Poliuria - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit

Poliuria adalah suatu kondisi dimana tubuh memproduksi air seni berlebihan atau lebih banyak dari jumlah normal, yakni lebih dari 2,5 - 3 Liter selama 24 jam pada orang dewasa. Dengan demikian, banyak yang menyimpulkan bahwa poliuria diartikan sebagai banyak kencing atau sering buang air kecil, meskipun ini hanyalah gejala yang menyertai.

Pada sebagian besar orang, kandung kemih bisa menyimpan urine (air seni) hingga penuh dan membuatnya harus pergi ke toilet untuk mengosongkannya. Biasanya dalam sehari mengalami 4 hingga 8 kali buang air kecil (BAK). Jika seseorang harus bolak balik berkemih lebih dari 8 kali per hari atau bangun di malam hari untuk pergi ke kamar kecil maka kemungkinan orang tersebut minum dalam jumlah banyak atau jarak minum terlalu dekat dengan waktu tidur.

Poliuria bisa juga terjadi karena adanya masalah kesehatan. Buang air kecil lebih dari 8 kali dalam sehari atau seringnya terbangun di malam hari untuk berkemih lebih dari sekali disebut juga dengan poliuria. Walaupun kandung kemih bisa menampung urine hingga 600 ml (2,5 gelas), rasa ingin berkemih biasanya mulai terasa saat kandung kemih telah terisi sekitar 150 ml (setengah gelas).

Gejala Poliuria

Meskipun ada banyak penyebab poliuria, gejalanya pada umumnya tetap sama. Di bawah ini merupakan beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala yang sering menyertai keluhan poliuria (sering kencing).

  • Hesitansi. Pengosongan urine yang belum komplit tiap masing – masing episode berkemih. Pengeluaran urine terhenti secara mendadak karena spasme kandung kemih atau uretra atau adanya kesulitan untuk memulai berkemih.
  • Urgensi. Perasaan tidak nyaman karena adanya tekanan pada kandung kemih yang membuat seseorang harus segera pergi ke kamar mandi untuk berkemih saat itu juga.
  • Inkontinensia urine. Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urine sehingga urine keluar tanpa sengaja (mengompol).
  • Disuria. Rasa nyeri atau perasaan terbakar selama atau segera setelah kencing. Hal ini biasanya menjadi tanda adanya infeksi saluran kemih.
  • Hematuria. Keluar darah bersama dengan urine sehingga membuat warna urine tampak lebih gelap.
  • Nokturia. Kebangun saat malam hari untuk berkemih.
  • Dribbling. Sesudah selesai berkemih, urine masih terus keluar dengan menetes.

Penyebab Poliuria dan Faktor Resiko

Poliuria bisa menjadi gejala dari beberapa sebab yang berbeda mulai dari penyakit pada ginjal hingga karena terlalu banyak minum air. Ketika keluhan poliuria disertai dengan demam, tidak bisa menahan kencing, dan rasa nyeri atau tidak nyaman di perut maka anda mungkin mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

Penyebab poliuria lainnya meliputi:

  • Diabetes. Poliuria dengan jumlah urine yang abnormal seringkali menjadi gejala awal diabetes tipe 1 dan 2 karena tubuh mencoba untuk mengeluarkan glukosa (gula) yang tidak digunakan oleh tubuh melalui urine.
  • Kehamilan. Dari minggu awal kehamilan rahim (uterus) yang berkembang akan menekan kandung kemih dan menyebabkan keluhan bolak balik kencing.
  • Gangguan prostat. Pembesaran prostat bisa menekan uretra (saluran yang membawa urine keluar dari tubuh) dan menghambat aliran urine. Hal ini mengakibatkan iritasi dinding kandung kemih dan membuat kandung kemih mulai berkontraksi meskipun di dalamnya hanya ada sedikit urine. Hal ini menyebabkan keluhan bolak balik kencing.
  • Sistitis interstitial. Kondisi ini ini ditandai oleh nyeri di kandung kemih dan area panggul. Gejala lainnya adalah urgensi atau keinginan untuk bolak balik kencing.
  • Penggunaan diuretik. Obat – obatan ini digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau penumpukan cairan dalam tubuh. Penggunaan obat ini menyebabkan bolak balik kencing.
  • Stroke atau penyakit neurologi lainnnya. Kerusakan saraf yang mempersarafi kandung kemih bisa menyebabkan masalah pada fungsi kandung kemih termasuk keluhan bolak balik kencing.

