Pritacort Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 25, 2020 Waktu baca: 8 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Pritacort Tablet digunakan untuk pengobatan penyakit alergi pada saluran pernapasan, kulit, dan mata;
  • Pritacort Tablet mengandung dexamethasone, obat kortikosteroid yang sangat kuat (20-30 kali lebih kuat daripada hydrocortisone dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison), dan dexchlorpheniramine maleate, obat yang termasuk anti-histamin;
  • Dosis konsumsi Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) adalah sebagai berikut:


    • Dosis dewasa: 3 kali sehari 1 tablet;
    • Dosis anak usia 6-12 tahun: 3 kali sehari ½ tablet;
    • Dosis anak usia 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/4 tablet;
  • Waspadai risiko efek samping dan interaksi Pritacort Tablet. Ikuti anjuran dokter secara ketat selama mengonsumsi obat ini;
  • Klik untuk mendapatkan obat alergi di rumah Anda melalui HDMall. Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.

Pritacort Tablet digunakan untuk pengobatan penyakit alergi pada saluran pernapasan, kulit, dan mata. Pritacort Tablet mengandung dexamethasone, obat kortikosteroid yang sangat kuat (20-30 kali lebih kuat daripada hydrocortisone dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison), dan dexchlorpheniramine maleate, obat yang termasuk anti-histamin. 

Golongan

Obat keras, harus dengan resep dokter.

Kemasan

Dos 15 setrip × 10 tablet

Kandungan

Tiap kemasan Pritacort Tablet mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut:

Sekilas tentang zat aktif

Dexamethasone adalah obat steroid jenis glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi, imunosupresan, anti-inflamasi, dan anti-shock yang sangat kuat. Obat ini 20-30 kali lebih kuat daripada hidrokortison dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison.

Dexamethasone bekerja dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari proses sintesa protein.

Sebagai anti-inflamasi, dexamethasone menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi peradangan (inflamasi). 

Dexchlorpheniramine merupakan obat alergi yang termasuk anti-histamin dengan sifat antikolinergik dan sedatif. Obat ini adalah isomer dextrorotatory dari chlorpheniramine. Histamin secara alami sudah ada dalam tubuh yang dapat menghasilkan berbagai reaksi alergi. Dexchlorpheniramine bekerja dengan cara menghambat efek histamin sehingga berbagai reaksi alergi itu dapat dikurangi.

Manfaat

Kegunaan Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) adalah untuk mengobati:

  • Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) digunakan untuk mengurangi gejala-gejala rhinitis alergi (hay fever), termasuk rinitis alergi perennial atau seasonal;
  • Pritacort Tablet juga dapat digunakan untuk menangani bentuk alergi lainnya, seperti vasomotor rhinitis, alergi konjungtivitis karena alergen inhalan dan makanan, manifestasi alergi pada kulit--misalnya urtikaria dan angioedema--ameliorasi reaksi alergi pada darah atau plasma, dan dermografisme;
  • Pritacort Tablet adalah kombinasi yang efektif untuk mengatasi kondisi alergi yang disertai peradangan yang memerlukan terapi dengan kortikosteroid.
Baca juga: Alergi Makanan: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Kontra-indikasi

  • Jangan menggunakan Pritacort Tablet untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate, serta obat golongan kortikosteroid dan anti-histamin lainnya;
  • Pemberian vaksin hidup atau dilemahkan merupakan kontra-indikasi pada pasien yang menggunakan dosis imunosupresif dari obat-obat kortikosteroid;
  • Kortikosteroid dosis tinggi tidak boleh digunakan untuk pengobatan cedera otak traumatis yang berhubungan dengan mata. Penggunaan kortikosteroid dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada saraf optik, dan dapat meningkatkan pembentukan infeksi okular sekunder karena bakteri, jamur, atau virus;
  • Penggunaan kortikosteroid oral tidak dianjurkan dalam pengobatan optik neuritis dan dapat menyebabkan peningkatan risiko episode baru;
  • Kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam aktif okular herpes simpleks;
  • Sebaiknya tidak digunakan untuk bayi baru lahir dan prematur, penderita tukak peptik, atau penderita infeksi jamur sistemik;
  • Karena risiko obat-obat antihistamin yang lebih tinggi untuk bayi pada umumnya dan untuk bayi baru lahir dan prematur pada khususnya, terapi dengan antihistamin dikontraindikasikan pada ibu menyusui;
  • Kontraindikasi untuk pasien yang sedang menggunakan obat-obat inhibitor monoamine oxidase (MAOis).

