Paramex Tablet: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 14, 2019 Update terakhir: Okt 24, 2020 Waktu baca: 5 menit

Paramex adalah obat yang digunakan untuk meringankan demam dan keluhan sakit kepala pada penderita migrain, efektif juga untuk mengobati sakit gigi serta gejal flu terkait alergi.

Paramex mengandung paracetamol, obat yang memiliki aktivitas sebagai antipyretic sekaligus analgetic, propyphenazone, obat anti inflamasi, analgetik sekaligus mempunyai efek antipiretik, caffeine, suatu stimulan sistem saraf pusat yang berguna mencegah rasa kantuk, dan dexchlorpheniramine maleate obat anti alergi yang termasuk golongan antihistamin.

Berikut ini adalah informasi lengkap obat Paramex yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.

Jenis obat Anti Nyeri, Anti Demam
Kandungan Paracetamol 250 mg, Propyphenazone 150 mg, Caffeine 50 mg, Dexchlorpheniramine Maleate 1 mg
Kegunaan Mengurangi rasa sakit kepala pada penderita migrain. Obat ini bisa juga untuk mengobati sakit gigi.
Kategori Obat bebas (tanpa resep dokter)
Konsumen Dewasa dan anak usia di atas 12 tahun
Kehamilan Kategori B
Kemasan Strip isi 4 tablet

Sekilas tentang zat aktif (nama generik)

Paracetamol yang dikenal juga dengan nama acetaminophen adalah obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun paracetamol memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan.

Cara kerja paracetamol yang diketahui sekarang adalah dengan cara menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang.

Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh di otak.propyphenazone adalah obat antiinflamasi, analgetik sekaligus antipiretik turunan phenazone. Efek samping yang umum dari obat ini adalah terjadinya diskrasia darah.

Di beberapa negara obat ini telah dibatasi bahkan dilarang, sedangkan di beberapa negara lain masih tersedia bahkan bisa diperoleh tanpa resep dokter.Caffeine adalah obat stimulan sistem saraf pusat kelas methylxanthine. Ceffeine berguna untuk mencegah rasa kantuk dengan cara menghambat aksi adenosine secara reversibel.dexchlorpheniramine maleate adalah obat yang termasuk golongan anti histamin yang memiliki sifat anti kolinergik.

Obat ini banyak digunakan untuk mengatasi reaksi alergi seperti demam dan urtikaria. dexchlorpheniramine maleate mampu mengatasi sebaian besar efek yang ditimbulkan oleh histamin dan secara klinis sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi alergi.

Indikasi

Kegunaan Paramex adalah untuk mengurangi rasa sakit kepala pada penderita migrain. Obat ini bisa juga untuk mengobati sakit gigi.

Kondisi/Penyakit terkait :

Kontraindikasi

  • Jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap paracetamol, propyphenazone, dan komponen lain obat ini.
  • Jangan digunakan untuk pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati yang berat.

Efek samping paramex

Berikut adalah beberapa efek samping Paramex yang mungkin terjadi :

  • Obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.
  • Efek samping pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
  • Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut.
  • Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
  • Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat-obat yang mengandung paracetamol pada penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit asma yang telah diderita sebelumnya.
  • Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal.
  • Obat yang mengandung propyphenazone bisa menyebabkan diskrasia darah, suatu kondisi dimana sel darah berkembang secara berlebihan sehingga DNA memproduksi antibodi yang abnormal.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan obat Paramex adalah sebagai berikut :

  • Pemakaian Paramex harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
  • Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma.
  • Hati-hati jika memberikan obat ini untuk penderita porphyria akut, karena bisa menimbulkan porphyrinogenic.
  • Paracetamol diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI) meskipun dalam jumlah yang kecil. Obat ini adalah pilihan pertama sebagai pereda nyeri dan penurun panas bagi ibu menyusui, namun jika anda ragu berkonsultasilah dengan dokter jika anda ingin menggunakan Paramex saat menyusui.
  • Obat ini dikonsumsi setelah makan atau bersama makanan untuk mengurangi efek samping pada saluran pencernaan.
  • Jika anda mengkonsumsi alkohol, potensi terjadinya kerusakan hati sangat tinggi terutama pada pemakaian jangka panjang dan dosis yang lebih tinggi.
  • Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
  • Obat ini menyebabkan kantuk. Selama menggunakan obat ini jangan mengemudi atau menyalakan mesin yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Penggunaan obat Paramex untuk ibu hamil

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan paracetamol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung paracetamol oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.

Interaksi obat

Berikut adalah interaksi obat Paramex dengan obat-obat lain :

  • Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic paracetamol.
  • Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi kerusakan hati.
  • Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis paracetamol.
  • Antikoagulan warfarin : paracetamol meningkatkan efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan potensi resiko terjadinya perdarahan.

Dosis Paramex

Obat Paramex diberikan dengan dosis sebagai berikut :

  • Dewasa atau anak > 12 tahun : 2-3 x sehari 1 tablet atau sesuai petunjuk dokter.

Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Paramex harus sesuai dengan yang dianjurkan.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Espinosa Bosch, María & Sánchez, A.J. & Rojas, F. & Bosch-Ojeda, Catalina. (2006). Determination of paracetamol: Historical evolution. Journal of pharmaceutical and biomedical analysis. 42. 291-321. 10.1016/j.jpba.2006.04.007.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/7064369_Determination_of_paracetamol_Historical_evolution)
Moore, Nicholas & Vanganse, Eric & Leparc, Jean-Marie & Wall, Richard & Farhan, Mahdi. (1999). The PAIN Study: Paracetamol, Aspirin and Ibuprofen New Tolerability Study. Clinical Drug Investigation - CLIN DRUG INVEST. 18. 89-98. 10.2165/00044011-199918020-00001.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/238225654_The_PAIN_Study_Paracetamol_Aspirin_and_Ibuprofen_New_Tolerability_Study)
Jóźwiak-Bębenista, Marta & Nowak, Jerzy. (2013). Paracetamol: Mechanism of action, applications and safety concern. Acta Pol Pharm. 71. 11-23.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/261999933_Paracetamol_Mechanism_of_action_applications_and_safety_concern)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app