STEMI - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Feb 23, 2022 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Apa itu STEMI?

STEMI adalah singkatan dari ST-Elevation Myocardial Infarction. STEMI adalah salah satu jenis serangan jantung yang sangat serius dimana salah satu arteri utama jantung, yakni arteri yang memasok oksigen dan darah yang kaya nutrisi ke otot jantung, mengalami penyumbatan. 

Elevasi segmen ST adalah kelainan yang terdeteksi pada EKG 12-lead. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis yang sangat mengancam jiwa dan biasanya berhubungan dengan aterosklerosis.

Jantung membutuhkan pasokan oksigen dan nutrisinya sendiri, seperti halnya otot di dalam tubuh. Jantung memiliki tiga arteri koroner dengan cabang-cabangnya yang berperan mengantarkan darah kaya oksigen ke otot jantung. Jika salah satu dari arteri atau cabang ini tersumbat secara tiba-tiba, sebagian dari jantung kekurangan oksigen, maka terjadilah suatu kondisi yang disebut iskemia jantung.

Jika iskemia jantung berlangsung terlalu lama, jaringan jantung yang 'kelaparan' akan mati. Akibatnya, bisa terjadi serangan jantung atau dikenal juga dengan infark miokard. Sederhananya, kondisi ini digambarkan dengan kematian otot jantung.

Selain STEMI, tipe miokard infark lainnya adalah NSTEMI atau Non-ST Elevation Myocardial Infarction. Dibandingkan dengan STEMI yang lebih banyak terjadi, NSTEMI lebih minim menimbulkan kerusakan pada otot jantung.

Berapa angka kejadian STEMI di Indonesia?

Infark miokard merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, baik pada pria maupun wanita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan pada tahun 2013 diketahui bahwa kurang lebih 883.447 pasien di Indonesia didiagnosis mengalami penyakit jantung koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25-40% berdasarkan presentasi miokard infark.

Ikhtisar Penyakit STEMI

Organ terlibat Jantung
Penyebab Penyumbatan pembuluh darah jantung
Penularan Tidak menular
Gejala Nyeri dada sebelah kiri
Pengobatan Trombolitik/fibrinolitik, PCI

Mengenai STEMI

Penyebab STEMI

Secara umum, penyebab STEMI adalah karena adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung atau lebih dikenal dengan sebutan aterosklerosis. Adanya plak pada pembuluh darah jantung akan menghambat aliran darah yang melalui arteri koroner.

Serangan jantung juga bisa disebabkan karena adanya spasme pada arteri koroner dimana arteri ini mengalami konstriksi temporer (sementara), meskipun hal ini jarang terjadi.

Baca juga: Mengenal Aterosklerosis, Penyebab Stroke dan Sakit Jantung

Faktor risiko

Beberapa faktor risiko terjadinya STEMI adalah:

Gejala

Tanda dan gejala STEMI antara lain:

  • Nyeri atau ketidaknyamanan di dada kiri. Bisa menjalar ke lengan kiri, punggung, atau rahang dan nyeri berlangsung sekitar 20 menit;
  • Sesak napas;
  • Pusing;
  • Mual atau muntah;
  • Diaphoresis (keluar keringat berlebih), namun tidak berkaitan dengan suhu lingkungan;
  • Palpitasi atau detak jantung berdebar-debar.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda merasakan keluhan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada di sebelah kiri yang menjalar hingga ke lengan kiri, punggung, rahang, ataupun ke dada kanan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Rasa tidak nyaman biasanya dirasakan sebagai sensasi berat atau dada seperti terhimpit benda berat, terasa panas atau sesak.

Pencegahan STEMI

Untuk mencegah STEMI dilakukan dengan melakukan pola hidup yang sehat, yakni:

  • Menghindari makanan tinggi karbohidrat dan lemak
  • Menghindari konsumsi alkohol
  • Berhenti merokok
  • Meningkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan melakukan olahraga rutin selama 30-45 menit sebanyak 3-5x tiap minggu
  • Menjaga berat badan ideal

Baca juga: Ingin Jantung Sehat? Terapkan Tips Jantung Sehat Ini

Diagnosis STEMI

Untuk menegakkan diagnosis STEMI perlu dilakukan anamnesis (tanya jawab) seputar keluhan yang dialami pasien secara detil, mulai dari gejala yang dialami, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit personal dan keluarga, riwayat pengobatan, riwayat penyakit dahulu, dan dan kebiasaan pasien. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna mendukung diagnosis.

Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain:

  • Adanya peningkatan segmen ST
  • Adanya gelombang Q patologi
  • Adanya sumbatan penuh pada arteri koroner

Pemeriksaan darah untuk melihat enzim CKMB, tropinin I dan troponin T juga penting untuk menilai adanya kerusakan jantung.

Pengobatan STEMI

Bagaimana cara mengobati STEMI di rumah?

Pasien yang dicurigai mengalami serangan jantung sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama. Hati-hati, keterlambatan pertolongan akan membahayakan nyawa pasien. 

Oleh karena itu, jika terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala mirip dengan yang dijelaskan di atas, pertolongan terbaik yang bisa dilakukan adalah sesegera mungkin membawa ke rumah sakit. Jika tersedia obat golongan nitrat seperti nitrogliserin di rumah maka dapat diberikan kepada pasien.

Apa saja penanganan dan obat STEMI di layanan kesehatan?

Penanganan STEMI tergantung berat ringannya sumbatan pembuluh darah koroner yang terjadi. Sumbatan ringan masih bisa diberikan terapi farmakologi. 

Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani STEMI antara lain:

  • Antikoagulan
  • Antiplatelet
  • Beta-blocker
  • Nitrat
  • Statin
  • Angiotensin-converting-enzyme (ACE) inhibitor
  • Angiotensin receptor blocker (ARB).

Pasien dengan sumbatan berat tidak bisa hanya diberikan obat-obatan, sehingga perlu dilakukan intervensi invasif seperti intervensi koroner perkutan (PCI) atau operasi pencangkokan bypass arteri koroner (CABG).

Komplikasi STEMI

Komplikasi STEMI yang mungkin timbul jika tidak tertangani dengan baik antara lain berupa:


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app