Efek samping

Berikut adalah beberapa efek samping Pritacort Tablet (Dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) yang mungkin terjadi:

  • Obat-obat yang mengandung glukokortikoid, termasuk Pritacort Tablet (Dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate), meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari;
  • Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa juga menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun tulang menyusut drastis. Oleh karena itu, penggunaan obat ini pada pasien yang memiliki resiko besar seperti usia lanjut sangat tidak dianjurkan. Untuk anak-anak, hal ini dapat menghambat pertumbuhan, khususnya pertumbuhan tulang. Selain itu penggunaan kortikosteroid pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Bila benar-benar dibutuhkan, sebaiknya gunakan dosis terkecil;
  • Seperti glukokortikoid lainnya, Pritacort juga memengaruhi proses metabolisme lemak, termasuk distribusinya di dalam tubuh;
  • Obat ini juga bisa menyebabkan berkurangnya massa otot (proximal myopathy);
  • Obat ini menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit berkurang dan mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan sistem kekebalan tubuh akibat pemakaian Pritacort Tablet (Dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) sehingga meningkatkan resiko terkena infeksi virus, jamur ataupun bakteri;
  • Secara umum; kumpulan-kumpulan efek samping ini dikenal sebagai Cushing Sindrome, yaitu gejala-gejala seperti muka tembem, penebalan seperti selulit pada punggung dan perut, hipertensi, penurunan toleransi terhadap karbohidrat dan gejala-gejala lainnya. Cushing Sindrome dapat pulih (reversible) bila terapi dihentikan, tetapi cara menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal akut;
  • Penggunaan Pritacort Tablet secara jangka panjang dapat menyebabkan insufisiensi adrenal;
  • Pasien dengan riwayat gangguan jiwa dapat mengalami gangguan mental yang serius, paranoid, atau depresi dengan risiko bunuh diri. Pengawasan yang ketat diperlukan;
  • Obat-obat kortikosteroid bisa menyebabkan timbulnya tukak peptik meski lemah;
  • Obat yang mengandung dexchlorpheniramine maleate menyebabkan mengantuk, pusing, mulut, hidung dan tenggorokan kering, sakit kepala, palpitasi, retensi urine, sedasi, lemah, tinitus, dan gangguan pencernaan seperti anoreksia, mual, muntah, diare, dan konstipasi.

Dosis

Dosis konsumsi Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) adalah sebagai berikut:

  • Dosis dewasa: 3 kali sehari 1 tablet;
  • Dosis anak usia 6-12 tahun: 3 kali sehari ½ tablet;
  • Dosis anak usia 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/4 tablet.

Interaksi obat

Berikut adalah interaksi obat-obat yang mengandung dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate, termasuk Pritacort Tablet, dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan:

