Rifampicin: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 28, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Waktu baca: 3 menit

Rifampicin merupakan salah satu antibiotik yang dapat menyembuhkan infeksi bakteri. Berbagai penyakit dapat diobati oleh antibiotik ini, seperti TBC (tuberculosis) dan leprosy (penyakit kusta/lepra)

Selain itu rifampicin bermanfaat untuk mencegah penyakit seperti influenza tipe B dan meningococcus yang disebabkan oleh bakteri neisseria meningitidis.

Sebelum mendapatkan perawatan menggunakan antibiotik rifampicin, pasien sebaiknya harus berhati-hati karena antibiotik ini dapat mempengaruhi kerja obat lain yang juga sedang dikonsumsi. 

Bagaimana penggunaan antibiotik rifampicin yang tepat? Berikut penjelasannya!

Pengertian dari Rifampicin

Rifampicin merupakan sebuah antibiotik yang digunakan untuk menghambat perkembangbiakan bakteri jahat dalam tubuh. Pertama kali ditemukan pada tahun 1965 dan mulai dipasarkan di Amerika pada tahun 1971. 

Antibiotik rifampicin masuk dalam salah satu list World Health Organization sebagai obat yang penting dalam dunia medis karena ampuh menyembuhkan beberapa penyakit yang menjadi penyebab kematian.

Penggunaan Rifampicin dengan benar

Meskipun di beberapa negara maju antibiotik ini dapat dibeli secara bebas, di Indonesia rifampicin masih didapat melalui resep dokter. Penggunaan rifampicin harus diketahui tujuannya terlebih dahulu. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi antibitoik rifampicin:

  • Beberapa penyakit seperti TBC dan penyakit lepra mengharuskan rifampicin dikonsumsi bersama dengan antibiotik lainnya. Selain itu, jangka waktu penggunaan masing-masing antibiotik ditentukan oleh dokter.
  • Rifampicin dapat memberikan manfaat terbaik jika dikonsumsi saat perut kosong dengan segelas air putih. Dokter akan menyarankan untuk mengonsumsi rifampicin satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan.
  • Rifampicin dapat melemahkan manfaat dari pil KB atau pil hormon. Selain itu juga mengurangi khasiat dari beberapa obat lainnya. Berikan penjelasan detail kepada dokter mengenai suplemen atau obat yang Anda konsumsi saat akan mengonsumsi rifampicin.
  • Ibu hamil dan menyusui tidak disarankan mengonsumsi antibiotik ini karena terbukti memberikan efek negative kepada janin dan bayi yang menerima ASI. Keputusan pemberian antibiotik ini hanya dapat jika manfaat antibiotik lebih besar dibandingkan efek negative terhadap janin dan bayi. Hal ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
  • Penderita yang memiliki kerusakan liver dan ginjal harus berhati-hati saat mengonsumsi antibiotik ini.
  • Simpan rifampicin dengan suhu antara 15-30 derajat dan konsumsi sesuai dengan jadwal. Jika terlewat, segera minum sebelum jadwal berikutnya. Jangan konsumsi dalam dosisi ganda dalam satu waktu.  

Efek samping dari Rifampicin

Rifampicin dapat menimbulkan efek samping pagi yang mengonsumsinya. Berikut beberapa gejala efek samping yang dapat terjadi:

  • Mengeluarkan cairan dalam tubuh yang berlebihan seperti urin, keringat, dan air mata. Warna urin juga dapat berubah saat mengonsumsi rifampicin.
  • Hepatitis dan memperparah kerusakan ginjal
  • Mata merah, berair disertai kulit ruam
  • Perut sakit, diare, mual dan muntah
  • Gejala flu – kepala pusing, hidung tersumbat Reaksi alergi seperti ruam, bengkak, sesak napas dan batuk

Jika Anda mengalami efek samping di atas, jangan langsung memberhentikan penggunaan rifampicin. Rifampicin jika tidak tuntas dihabiskan dapat menyebabkan resistensi terhadap bakteri yang sedang dituntaskan. 

Langkah terbaik adalah segera berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dari timbulnya efek samping rifampicin.

Interaksi Rifampicin dengan obat lain

Penggunaan rifampicin harus sangat diwaspadai jika Anda mengonsumsi obat-obatan lainnya secara bersamaan. Berikut ini adalah interaksi yang mungkin saja dapat terjadi jika menggunakan rifampicin bersama dengan obat lain. Di antaranya adalah:

  • Rifampicin dapat meningkatkan risiko kerusakan hati atau memperparah penyakit jika digunakan bersama dengan obat ritonavir dan isoniazid.
  • Rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari obat phenytoin dan theophylline.
  • Rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari obat ketoconazole dan enalapril.
  • Rifampicin tida berfungsi maksimal jika digunakan bersama dengan antasida.

Antibiotik rifampicin merupakan antibiotik yang ampuh menghambat bakteri jahat yang secara signifikan dapat merusak kesehatan Anda. Namun, penggunaan rifampicin harus sangat berhati-hati, karena salah penggunaan dapat menyebabkan pasien tersebut menderita komplikasi penyakit lainnya. 

Selalu ikuti petunjuk dokter dan mewaspadai adanya interaksi dengan obat lain dan juga efek samping yang mudah ditimbulkan dari penggunaan rifampicin. Jangan lupa selalu memberikan detail riwayat kesehatan Anda saat berkonsultasi dengan dokter untuk medapatkan resep rifampicin untuk pengobatan Anda. 


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app