Tibitol: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Waktu baca: 4 menit

Tibitol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberculosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Tibitol mengandung ethambutol, obat anti tuberculosis yang bekerja sebagai bakteriostatik.

Berikut ini adalah informasi lengkap Tibitol yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.

pabrik

Mersifarma

golongan

Harus dengan resep dokter

kemasan

Tibitol dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :

  • 100 tablet 250 mg
  • 100 tablet 500 mg

kandungan

tiap kemasan Tibitol mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :

Sekilas tentang zat aktif (nama generik)

Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TBC), terutama bila diduga telah terjadi resistensi. Obat ini biasanya digunakan secara kombinasi dengan obat TBC lainnya, seperti isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamide. Obat ini adalah anti tuberculosis yang bekerja dengan cara menghambat satu atau lebih metabolit bakteri rentan yang mengakibatkan gangguan metabolisme sel, menghambat multiplikasi, hingga kematian sel. Obat ini aktif terhadap bakteri yang rentan hanya saat bakteri itu sedang mengalami pembelahan sel.

Indikasi

Kegunaan Tibitol (ethambutol) adalah untuk hal-hal berikut :

  • Mengobati penyakit tuberculosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Penggunaan obat ini sebaiknya tidak secara tunggal namun dikombinasikan dengan obat-obat anti tuberculosis yang lain.
  • Obat ini juga digunakan untuk mengobati infeksi oleh Mycobacterium avium complex, dan Mycobacterium kansaii.

Kontra indikasi

  • Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap  ethambutol.
  • Tidak boleh diberikan kepada pasien yang menderita neuritis optik, kecuali ada penilaian klinis yang menyatakan obat ini bisa diberikan.
  • Jangan menggunakan obat ini kepada pasien yang tidak bisa mendeteksi dan melaporkan terjadinya gangguan penglihatan, misalnya anak-anak < 13 tahun.

Efek Samping Tibitol

Berikut adalah beberapa efek samping Tibitol (ethambutol) yang mungkin terjadi :

  • Efek samping yang sering dilaporkan akibat pemakaian obat ini adalah terjadinya gangguan penglihatan (neuritis retrobulbar) yang disertai penurunan visus, skotoma sentral, buta warna hijau-merah, serta penyempitan pandangan. Efek samping ini lebih rentan dialami jika obat digunakan dengan dosis berlebihan atau penderita gangguan ginjal.
  • efek samping yang juga sering adalah reaksi alergi, dan gangguan pada saluran pencernaan.
  • Efek samping yang jarang adalah terjadinya masalah pada organ hati (penyakit kuning), neuritis perifer, efek samping pada sistem saraf pusat, serta hiperurisemia.

Penggunaan oleh wanita hamil

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan ethambutol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

meskipun hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan acuan keamanan obat pada manusia, fakta bahwa obat ini terbukti memiliki efek buruk terhadap janin hewan harus menjadi perhatian serius.

Telah ada laporan kelainan mata pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan ethambutol. Jika tidak benar-benar dibutuhkan atau masih bisa menggunakan obat lain yang lebih aman, penggunaan Tibitol oleh wanita hamil sebaiknya tidak dilakukan.

perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan Tibitol, adalah sebagai berikut :

  • pasien yang menggunakan obat ini harus melaporkan kepada dokter bila merasakan gangguan penglihatan sedini mungkin.
  • Sebaiknya lakukan pemeriksaan mata sebelum menggunakan obat ini. Jika selama penggunaan Tibitol (ethambutol) terjadi gangguan penglihatan, pemakaian obat harus segera dihentikan.
  • Penggunaan obat ini untuk anak-anak di bawah 13 tahun, atau anak yang belum bisa mengidentifikasi dan melaporkan adanya gangguan penglihatan, sebaiknya tidak dilakukan.
  • Pasien dengan cacat visual seperti penderita katarak, kondisi radang berulang pada mata, neuritis optik, dan retinopati diabetes harus mendapatkan pertimbangan yang sangat matang secara klinis jika ingin menggunakan Tibitol (ethambutol).
  • Perhatian serius harus diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan ginjal, karena potensi efek samping akan meningkat. selain itu, penyesuaian dosis perlu dilakukan mengingat obat ini diekskresikan melalui ginjal.
  • Obat ini bisa menyebabkan terjadinya hiperurisemia, hati-hati menggunakannya untuk penderita penyakit asam urat (gout).
  • Obat ini terutama digunakan jika diduga terjadi resistensi. Jika resiko terjadinya resistensi rendah, obat ini bisa dikesampingkan.
  • Karena obat yang mengandung ethambutol bisa menimbulkan efek toksisitas pada hati, pemeriksaan periodik organ hati perlu dilakukan.
  • Jika anda ibu menyusui, sebaiknya hanya menggunakan obat ini jika direkomendasikan oleh dokter.
  • Sebaiknya obat digunakan bersama makanan untuk mengurangi efek terhadap saluran pencernaan.

interaksi obat

Berikut adalah interaksi obat-obat yang mengandung ethambutol termasuk Tibitol dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :

  • Obat-obat antasida terutama yang mengandung Aluminium hidroksida mengurangi absorpsi  ethambutol.  Sebaiknya penggunaan bersamaan obat ini dihindari atau setidaknya penggunaan antasida diberi jarak minimal 4 jam setelah penggunaan ethambutol.

Dosis Tibitol

Berikut adalah dosis Tibitol (ethambutol) yang lazim digunakan :

  • Dosis lazim dewasa dan anak usia > 13 tahun untuk tuberculosis aktif

awal : 15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari selama 6-8 minggu, dikombinasikan dengan isoniazid.

lanjutan : 25 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari selama 60 hari, dikombinasikan dengan setidaknya satu obat anti TBC lain. Setelah 60 hari dosis dapat diturunkan sampai 15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari.

  • Dosis lazim dewasa dan anak usia > 13 tahun untuk mengobati infeksi Mycobacterium avium intraseluler

1 x sehari 900 mg secara oral.

pengobatan AVI paru terdiri dari : clarithromycin dikombinasikan dengan 2-4 obat lain seperti Tibitol (ethambutol), rifampicin, clofazimine atau obat lainnya. Lama pengobatan 18-24 bulan.

pengobatan MAI : clarithromycin atau azithromycin dikombinasikan dengan 1-3 obat lain seperti Tibitol (ethambutol), clofazimine, ciprofloxacin, ofloxacin, rifampicin, rifabutin, atau amikacin.

  • Dosis lazim dewasa dan anak usia > 13 tahun untuk profilaksis Mycobacterium avium intraseluler

15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari. Dikombinasikan dengan clarithromycin atau azithromycin.

Penyesuaian dosis untuk penderita gangguan ginjal :

  • kliren kreatinin < 10 ml/menit : dosis biasa setiap 48 jam.
  • kliren kreatinin 10-50 ml/menit : dosis biasa setiap 24-36 jam.

Terkait

  • Merk-merk obat dengan kandungan zat aktif ethambutol

Jika informasi ini berguna, bagikan ke teman-teman anda


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
ETAMBUTOL. Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas). (http://pionas.pom.go.id/monografi/etambutol)
Ethambutol for the treatment of tuberculosis. Medicines for Children. (https://www.medicinesforchildren.org.uk/ethambutol-treatment-tuberculosis)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app