonsumsi cukup cairan untuk mencegah kristaluria.

Toleransi Fasiprim terhadap kehamilan

FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) menggolongkan cotrimoxazole ke dalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut:

Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia sehingga tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Akan tetapi apabila besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa, maka penggunaannya dapat dipertimbangkan. 

Oleh sebab itu, penggunaan obat-obat yang mengandung cotrimoxazole oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

Artikel terkait:


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Fasiprim. Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas). (http://pionas.pom.go.id/obat/fasiprim)
Cheng, A., McBryde, E., Wuthiekanun, V., Chierakul, W., Amornchai, P., & Day, N. et al. (2009). Dosing Regimens of Cotrimoxazole (Trimethoprim-Sulfamethoxazole) for Melioidosis. Antimicrobial Agents And Chemotherapy, 53(10), 4193-4199. https://doi.org/10.1128/aac.01301-08. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. (https://aac.asm.org/content/53/10/4193)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app