Anak atau Bayi Muntah-Muntah? Ini Yang Harus Dilakukan

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Anak atau Bayi Muntah-Muntah? Ini Yang Harus Dilakukan

Ketika anak atau bayi mengalami muntah-muntah, kebanyakan orang tua pasti merasa khawatir. Memang, dibanding gejala lainnya, muntah-muntah terlihat lebih mengerikan. Tapi, benarkah keluhan mual muntah pada anak atau bayi disebabkan oleh penyakit serius? dan apa yang harus orang tua lakukan ketika menghadapinya?

Faktanya, sebagian besar kasus muntah tak berlangsung lebih lama dari 1-2 hari, dan yang seperti ini bukanlah pertanda kalau ia mengalami penyakit serius. Lagi pula, jika anak atau bayi terkadang mengalami muntah, maka itu normal-normal saja, misalnya akibat ia kekenyangan atau memakan sesuatu yang buruk baginya.

'Muntah adalah pertanda baik', betapa tidak, melalui muntahlah zat-zat berbahaya bagi tubuh dikeluarkan hingga meminimalisir efek bahayanya. Namun, karena muntah turut serta mengeluarkan banyak cairan dan elektrolit, maka perlu ditangani dengan tepat.

Orang tua pun harus jeli, jangan sampai kondisi anak yang serius tetapi dianggap enteng-enteng saja. Untuk itulah penting kiranya untuk membaca informasi di bawah ini.

Apa penyebab muntah pada anak?

Penyebab paling umum muntah pada bayi dan anak-anak adalah karena gastroenteritis atau yang lebih dikenal dengan istilah flu perut atau flu lambung. Gangguan ini terjadi ketika usus atau lambung menjadi 'ngambek' akibat terinfeksi virus atau bakteri. Gejala lain yang sering mengiringinya yaitu diare atau mencret.

Gastroenteritis memang membuat tidak nyaman, namun si kecil biasanya akan membaik setelah beberapa hari. Akan tetapi, muntah dan diare yang belebihan bisa membuat anak dehidrasi sehingga diperlukan penanganan yang tepat.

Selain akibat gastroenteristis, mual dan muntah pada anak juga bisa disebabkan oleh penyakit yang lebih serius sehingga memerlukan pemeriksaan.

Selengkapnya, berikut penyebab muntah pada anak selain gastroenteritis:

1. Alergi makanan

Alergi makanan bisa menyebabkan anak muntah, dan hal ini biasanya ditandai dengan gejala lain seperti gatal-gatal pada kulit berupa biduran (urtikaria), bengkak di wajah, sekitar mata, bibir, lidah, atau akar mulut.

Jika si kecil mengalami gejala ini, coba bunda telaah makanan apa yang kira-kira membuat anak muntah, dan periksakan buah hati ke dokter untuk mencari tahu apakah ia benar-benar memiliki alergi terhadap makanan tersebut atau tidak.

2. Infeksi lain

Kadangkala, muntah juga bisa jadi pertanda adanya infeksi lain di samping flu perut, seperti infeksi saluran kencing, infeksi telinga, pneumonia, atau meningitis. Jadi segera hubungi dokter anak kalau muntahnya diikuti gejala infeksi seperti demam dan sensitivitas (lekas marah).

3. Usus buntu

Ketika usus buntu meradang dan sakit, maka ini bisa menimbulkan gejala seperti sakit perut yang bertambah parah dari waktu ke waktu. Muntah dan demam adalah gejala tambahannya.

Jangan anggap remeh dengan gejala yang satu ini, begitu anak mengalami sakit perut mendadak disertai muntah-muntah, maka bunda harus segera membawa buah hati ke rumah sakit. Kemungkinan usus buntunya perlu dihilangkan sesegera mungkin melalui prosedur bedah.

Kenali gejala usus buntu, baca disini: Radang Usus Buntu pada Anak, Kenali Gejala dan Penanganannya

4. Keracunan

Tak sengaja menelan sesuatu yang sifatnya beracun dapat menyebabkan anak muntah. Sekali lagi, kalau ini penyebabnya, maka bunda harus segera membawa anak ke rumah sakit atau dokter terdekat. Lain halnya dengan orang dewasa, karena ada upaya pengobatan rumah yang bisa kita lakukan, seperti dijelaskan disini: Penanganan Keracunan Makanan di Rumah yang Benar

Apa penyebab muntah pada bayi?

