Penurunan Kepadatan Tulang, Hati-hati Gejala Osteopenia

Dipublish tanggal: Agu 7, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Penurunan Kepadatan Tulang, Hati-hati Gejala Osteopenia

Osteopenia merupakan kondisi tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, yang menyebabkan melemahnya tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah tulang. 

Jika seseorang menderita osteopenia, maka kepadatan tulangnya akan lebih rendah dari biasanya. Kepadatan tulang umumnya mencapai puncak saat seseorang berusia sekitar 35 tahun.

Densitas mineral tulang merupakan suatu ukuran seberapa banyak tulang mineral ada di tulang. Orang yang menderita osteopenia umumnya memiliki densitas mineral tulang yang lebih rendah dari normal, tetapi keadaan tersebut bukanlah sebuah penyakit.

Namun, memiliki osteopenia memang dapat meningkatkan peluang Anda terkena osteoporosis. Penyakit tulang tersebut menyebabkan patah tulang, postur bungkuk, dan dapat menyebabkan rasa nyeri yang parah pada tulang.

Anda dapat melakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya osteopenia. Olahraga dan pilihan makanan yang tepat dapat membantu menjaga tulang Anda tetap kuat. 

Jika Anda menderita osteopenia, tanyakan kepada dokter bagaimana mencegahnya agar tidak memburuk sehingga Anda dapat mencegah terjadinya osteoporosis.

Penyebab Osteopenia dan Faktor Risikonya

Penuaan merupakan faktor risiko paling yang umum untuk terjadinya osteopenia. Setelah massa tulang seseorang mencapai angka puncak, maka tubuh akan memecah tulang lama lebih cepat daripada membangun tulang yang baru. 

Hal tersebut berarti seseorang akan kehilangan kepadatan tulangnya. Wanita kehilangan tulang lebih cepat setelah terjadinya menopause.

Semakin banyak faktor risiko, maka semakin tinggi pula resiko seseorang mengalami osteopenia, faktor resikonya dapat berupa:

  • Wanita, dengan berperawakan kecil keturunan Asia dan Kaukasia memiliki risiko tertinggi
  • Riwayat keluarga dengan densitas mineral tulang yang rendah
  • Usia lebih tua dari usia 50 tahun
  • Menopause sebelum usia 45 tahun
  • Pengangkatan indung telur sebelum menopause
  • Jarang berolahraga
  • Diet atau pola makan yang buruk, terutama kekurangan kalsium dan vitamin D
  • Merokok atau menggunakan bentuk tembakau lainnya
  • Minum terlalu banyak alkohol atau kafein
  • Mengkonsumsi prednison atau fenitoin

Beberapa kondisi lain juga dapat meningkatkan risiko terkena osteopenia, yaitu:

Tanda dan gejala Osteopenia

Osteopenia tidak menyebabkan rasa nyeri kecuali terjadi tulang patah. Menariknya, tulang patah pada seseorang dengan osteopenia tidak selalu menyebabkan rasa nyeri. Osteopenia atau osteoporosis dapat terjadi selama bertahun-tahun sebelum diagnosis karena alasan-alasan tersebut.

Banyak patah tulang yang terjadi karena osteopenia atau osteoporosis, seperti patah tulang pinggul atau patah tulang belakang, sangat menyakitkan. 

Namun, beberapa patah tulang, terutama patah tulang belakang, biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan karenanya osteopenia atau osteoporosis dapat tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Selain sakit punggung, patah tulang belakang berulang dapat menyebabkan postur bungkuk dan kehilangan tinggi badan.

Siapa saja yang harus diperiksa untuk kondisi osteopenia?

National Osteoporosis Foundation merekomendasikan agar seseorang melakukan tes densitas mineral tulang jika:

  • Seorang wanita berusia 65 tahun atau lebih
  • Usia lebih muda dari 65 tahun, pascamenopause, dan memiliki satu atau lebih faktor risiko.
  • Pascamenopause dan riwayat patah tulang

Pengobatan Osteopenia

Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah osteopenia berkembang menjadi osteoporosis. Bagian pertama dari perawatan melibatkan pilihan diet sehat dan olahraga. 

Risiko patah tulang ketika seseorang menderita osteopenia cukup kecil, jadi dokter biasanya tidak meresepkan obat kecuali densitas mineral tulang Anda sangat dekat dengan tingkat osteoporosis. 

Dokter mungkin akan berbicara kepada Anda tentang mengkonsumsi suplemen kalsium atau vitamin D, meskipun umumnya lebih baik untuk mendapatkan masing-masing mineral tersebut dari makanan yang Anda makan.

Untuk mendapatkan kalsium dan vitamin D, konsumsilah produk susu tanpa lemak dan rendah lemak, seperti keju, susu, dan yogurt. Beberapa jenis jus jeruk, roti, dan sereal yang diperkaya dengan kalsium dan vitamin D juga dapat Anda konsumsi. Makanan lain yang mengandung kalsium meliputi:

Mencegah terjadinya Osteopenia

Cara terbaik untuk mencegah osteopenia adalah dengan menghindari atau menghentikan perilaku yang dapat menyebabkannya. 

Jika Anda seorang perokok atau sering mengkonsumsi banyak minuman beralkohol atau kafein, sebaiknya segera hentikan, terutama jika Anda berusia lebih muda dari 35 tahun, usia dimana Anda masih bisa membangun kepadatan tulang.

Orang-orang dari segala usia dapat membantu tulang mereka tetap kuat dengan mempertahankan pola makan yang sehat, memastikan mereka mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D. 

Selain makanan, cara lain untuk mendapatkan vitamin D adalah dengan mendapatkan sedikit paparan sinar matahari. Bicarakan dengan dokter tentang paparan sinar matahari yang aman berdasarkan kondisi kesehatan Anda yang lain.  


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Osteopenia Treatment, Symptoms, Signs & Causes. eMedicineHealth. (Accessed via: https://www.emedicinehealth.com/osteopenia/article_em.htm)
What You Need to Know About Osteopenia. Verywell Health. (Accessed via: https://www.verywellhealth.com/osteopenia-what-you-need-to-know-190172)
Torpy JM, Lynm C, Glass RM. Osteopenia and Preventing Fractures. JAMA. 2006;296(21):2644. doi:10.1001/jama.296.21.2644. JAMA Network. (Accessed via: https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/204412)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app