Pengobatan TBC Paru dan Ekstra Paru

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Pengobatan TBC Paru dan Ekstra Paru

Pengobatan TBC (tuberkulosis) menggunakan kombinasi beberapa obat antibiotik, yang lebih lanjut dikenal dengan sebutan OAT (Obat Anti Tuberkulosis), sangat penting bagi kita untuk mengetahui jenis obat, anturan minum, dan efek samping yang mungkin ditimbulkannya.

Penyakit TBC adalah kondisi serius yang dapat berakibat fatal jika tidak diobati dengan tuntas, karena terbukti bahwa kematian jarang terjadi jika pengobatan dilakukan hingga selesai. Umumnya, pengobatan tuberkulosis hanya memerlukan rawat jalan, kecuali pada kasus berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Ini memang melelahkan, karena obat TBC harus diminum secara rutin selama setidaknya enam bulan bahkan lebih lama pada kasus-kasus yang lebih berat, tentu diperlukan pemahaman yang baik demi kepatuhan dalam meminum obat.

ilustrasi: obat TBC

Jenis Pengobatan Tuberkulosis (TBC)

Obat TBC Paru (TB Paru)

Jika seseorang telah didiagnosis dengan TB paru aktif (TB yang mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan gejala), maka ia akan diberikan paket obat TBC (OAT) yang harus diminum selama enam bulan, obat ini merupakan kombinasi dari beberapa antibiotik.

Jenis obat yang biasa digunakan adalah:

  • Dua antibiotikisoniazid (INH/H) dan rifampicin (R) yang harus diminum selama 6 bulan, setiap hari selama dua bulan pertama, dan tiga kali seminggu selama empat bulan.
  • Dua antibiotik tambahan; pirazinamid (Z) dan etambutol (E) diminum setiap hari selama dua bulan pertama

Pengobatan ini akan bervariasi sesuai kondisi Anda, karena ada pedoman khusus bagi dokter yang mengelompokkan penyakit TBC ke dalam beberapa kategori sebagai pedoman pengobatan yang tepat.

Setelah minum obat selama dua minggu, kebanyakan penderita tidak lagi menular dan merasa lebih baik. Namun, jangan mentang-mentang membaik langsung berhenti, tapi harus terus minum obat persis seperti yang dianjurkan oleh dokter dan habiskan seluruh antibiotik yang diberikan.

Kenapa harus enam bulan? Karena berdasarkan penelitian minum obat TBC selama enam bulan adalah metode yang paling efektif untuk memastikan bahwa bakteri TBC telah dibunuh seluruhnya. Jika Anda berhenti minum antibiotik sebelum enam bulan, atau Anda melewatkan dosis (obat tidak diminum teratur, alias bolong-bolong), maka infeksi TBC dapat menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik yang sebelumnya diberikan. Hal ini berpotensi serius karena jika ini terjadi, maka penyakit TBC resisten akan sulit diobati sehingga akan memerlukan pengobatan yang lebih lama atau bahkan jenis obat yang berbeda.

Jika Anda merasa kesulitan untuk minum obat setiap hari karena lupa atau lainnya, tunjuklah salah satu anggota keluarga yang terdekat dengan Anda agar menjadi pengawas minum obat (PMO) guna memastikan bahwa Anda sudah minum obat hari ini.

Selain obat-obatan khusus seperti di atas, diperlukan juga obat untuk mengurangi gejala, seperti obat batuk atau obat demam.

Obat TBC Ekstra Paru

TB Ekstra Paru adalah penyakit TBC yang terjadi di luar paru-paru, contohnya TBC Kelenjar, tulang, usus, dan lain-lain. Kondisi ini dapat diobati dengan menggunakan kombinasi antibiotik yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati TB paru. Namun, mungkin memerlukan waktu pengobatan yang lebih lama yakni hingga 12 bulan.

Jika seseorang memiliki penyakit TBC di tempat vital seperti otak, maka mungkin juga akan diresepkan kortikosteroid  seperti prednisolon selama beberapa minggu sebagai obat tambahan. Obat ini akan mengurangi peradangan atau pembengkakan pada lokasi yang sakit.

Seperti halnya pada TB paru, pada TB ektra paru prinsip pengobatan tetaplah sama, yakni harus minum obat TBC persis seperti yang telah ditentukan oleh dokter dan menghabiskan seluruh antibiotik.

Obat TBC laten

TBC laten adalah ketika seseorang terinfeksi bakteri TBC tetapi tidak memiliki gejala penyakit aktif. Pengobatan umumnya melibatkan baik menggunakan kombinasi rifampisin (R) dan isoniazid (H) selama tiga bulan, atau isoniazid (H) tunggal selama enam bulan.

Pengobatan untuk TB laten biasanya dianjurkan untuk:

  • Berusia dibawah 36 tahun
  • Orang dengan HIV, tanpa memandang usia
  • Petugas kesehatan, tanpa memandang usia
  • Pada seseorang yang terbukti memiliki jaringan parut yang disebabkan oleh TBC, seperti yang terlihat pada hasil pemeriksaan rongsen dada.

Selain kelomompok di atas, pengobatan TBC laten tidak diperlukan, karena bukannya tanpa resiko, ada efek samping berupa kerusakan hati yang disebabkan oleh pengobatan antibiotik yang tidak bisa ditolerir oleh usia yang lebih tua, dan risiko pengobatan mungkin lebih besar daripada manfaat.

Dalam beberapa kasus, pengobatan TBC laten dapat direkomendasikan untuk orang-orang yang sedang menjalani pengobatan yang memiliki efek melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid jangka panjang, kemoterapi  atau inhibitor TNF. Hal ini karena ada risiko infeksi menjadi aktif.

Efek Samping Obat TBC

Ada banyak efek samping yang dapat ditimbulkan obat TBC, oleh karena itu pemberian obat ini harus sesuai rekomendasi dan penting untuk menginfomasikan setiap efek samping kepada dokter.

Rifampisin dapat mengurangi efektivitas beberapa jenis kontrasepsi, seperti pil KB, sehingga dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi non-hormonal, seperti kondom, atau IUD.

Dalam kasus yang jarang terjadi antibiotik yang digunakan untuk mengobati TBC dapat menyebabkan kerusakan pada hati atau mata. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pemeriksaan fungsi hati terlebih dahulu sebelum pengobatan dimulai.

Hubungi tim dokter atau penyedia pelayanan kesehatan jika Anda mengalami gejala-gejala efek samping obat TBC yang mengkhawatirkan selama pengobatan, seperti:

Ketika salah satu anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah di diagnosis sakit TBC dan menjalani paket pengobatan TBC, maka anggota kelurga yang lain harus diperiksa juga apakah terkena TBC atau tidak, mengingat penyakit ini sangatlah menular.


39 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app