Baru Melahirkan? Ketahui Seputar Pendarahan dan Cairan Nifas

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
Baru Melahirkan? Ketahui Seputar Pendarahan dan Cairan Nifas

Bagi bunda yang baru saja melahirkan, baik secara normal maupun Caesar, mengalami pendarahan setelah melahirkan merupakan hal normal. Semua wanita pasti mengalami pendarahan selama persalinan hingga beberapa hari sesudahnya.

Soal ini bunda tak perlu khawatir, sebab tubuh sudah mempersiapkan diri dengan cara meningkatkan jumlah darah sebanyak 50% selama kehamilan.

Mengapa bisa terjadi pendarahan?

Ketika plasenta terlepas dari rahim, maka pembuluh darah yang menghubungkannya otomatis jadi terbuka sehingga keluarlah darah. Untungnya tubuh memiliki mekanisme otomatis untuk mengatasinya, rahim akan terus berkontraksi untuk menutup pembuluh darah yang terbuka tadi sehingga darah yang keluar dapat diminimalisir.

Bagi bunda yang sebelumnya juga menjalani episiotomi atau gunting vagina untuk mempermudah persalinan, maka darah juga bisa keluar dari area tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka petugas medis akan menjahit luka tersebut.

Namun adakalanya, rahim tidak berkontraksi dengan maksimal setelah persalinan sehingga menyebabkan bunda mengeluarkan terlalu banyak darah, maka terjadilah kondisi yang disebut sebagai pendarahan postpartum.

Apa itu pendarahan postpartum?

Ini merupakan istilah medis dari pendarahan pasca persalinan, yakni ketika darah yang keluar melebihi 500 ml yang dapat muncul dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, disebut pendarahan postpartum primer, atau disebut sebagai pendarahan postpartum sekunder bila keluarnya darah setelah 24 jam hingga 12 minggu.

Selain rahim yang gagal berkontraksi, penyebab lain pendarahan postpartum primer adalah ketika plasenta tidak terlepas dari rahim sebagaimana mestinya misalnya masih ada yang tersisa, atau timbul luka selama persalinan. Sedangkan pendarahan postpartum sekunder rata-rata terjadi karena infeksi.

Sulit memprediksi berapa darah yang hilang, sehingga ketika bunda mengalaminya, maka diperlukan perawatan khusus yang cepat sebelum terlambat.

Apa itu cairan nifas?

Cairan nifas merupakan darah yang keluar dari vagina selama periode postpartum. Cairan ini biasanya berisikan darah, lapisan dinding rahim, sisa selaput ketuban, bakteri, dan sel darah putih.

Pada beberapa hari pertama (1-3 hari) setelah melahirkan, cairan yang disebut dengan lokia ini biasanya memuat lebih banyak darah sehingga warnanya tampak merah cerah dan terlihat seperti darah haid. Proses keluarnya cairan ini bisa sebentar-sebentar dalam jumlah sedikit atau mengalir terus-menerus, dan dapat pula berupa gumpalan darah.

Ketika berbaring, darah biasanya takkan langsung mengalir keluar, melainkan berkumpul di vagina (karena bentuk vagina tidak lurus, namun seperti cangkir). Baru setelah bangun, maka darahnya seperti terasa sedang tumpah keluar.

Seiring berlalunya hari, biasanya 4-7 hari pasca persalinan, cairan akan berubah menjadi semakin terang (kemerahmudaan atau coklat) dan lebih berair. Pada hari ke 8-10 setelah melahirkan, cairan nifas yang keluar biasanya tinggal sedikit saja dengan warna putih atau kuning-keputihan. Pada saat ini, lokia hanya berisikan sel darah putih dan sel-sel dari dinding rahim saja.

Dalam 2-4 minggu, cairan lokia akan semakin jarang sebelum akhirnya berhenti total. Tapi bila bunda masih mendapati cairan tersebut keluar sedikit hingga beberapa minggu lagi, maka jangan khawatir sebab inipun juga dialami sebagian kecil perempuan lainnya.

Biasanya cairan nifas baru berhenti total ketika si kecil menginjak usia 6 minggu atau sekitar 40 hari. Bunda yang melahirkan secara Caesar, cairan nifas yang keluar biasanya tak sebanyak seperti pada proses kelahiran normal.

Bagaimana cara menghadapi keluarnya cairan nifas?

Pada awalnya, bunda sebaiknya menggunakan pembalut yang diberikan rumah sakit, dan itu mungkin perlu diganti setiap 1-2 jam sekali. Nanti begitu jumlah cairan yang keluar berkurang, maka bunda dapat menggantinya dengan pembalut biasa atau pantiliners setiap 3-4 jam sekali.