  • Aminoglutethimide: Menurunkan kadar dexamethasone melalui induksi enzim mikrosomal sehingga mengurangi efek farmakologisnya;
  • Agen Kalium-depleting: Jika diberikan bersamaan dengan obat-obat kalium-depleting agen (misalnya, amfoterisin B, diuretik), pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia;
  • Antibiotika makrolida: Menurunkan klirens dexamethasone sehingga meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya;
  • Antidiabetik: Kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Oleh karena itu, penyesuaian dosis obat anti-diabetes mungkin diperlukan;
  • Isoniazid: Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan dengan kortikosteroid;
  • Cholestyramine dan efedrin: Cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid sehingga menurunkan kadar dan efek farmakologisnya;
  • Vaksin hidup: Dexamethasone menurunkan sistem imun tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Penggunaan vaksin hidup pada pasien yang menggunakan dexamethasone sebaiknya dihindari;
  • Anti-jamur azole, seperti ketoconazole: Mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya;
  • NSAID: Aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan risiko efek samping perdarahan pada saluran pencernaan;
  • Penggunaan bersamaan dengan agen antikolinesterase dapat menyebabkan kelemahan yang parah pada pasien myasthenia gravis. Jika memungkinkan, agen antikolinesterase harus ditarik setidaknya 24 jam sebelum memulai terapi kortikosteroid;
  • Pasien yang menggunakan glikosida digitalis mungkin mengalami peningkatan risiko aritmia karena hipokalemia;
  • Estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dapat menurunkan metabolisme hepatik kortikosteroid tertentu, sehingga meningkatkan efeknya;
  • Enzim hati reagen (misalnya, barbiturat, fenitoin, carbamazepine, rifampin) dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid. Dosis kortikosteroid mungkin perlu ditingkatkan;
  • Dexchlorpheniramine maleate memiliki efek aditif dengan alkohol dan depresan sistem saraf pusat lainnya (barbiturate, opioid analgesics, hipnotik, sedatif, tranquilizers);
  • MAO inhibitors memperpanjang dan mengintensifkan efek antikolinergik (pengeringan) antihistamin.

Penggunaan pada wanita hamil

Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan dexchlorpheniramine dalam kategori B dengan penjelasan sebagai berikut:

Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil. Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin. Akan tetapi, studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil tidak menunjukkan risiko pada janin di trimester berapa pun.

Sedangkan dexamethasone masuk dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut:

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

Dexamethasone dengan mudah dapat menembus plasenta. Jika pemberian obat-obat kortikosteroid dalam jangka panjang atau diulang selama kehamilan, risiko penghambatan pertumbuhan intrauterin dapat meningkat. 

Namun, tidak ada bukti terjadinya gangguan pertumbuhan intrauterin selama pengobatan jangka pendek (contohnya pada pengobatan profilaksis untuk neonatal respiratory distress syndrome). Beberapa gejala supresi adrenal pada janin akibat penggunaan obat ini selama kehamilan, biasanya akan hilang setelah bayi lahir dan tidak begitu bermakna klinis.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate), sebagai berikut:

  • Penderita gangguan pencernaan seperti tukak lambung dan kolitis ulceratif sebaiknya hati-hati jika menggunakan Pritacort Tablet (Dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate), karena berisiko menyebabkan perdarahan pada saluran pencernaan;
  • Pritacort Tablet (Dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate) diberikan dengan dosis terendah dan durasi sesingkat mungkin pada pasien yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal, termasuk pasien usia lanjut;
  • Jangan menghentikan pemakaian Pritacort Tablet secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, terutama pada penggunaan jangka panjang, karena dapat mengakibatkan gejala-gejala seperti mialgia, artralgia; dan malaise;
  • Sistem kekebalan tubuh yang menurun menyebabkan pasien lebih rentan terkena penyakit infeksi, terutama cacar dan campak. Cacar dan campak dapat menjadi lebih serius atau fatal pada pasien anak-anak dan dewasa yang menggunakan obat-obat kortikosteroid. Pasien yang tidak sedang mengidap penyakit cacar dan campak, harus menghindari paparan pengidap cacar dan campak;
  • Obat-obat sistemik kortikosteroid diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI). Karena efek obat ini bisa menggangu pertumbuhan, mengganggu produksi kortikosteroid endogen, atau efek yang tak diinginkan lainnya, ibu menyusui sebaiknya tidak menggunakan Pritacort Tablet (dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate);
  • Sebaiknya batasi penggunaan Pritacort Tablet pada pasien yang menderita tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi jamur sistemik, glaukoma, psikosis, psikoneurosis berat, penderita TBC aktif, herpes zoster, herpes simplex, infeksi virus lain, sindroma Cushing; dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal;
  • Retensi natrium dengan edema dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kortikosteroid sehingga Pritacort Tablet harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung kongestif, hipertensi, atau insufisiensi ginjal.

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Pritacort Dosage & Drug Information. MIMS.com. (http://www.mims.com/indonesia/drug/info/pritacort)
Pritacort Dosage & Drug Information. MIMS.com. (https://www.mims.com/indonesia/drug/info/pritacort?lang=id)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app