Dyspepsia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 6, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Agu 5, 2019 Waktu baca: 3 menit

Apakah Dyspepsia itu?

Gangguan pencernaan (dyspepsia) dapat terjadi pada hampir semua orang. Kebiasaan makan yang buruk atau masalah pada saluran pencernaan kronis bisa memicu terjadinya dyspepsia.

Dyspepsia adalah gangguan pada saluran pencernaan yang dapat menimbulkan berbagai gejala seperti sakit perut, perut kembung, mulas, mual, dan muntah.

Gejala umum lain yang dapat ditimbulkan dyspepsia termasuk:

  • Merasa cepat kenyang saat makan dan tidak bisa menghabiskan makan
  • Merasa sangat kenyang setelah menyantap makanan dalam porsi normal
  • Sensasi terbakar di perut atau kerongkongan
  • Sensasi tidak nyaman di perut
  • Mengalami gas atau sendawa yang berlebihan
  • Dyspepsia dapat terjadi pada semua orang dari segala usia dan jenis kelamin.

Dyspepsia sangat sering ditemukan pada praktik klinis. Resiko seseorang mengalami dyspepsia meningkat dengan:

  • Konsumsi alkohol berlebih
  • Penggunaan obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung, seperti aspirin dan penghilang rasa sakit lainnya
  • Kondisi di mana ada kelainan pada saluran pencernaan, seperti maag
  • Masalah emosional, seperti kecemasan atau depresi

Apa yang menyebabkan terjadinya dyspepsia?

Dyspepsia dapat terjadi karena makan berlebihan atau makan terlalu cepat. Makanan pedas, berminyak, dan berlemak juga dapat meningkatkan resiko Dyspepsia. Berbaring sesaat setelah makan juga dapat membuat makanan sulit dicerna.

Sehingga dapat meningkatkan munculnya resiko ketidaknyamanan pada perut. Penyebab umum lainnya yang dapat menyebabkan dyspepsia termasuk:

  • Merokok
  • Terlalu banyak minum alkohol
  • Efek samping dari obat-obatan (terutama obat antiinflamasi non steroid, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen)
  • Kebiasaan makan dan pilihan gaya hidup bisa menyebabkan.

Gejala Dyspepsia juga bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti:

Terkadang, pada seseorang yang mengalami dyspepsia, tidak ditemukan penyebab pasti yang menyebabkan dyspepsia, kondisi ini dikenal dengan dyspepsia fungsional. Dyspepsia fungsional dapat disebabkan oleh motilitas otot yang abnormal (aksi pemerasan) di area dimana otot perut mencerna dan memindahkan makanan ke usus kecil.

Bagaimana cara mencegah terjadinya Dyspepsia?

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya dyspepsia adalah dengan menghindari makanan dan situasi yang dapat menyebabkan terjadinya. Anda dapat membuat daftar makanan yang dapat membantu dalam mengidentifikasi makanan yang menyebabkan gangguan pencernaan. Berikut beberapa saran lain yang dapat Anda lakukan:

  • Makanlah dalam porsi kecil sehingga perut tidak harus bekerja keras.
  • Makan secara perlahan.
  • Hindari makanan yang mengandung banyak asam, seperti buah jeruk dan tomat.
  • Kurangi atau hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein.
  • Jika stres adalah pemicu terjadinya dispepsia pada diri Anda, pelajari metode baru untuk mengelola stres, seperti teknik relaksasi.
  • Jika Anda merokok, Anda disarankan untuk berhenti. Merokok dapat mengiritasi lapisan perut.
  • Kurangi konsumsi alkohol, karena alkohol juga dapat mengiritasi lapisan perut.
  • Hindari mengenakan pakaian ketat, karena mereka cenderung menekan perut, yang dapat menyebabkan isi perut kembali ke kerongkongan.
  • Jangan berolahraga dengan perut penuh. Sebaliknya, berolahraga sebelum makan atau setidaknya satu jam setelah makan.
  • Jangan berbaring tepat setelah makan.
  • Tunggu setidaknya tiga jam setelah makan sebelum Anda tidur.
  • Tidur dengan posisi kepala terangkat (setidaknya 6 inci) di atas kaki Anda dengan menggunakan bantal untuk menopang diri Anda. Dengan memposisikan kepala Anda lebih tinggi akan membantu isi lambung mengalir ke usus daripada kembali ke kerongkongan.

Apa pengobatan Dyspepsia?

Dyspepsia dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan. Berikut beberapa pengobatan yang dapat diberikan untuk meringankan gejala dispepsia. Beberapa obat dapat mengobati dyspepsia, tetapi penggunaan obat-obatan dapat menimbulkan efek samping.

  1. Antasida bebas seperti Maalox dan Mylanta membantu menetralkan asam lambung, tetapi dapat menyebabkan diare atau sembelit.
  2. Antagonis reseptor H2 (H2RAs) seperti Zantac dan Pepcid mengurangi asam lambung.
  3. Prokinetik, seperti obat resep Reglan dan Motilium, meningkatkan gerakan otot-otot (motilitas) saluran pencernaan.
  4. Inhibitor pompa proton (PPI) seperti Prilosec juga dapat digunakan untuk mengurangi asam lambung, tetapi memiliki efek yang lebih kuat dari H2RA.

Obat PPI dan H2RA keduanya biasanya digunakan untuk mengobati tukak lambung. Jika H. pylori adalah penyebab timbulnya tukak lambung, obat ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik seperti klaritromisin dan amoksisilin.


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app