Ada baiknya bunda tidak menggunakan tampon, sedikitnya selama 6 minggu, untuk menghindarI infeksi. Apalagi pada masa ini, vagina dan rahim sedang dalam tahap pemulihan untuk kembali seperti sebelum hamil dulu. Untuk mengurangi risiko infeksi, bunda juga harus cuci tangan sebelum maupun sesudah mengganti pembalut.

Bagi bunda yang menjalani gunting vagina, jaga area tersebut tetap bersih agar tak kena infeksi. Mandilah sedikitnya 1 kali sehari, dan gantilah pembalut secara teratur. Beberapa bunda menambahkan garam ke dalam air mandinya, namun air bersih saja sebenarnya sudah cukup untuk membantu proses pemulihan luka.

Tips selanjutnya adalah bunda disarankan untuk sering buang air kecil, bahkan ketika tidak sedang kebelet. Alasannya karena selama beberapa hari pasca melahirkan, kandung kemih tak sesensitif biasanya. Jadi meski kandung kemih sudah penuh, bunda mungkin tetap takkan merasa kebelet. Selain itu, kandung kemih yang penuh bisa menyulitkan rahim untuk berkontraksi.

Hindari berhubungan intim hingga lokianya tinggal sedikit agar bunda tidak kesakitan. Tunggulah beberapa hari karena tubuh masih dalam proses kesembuhan.

Saran terakhir adalah beristirahatlah sebanyak mungkin. Terlalu sibuk melakukan ini-itu, termasuk berolahraga, dapat membuat pendarahan berlangsung lebih lama atau kambuh lagi setelah itu mereda.

Ciri-ciri bila pendarahannya tergolong berat

Jika bercak darah merah cerah muncul lagi setelah cairan nafas sudah mereda, maka ini merupakan tanda kalau bunda harus beristirahat lebih banyak lagi. Nah bila bunda sudah beristirahat, namun bercak darah tetap keluar hingga beberapa hari setelahnya, maka segeralah periksa ke bidan atau dokter.

Selain itu, panduan berikut juga bisa membantu bunda menentukan apakah pendarahan yang dialami tergolong ringan, sedang, atau berat:

  • Berat – pembalut harus ganti 1-2 jam sekali
  • Sedang – lebih dari 1 pembalut untuk 3 jam
  • Ringan – kurang dari 1 pembalut selama lebih dari 3 jam
  • Sedikit sekali – berupa bercak atau beberapa tetes darah saja

Oleh karenanya, bunda harus segera periksa kalau darah yang keluar bertambah banyak atau:

  • Pendarahannya tergolong berat atau ketika gumpalan darahnya lebih besar dari bola golf. Ini merupakan pertanda dari pendarahan postpartum sekunder yang butuh penanganan segera.
  • Cairan nifas tetap saja berwarna merah terang dan semakin banyak hingga 6 hari pasca melahirkan, bahkan setelah bunda banyak istirahat.
  • Bunda merasa pusing, dan detak jantung juga tidak beraturan.

Tanda-tanda ada infeksi masa nifas

Bunda juga harus segera ke dokter kalau mengalami beberapa gejala infeksi berikut:

  • Rasa sakit di perut bagian bawah atau selangkangan.
  • Cairan lokia yang keluar berbau busuk.
  • Muncul gejala lain seperti demam atau menggigil.
  • Sakit kepala.

Selengkapnya baca disini: Kenali 6 Tanda Bahaya Masa Nifas

Jenis perawatan untuk atasi pendarahan postpartum

Metode perawatan pendarahan postpartum memang tergantung dari apa yang menyebabkannya. Biasanya perawatannya melibatkan beberapa cara berikut:

  • Petugas medis mungkin akan membantu memijat rahim dan menyuntikkan oksitosin sintetis untuk membantu kontraksi tersebut.
  • Cara lain bagi tubuh untuk menghasilkan oksitosin sendiri adalah dengan menyusui. Inilah alasan mengapa bunda merasakan nyeri pada rahim akibat kontraksi saat menyusui. Nyerinya biasanya juga lebih parah untuk bunda yang melahirkan anak kembar. Untuk meredakan nyerinya, bunda bisa mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen, jenis pereda rasa sakit yang bukan obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID).
  • Transfusi darah.
  • Operasi untuk menghentikan pendarahan, seringkali untuk menghilangkan sisa plasenta.

Jadi itulah tadi hal apa saja yang perlu bunda ketahui soal pendarahan setelah melahirkan dan cairan nifas. Semoga bermanfaat!


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WHO Recommendations on Prevention and Treatment of Postpartum Haemorrhage and the WOMAN Trial. World Health Organization (WHO). (https://www.who.int/reproductivehealth/topics/maternal_perinatal/pph-woman-trial/en/)
Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage. American Academy of Family Physicians (AAFP). (https://www.aafp.org/afp/2007/0315/p875.html)
Postpartum Hemorrhage: Prevention and Treatment. American Academy of Family Physicians (AAFP). (https://www.aafp.org/afp/2017/0401/p442.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app