Jika yang mengalami muntah-muntah adalah bayi yang lebih kecil, maka ada penyebab yang agak berbeda dibanding anak-anak. Berikut beberapa penyebab muntah yang umum pada bayi:

  • Gastroenteritis.
  • Alergi makanan atau intoleransi susu.
  • Penyakit GERD.
  • Lubang di puting botol terlalu besar sehingga anak menelan terlalu banyak susu sehingga jadi tersedak.
  • Tak sengaja menelan sesuatu yang beracun.
  • Congenital pyloric stenosis – kondisi yang sudah ada sejak lahir, yakni menyempitnya saluran dari lambung ke usus sehingga makanan tidak bisa lewat dengan mudah.
  • Hernia terjepit –bayi akan sering muntah dan menangis kalau kesakitan, jadi mereka harus segera dibawa ke rumah sakit.
  • Intussusception – ketika usus masuk ke dalam dirinya sendiri – selain muntah, bayi juga mengalami gejala lain seperti pucat, mudah mengantuk, dan dehidrasi.

Tak perlu banyak kompromi, jika bayi sering muntah dan mengkhawatirkan, segeralah periksakan ke dokter.

Apa yang Harus Ortu Lakukan?

Pertanyaan pentingnya sekarang adalah apa yang harus bunda lakukan kalau anak terus muntah.

Pastinya terus awasi kondisinya, ikuti insting bunda, segera hubungi dokter jika bunda memang khawatir. Kalau penyebabnya hanyalah sakit perut biasa, anak seharusnya masih tetap bisa makan, bermain, dan bertingkah normal seperti biasanya.

Tetap beri ia makan, namun khusus untuk makanan yang mudah dicerna yang tekstrunya lebih lembek. Jangan lupa untuk memberinya banyak cairan, seperti air putih, jus buah, dan sebagainya.

Akan tetapi kalau anak terlihat berbeda, misalnya tampak lemas terkulai, begitu rewel, atau kurang responsif, maka bisa jadi mereka mengalami gangguan serius. Jika hal ini terjadi, bunda harus segera menghubungi dokter.

Bunda juga tak boleh berlama-lama untuk membawanya ke dokter apabila:

  • Ia berulang kali muntah dan tak bisa mempertahankan cairan yang masuk dalam tubuhnya.
  • Timbul gejala dehidrasi seperti mulut kering, menangis tapi tak keluar air mata, jarang buang air kecil (popoknya tidak basah), dan mudah mengantuk.
  • Muntahnya berwarna hijau atau mengandung darah.
  • Muntahnya berlangsung selama lebih dari 1-2 hari.

Penjelasan lebih dalam mengenai dehidrasi: Tanda-tanda Dehidrasi pada Anak

Tips menjaga anak di rumah

Seperti disebutkan tadi, bunda bisa merawat sendiri buah hati yang mengalami muntah di rumah karena kondisi ini biasanya membaik dalam hitungan hari. Hal paling penting yang perlu dilakukan adalah memastikan kalau si kecil banyak minum air agar tidak sampai dehidrasi.

Kalau bayi muntah, tetap lanjutkan proses pemberian ASI. Jika ia tampak dehidrasi, itu tandanya mereka butuh lebih banyak cairan. Soal ini, konsultasikan dengan dokter apakah bunda perlu memberikan cairan rehidrasi oral atau tidak.

Cairan rehidrasi oral (oralit) merupakan bubuk khusus yang bisa diseduh menjadi minuman. Karena mengandung garam dan gula, maka cairan ini dapat membantu menggantikan air dan garam yang hilang dari tubuh pasca muntah dan diare.

Anak yang muntah juga harus sering menyeruput cairan, apakah air putih atau kaldu jernih. Jus buah dan minuman bersoda harus dihindari hingga kondisi mereka membaik.

Kalau anak tidak dehidrasi dan nafsu makannya juga tetap, maka tak mengapa kalau ia mengonsumsi makanan padat seperti biasanya. Namun bila mereka dehidrasi, maka konsultasikan ke dokter soal perlu tidaknya pemberian cairan rehidrasi oral tadi.

Untuk anak yang mengalami diare dan muntah, mereka sebaiknya libur sekolah hingga 2 hari setelah hari terakhir muntah dan diare.

Itulah tadi informasi seputar penyebab maupun saran praktis yang harus bunda perhatikan kalau anak atau bayi mengalami muntah. Semoga menambah wawasan kita semua!


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Villarreal R, et al. (2018). Urticaria, nausea, and vomiting. (http://10.1016/j.anai.2018.09.393)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app