Penyebab lain yang tidak terlalu sering termasuk kanker kandung kemih, disfungsi kandung kemih dan akibat terapi radiasi.

Seringkali keluhan poliuri bukan merupakan gejala dari penyakit tertentu namun memang karena masalah pada kandung kemih itu sendiri. Pada orang dengan sindrom overaktif kandung kemih, terjadi kontraksi involunter (tidak disadari) yang mengakibatkan keluhan poliuri dan ketidakmampuan menahan rasa ingin berkemih meskipun saat itu kandung kemihnya belum penuh. Hal ini membuat pasien harus bangung lebih dari dari sekali saat malam hari untuk berkemih.

Diagnosis Penyebab Poliuria

Jika keluhan poliuri disertai gejala lainnya seperti demam, nyeri, muntah, menggigil, peningkatan rasa haus atau lapar, kelelahan, urin keruh atau bercampur darah, keluar cairan dari kemaluan atau keluhan lainya maka segera periksakan diri ke dokter.

Untuk mendiagnosis penyebab poliuria, dokter harus melakukan pemeriksaan fisik dan menggali riwayat kesehatan yang dialami pasien dengan menanyakan beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Apakah anda mengkonsumsi obat tertentu?
  • Apakah ada gejala lain yang menyertai?
  • Apakah keluhan poliuri dialami pada siang hari atau juga saat malam?
  • Apakah anda minum dalam jumlah melebihi biasanya?
  • Apakah air kemih lebih gelap atau terang dari biasanya?
  • Apakah anda minum alkohol atau kafein?

Berdasarakan hasil pemeriksaan fisik dan penggalian informasi medis pasien, dokter mungkin akan menganjurkan beberapa pemeriksaan meliputi:

  • Urinalisis. Pemeriksaan mikroskopik urine meliputi sejumlah tes untuk mendeteksi dan mengukur sejumlah komponen dalam urine.
  • Sistometri. Pemeriksaan untuk mengukur tekanan dalam kandung kemih untuk mengetehui sejauh apa kandung kemih bekerja. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada masalah pada persarafan atau otot yang menjadi penyebab masalah.
  • Sistoskopi. Pemeriksaan untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan uretra menggunakan alat yang disebut sistoskop.
  • Tes neurologi. Untuk menyingkirkan adanya masalah atau gangguan persarafan yang menjadi dasar penyebab poliuria.
  • Ultrasonografi (USG). Untuk melihat struktur bagian dalam tubuh.
Tidak semua pemeriksaan poliuria di atas diperlukan, dokter akan memilih mana yang sesuai dengan kondisi Anda berdasarkan hasil pemeriksaan fisik.

Pengobatan Poliuria

pengobatan poliuria

Pengobatan pada keluhan poliuria tergantung dari penyakit yang mendasarinya yang menjadi penyebab keluhan ini. Sebagai contoh jika penyebabnya adalah karena diabetes maka pengobatan yang diberikan adalah untuk menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.

Pengobatan sindrom overaktif kandung kemih meliputi beberapa terapi behavior (perilaku) seperti:

  • Bladder retraining (Latihan Berkemih). Terapi ini digunakan untuk melatih kemampuan kandung kemih untuk menampung air kemih lebih lama sehingga bisa menurunkan frekuensi berkemih.
  • Modifikasi Diet. Pasien dianjurkan menghindari makanan yang mengiritasi kandung kemih atau yang berperan sebagai diuretik seperti kafein, alkohol, minuman berkarbonasi, produk yang berasal dari tomat, coklat, garam, pemanis buatan dan makanan pedas. Dianjurkan untuk makan makanan tinggi serat, karena konstipasi bisa memperburuk sindrom overaktif kandung kemih.
  • Mengontrol asupan cairan. Pasien dianjurkan minum dalam jumlah cukup untuk mencegah konstipasi dan konsentrasi urine yang berlebihan. Pasien juga dilarang untuk minum sebelum tidur karena bisa menyebabkan kencing saat malam hari.
  • Obat – obatan yang bisa diberikan misalnya obat tolterodine extended-release dan lain sebagainya.

10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Rod Brouhard, EMT-P, Polyuria (https://www.verywellhealth.com/polyuria-overview-4587586), 6 February 2020.
Stacy Sampson, D.O., Polyuria (https://www.medicalnewstoday.com/articles/70782.php), 16 November 2018.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app