Waspadai 7 Penyebab Kanker Ginjal dan Faktor Risikonya

Dipublish tanggal: Feb 3, 2020 Update terakhir: Agu 18, 2021 Tinjau pada Feb 18, 2020 Waktu baca: 3 menit
Waspadai 7 Penyebab Kanker Ginjal dan Faktor Risikonya

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Kanker ginjal dapat terjadi ketika sel-sel ginjal mengalami mutasi di dalam DNA, sehingga sel tersebut terus membelah dan tak terkendali.
  • Menurut Cancer Research UK, sebanyak 24% kasus kanker ginjal terjadi akibat berat badan berlebih.
  • Para perokok berisiko 33% lebih besar terkena kanker ginjal daripada orang yang tidak merokok.
  • Tak mesti sampai ke tahap kanker, tekanan darah yang tidak terkontrol dapat memicu masalah ginjal, dari yang ringan sampai parah.
  • Dapatkan paket tes darah atau medical check up dengan promo menarik dan dokter berpengalaman melalui HDmall.
  • Gunakan fitur chat untuk berbicara dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang letaknya di sebelah kanan dan kiri. Karena letaknya cukup jauh di dalam tubuh, terkadang masalah pada ginjal tidak langsung dirasakan oleh penderitanya. Begitu juga saat seseorang mengalami kanker ginjal. Mengetahui penyebab kanker ginjal sangat penting untuk membantu mencegah terkena penyakit kanker yang satu ini.

Penyebab kanker ginjal dan faktor risikonya

Para ahli masih belum menemukan penyebab kanker ginjal secara pasti. Kanker ginjal dapat terjadi ketika sel-sel ginjal mengalami mutasi di dalam DNA, sehingga sel tersebut terus membelah dan bertambah banyak secara tak terkendali.

Sel-sel abnormal di dalam ginjal terus berakumulasi hingga membentuk tumor yang bertambah besar. Beberapa sel kanker bahkan bisa pecah dan menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lainnya.

Baca selengkapnya: 5 Tanda Anda Kemungkinan Terkena Kanker Ginjal

Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal, antara lain:

1. Berat badan berlebih

Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko terkena kanker ginjal. Melansir dari Cancer Research UK, sebanyak 24% kasus kanker ginjal terjadi akibat berat badan berlebih.

Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) berkisar 30 atau lebih. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan perubahan hormon dalam tubuh, terutama bagi wanita. Ketidakseimbangan hormon inilah yang diam-diam mengundang banyak masalah dalam tubuh, termasuk memicu kanker ginjal.

Baca juga: Cara Menghitung Indeks Massa Tubuh (Apakah Berat Badan Anda Normal?)

2. Merokok

Merokok lebih awam dikenal sebagai pemicu kanker paru-paru. Sayangnya, belum banyak yang tahu bahwa kebiasaan buruk ini juga menjadi salah satu penyebab kanker ginjal.

Para perokok berisiko 33% lebih besar terkena kanker ginjal daripada orang yang tidak merokok. Semakin banyak batang rokok yang Anda isap dalam sehari, maka akan semakin tinggi pula risiko Anda terkena kanker ginjal.

Begitu juga sebaliknya. Ketika Anda berhasil berhenti merokok hingga 10 tahun lamanya, maka risiko kanker ginjal Anda bisa jadi sama dengan orang yang tidak merokok. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin jika Anda terbebas dari risiko kanker ginjal apabila Anda berhenti merokok dari sekarang.

3. Faktor genetik

Faktor keturunan atau genetik bisa menjadi salah satu penyebab kanker ginjal yang tidak bisa diubah. Jika Anda memiliki orangtua, kakak, atau adik yang pernah atau sedang terkena kanker ginjal, maka Anda berisiko 2 kali lipat mengalami hal yang sama di kemudian hari.

4. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Sejumlah penelitian menemukan adanya hubungan antara tekanan darah tinggi maupun obat antihipertensi dengan risiko kanker ginjal. Tak melulu sampai kanker, tekanan darah yang tidak terkontrol dapat memicu masalah ginjal, dari yang ringan sampai parah.

Baca juga: Ciri-Ciri Penyakit Ginjal Stadium Awal dan Pengobatannya

5. Diabetes

Dua penelitian besar telah menemukan bahwa penderita diabetes berisiko lebih tinggi terkena kanker ginjal. Risikonya bisa jadi lebih besar pada orang-orang yang menggunakan suntik insulin untuk mengendalikan diabetes. Sedangkan obat-obatan diabetes seperti metformin atau pioglitazon tidak meningkatkan risiko.

6. Alkohol

Ginjal berfungsi sebagai organ penyaring yang memisahkan nutrisi dengan zat-zat racun dalam tubuh. Sementara nutrisi akan diserap kembali dalam tubuh, zat racun tadi akan dibuang dan dikeluarkan lewat urin.

Alkohol termasuk salah satu racun dalam tubuh dan penyebab kanker ginjal. Semakin banyak alkohol yang diminum, maka ginjal tentu harus bekerja ekstra untuk menyaringnya dari dalam tubuh. Hal ini dapat menurunkan fungsi ginjal dan lambat laun memicu kanker.

7. Radioterapi 

Pria yang menjalani pengobatan radioterapi untuk kanker testis diketahui berisiko 2 kali lipat terkena kanker ginjal. Sekitar 30 tahun setelah pengobatan selesai, risikonya bahkan bisa meningkat hingga 3 kali lipat.

Masalah yang sama juga mengintai kaum wanita yang menjalani radioterapi untuk kanker serviks. Risiko kanker ginjal pada wanita juga bisa bertambah 2 kali lipat sekitar 30 tahun setelah radioterapi selesai dilakukan.

Karena alkohol menjadi salah satu penyebab kanker ginjal, hindari minum alkohol terlalu banyak mulai dari sekarang. Berhenti merokok juga penting demi menjaga kesehatan tubuh Anda, terutama paru-paru dan ginjal. Bagi Anda yang terkena diabetes atau hipertensi, konsultasikan obat-obatan Anda dengan dokter dan pastikan aman bagi tubuh.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Healthline. 7 Causes of Renal Cell Carcinoma: Who's at Risk? (https://www.healthline.com/health/rcc/causes-renal-cell-carcinoma#gender). 2 Maret 2018.
Cancer Treatment Centers of America. Kidney Cancer. (https://www.cancercenter.com/cancer-types/kidney-cancer/risk-factors).

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app