Apakah Mengkonsumsi Jengkol Dapat Mempengaruhi Kualitas ASI Pada Ibu Menyusui?

Jadi, faktanya aman bagi ibu yang sedang menyusui untuk mengkonsumsi jengkol. Namun, pada beberapa orang yang sensitif, mengkonsumsi jengkol berlebihan dapat memicu peningkatan produksi asam lambung.
Dipublish tanggal: Agu 17, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Apakah Mengkonsumsi Jengkol Dapat Mempengaruhi Kualitas ASI Pada Ibu Menyusui?

Siapa yang tidak pernah mendengar yang namanya sayur jengkol? Jengkol (Jering / Pithecellobium Jiringa / Pithecellobium Labatum) adalah tanaman khas di wilayah Asia Tenggara, yang populer di Malaysia, Thailand dan Indonesia. 

Di Jawa Barat, tanaman yang memiliki aroma khas ini dikonsumsi setidaknya 100 ton setiap harinya.

Di balik bau yang dihasilkan jengkol, ternyata jengkol mengandung berbagai manfaat bagi kesehatan. 

Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa jengkol adalah sumber makanan yang kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.

Terlepas dari rasanya yang khas dan kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya, jika dikonsumsi oleh ibu yang menyusui, jengkol diyakini dapat mengubah aroma dan rasa dari ASI yang dihasilkan oleh ibu yang menyusui. 

Jadi apakah ibu yang sedang menyusui tidak seharusnya mengkonsumsi makanan yang satu ini? Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel yang satu ini.

Manfaat mengkonsumsi jengkol untuk ibu menyusui

Sebelum memutuskan apakah seorang ibu yang sedang menyusui boleh atau tidak mengkonsumsi makanan yang satu ini, ada baiknya jika Anda mengetahui manfaat kesehatan yang dapat diberikan dari mengkonsumsi jengkol.

1. Mengandung tinggi serat

Selama masa menyusui, seringkali seorang ibu mengalami masalah pencernaan seperti sembelit sehingga dapat mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. 

Jengkol dipercaya memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, sehingga mampu memperlancar pencernaan dan mencegah terjadinya sembelit.

2. Memiliki kandungan zat besi yang tinggi

Kekurangan zat besi selama masa menyusui dapat menyebabkan terjadinya anemia. Jengkol memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi yang dapat mencukupi kebutuhan zat besi seorang ibu yang sedang menyusui.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh

Jengkol mengandung vitamin C. Vitamin C yang terkandung di dalam jengkol dipercaya dapat meningkatkan daya tahan butuh. 

Pasalnya, vitamin C sangat dibutuhkan oleh seorang ibu saat masa menyusui karena dapat menjaga daya tahan tubuh.

Apa bahaya mengkonsumsi jengkol bagi bayi dan ibu yang menyusui?

Hingga kini, belum ada penelitian medis yang mengungkapkan bahaya mengkonsumsi jengkol ketika menyusui bagi bayi. Jadi, faktanya aman bagi ibu yang sedang menyusui untuk mengkonsumsi jengkol. 

Namun, pada beberapa orang yang sensitif, mengkonsumsi jengkol berlebihan dapat memicu peningkatan produksi asam lambung

Jika tidak ditangani dengan tepat, maka hal ini bisa menyebabkan berbagai keluhan, seperti nyeri, perih, kembung, dan mual terutama di ulu hati (perut bagian atas).

Secara tidak langsung, keluhan ini bisa menyebabkan tubuh memproduksi banyak hormon stres (cortisol) yang dapat menurunkan produksi ASI. 

Jadi walaupun sah-sah saja bagi seorang ibu yang sedang menyusui untuk mengkonsumsi jengkol, namun porsi yang tepat juga perlu diperhatikan.

Apakah  jengkol akan mengubah rasa ASI menjadi pahit dan bau?

Biasanya, orang akan mengkonsumsi jengkol dalam berbagai produk olahan, seperti semur jengkol, lalap jengkol, atau keripik jengkol. Salah satu efek dari makan jengkol adalah air seni menjadi lebih bau.

Namun, apakah mengkonsumsi jengkol juga dapat membuat susu terasa pahit dan berbau jika dikonsumsi oleh ibu menyusui

Hingga saat ini, sebenarnya belum ada penelitian yang melihat efek makan jengkol pada kualitas ASI saat menyusui, apakah itu membuat ASI pahit atau berbau. Namun, Jengkol diketahui memiliki minyak atsiri yang mengandung senyawa allyl sulfur.

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Metabolites mengungkapkan bahwa bawang putih dapat mengubah bau ASI. 

Bawang putih mengandung zat yang sama dengan jengkol (allyl methyl sulfide), suatu metabolit yang memiliki bau khas yang dapat masuk ke dalam ASI. Keberadaan penelitian ini menunjukkan bahwa makan jengkol juga kemungkinan dapat mengubah bau ASI. 

Studi pada tikus yang diterbitkan dalam jurnal Science of Food and Agriculture melaporkan bahwa jengkol bermanfaat bagi kesehatan, seperti mampu mengurangi kadar gula darah pada tikus yang menderita diabetes

Namun, jengkol juga memiliki efek samping yang buruk bagi kesehatan. Jika Anda seorang ibu menyusui dan ingin makan jengkol, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

Jika aman, perlu diingat bahwa ibu menyusui harus makan jengkol yang dimasak, bukan lalapan jengkol (mentah).

Jika ada perubahan dalam ASI, baik rasa dan aroma, ketika ibu menyusui makan jengkol, Anda harus menghentikan kebiasaan ini. Berubah nya bau dan rasa ASI bisa membuat bayi enggan menyusu.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Hamidun, B., Dusik, L., Bunawan, S.N., & Amin, N.M. (2013). Botany, Traditional Uses, Phytochemistry and Pharmacology of Archidendron jiringa: A Review. Semantic Scholar. (Accessed via: https://www.semanticscholar.org/paper/Botany%2C-Traditional-Uses%2C-Phytochemistry-and-of-A-Hamidun-Dusik/213d9a0aadfb42126e236cb83302cb96be7a18b2)
Volatile aroma components and MS-based electronic nose profiles of dogfruit (Pithecellobium jiringa) and stink bean (Parkia speciosa). ScienceDirect. (Accessed via: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2090123217301261)
[Full text] Djenkolism: case report and literature review. Dove Medical Press. (Accessed via: https://www.dovepress.com/djenkolism-case-report-and-literature-review-peer-reviewed-fulltext-article-IMCRJ)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app