Dermatomiositis adalah penyakit peradangan kulit yang jarang ditemukan. Gejala umum dermatomiositis adalah munculnya ruam kulit yang khas, kelemahan dan peradangan otot yang meradang.
Dermatomiositis dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Tidak ada obat yang dapat digunakan untuk mengobati kondisi ini, tetapi gejala dermatomiositis dapat dikelola dengan baik.
Apa penyebab terjadinya penyakit Dermatomiositis?
Penyebab pasti dari dermatomiositis tidak diketahui. Namun, dermatomiositis memiliki banyak kesamaan dengan penyakit autoimun lain. Penyakit autoimun adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel sehat tubuh itu sendiri.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah juga dapat menyebabkan dermatomiositis. Misalnya, jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, maka Anda akan rentan terinfeksi virus atau kanker, sehingga dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh Anda dan menyebabkan dermatomiositis.
Siapa pun dapat menderita penyakit dermatomiositis. Namun, menurut Mayo Clinic, kondisi ini paling umum terjadi pada orang dewasa berusia 40 hingga 60 tahun dan anak-anak yang berusia 5 hingga 15 tahun. Penyakit ini lebih sering diderita wanita daripada pria.
Gejala Dermatomiositis
Dalam kebanyakan kasus, gejala pertama adalah ruam kulit yang khas pada wajah, kelopak mata, dada, area kutikula kuku, buku-buku jari, lutut atau siku. Ruam tidak muncul secara merata dan biasanya berwarna ungu kebiruan.
Anda juga mungkin mengalami kelemahan otot yang memburuk selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Kelemahan otot ini biasanya muncul pada leher, lengan, atau pinggul dan bisa dirasakan pada kedua sisi tubuh Anda.
Gejala lain yang mungkin Anda alami meliputi:
- nyeri otot
- nyeri tekan pada otot
- masalah menelan
- masalah paru-paru
- terbentuknya endapan kalsium yang mengeras di bawah kulit, yang sebagian besar ditemukan pada anak-anak
- kelelahan
- penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
- demam
Ada subtipe dermatomiositis yang termasuk ruam tetapi bukan kelemahan otot. Kondisi ini dikenal sebagai dermatomiositis amyopatik.
Apakah Dermatomiositis dapat dicegah?
Hingga saat ini, para ahli belum dapat mengidentifikasi penyebab utama terjadinya dermatomiositis. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada panduan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dermatomiositis.
Jika Anda memiliki kondisi dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah seperti HIV, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya dermatomiositis dengan melakukan perawatan HIV sesuai dengan anjuran dokter.
Bagaimana penanganan Dermatomiositis yang tepat?
Diagnosis Dermatomiositis
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter. Dokter akan menanyakan tentang gejala dan riwayat kesehatan Anda. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik.
Dermatomiositis adalah penyakit peradangan otot yang relatif lebih mudah didiagnosis hanya dengan mengevaluasi munculnya ruam yang menjadi tanda khas dari dermatomiositis.
Untuk menegakan diagnosa, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan yang meliputi:
- MRI, bertujuan untuk melihat struktur otot dan kelainan yang mungkin terjadi
- sebuah electromyography (EMG), untuk menilai fungsi otot dan menghantarkan impuls saraf
- analisis darah untuk memeriksa kadar enzim otot dan autoantibodi, yang merupakan antibodi yang menyerang sel normal
- biopsi otot atau kulit
Pengobatan Dermatomiositis
Hingga saat ini, tidak ada obat untuk dermatomiositis. Perawatan hanya bertujuan untuk mengatasi gejala dengan memperbaiki kondisi kulit dan kelemahan otot. Pilihan perawatan meliputi penggunaan obat-obatan, terapi fisik, dan pembedahan.
1. Obat-obatan
Obat kortikosteroid, seperti prednison, adalah pengobatan lini pertama untuk mengatasi gejala akibat dermatomiositis. Penggunaan obat golongan kortikosteroid bertujuan untuk menurunkan respon sistem kekebalan Anda dan mengurangi jumlah antibodi penyebab peradangan.
Bagi sebagian orang, terutama anak-anak, gejala-gejala dapat sembuh sepenuhnya setelah menjalani perawatan dengan kortikosteroid. Kondisi ini disebut remisi bukan sembuh, karena sewaktu-waktu dermatomiositis dapat kembali. Remisi mungkin dapat bertahan lama, dan terkadang bahkan permanen.
Kortikosteroid, terutama dalam dosis tinggi, tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena potensi efek sampingnya. Kemungkinan besar dokter akan memulai pemberian obat kortikosteroid dengan dosis tinggi dan kemudian secara bertahap menurunkannya.
Jika kortikosteroid tidak dapat memperbaiki gejala, dokter mungkin akan meresepkan obat lain yang lebih kuat untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan seperti azathioprine dan methotrexate dapat digunakan jika pengobatan menggunakan kortikosteroid tidak efektif, atau obat kortikosteroid menyebabkan efek samping yang serius.
2. Imunoglobulin Intravena (IVIG)
Jika seseorang menderita dermatomiositis, tubuh orang tersebut akan memproduksi antibodi yang menyerang sel pada kulit dan otot. Imunoglobulin intravena (IVIG) adalah suatu pengobatan menggunakan antibodi sehat untuk memblokir antibodi yang menyerang sel kulit dan otot. IVIG adalah campuran antibodi yang telah dikumpulkan dari ribuan orang sehat yang telah menyumbangkan darah mereka. Antibodi ini diberikan melalui infus.
3. Perawatan tambahan
Dokter Anda mungkin menyarankan perawatan tambahan untuk mengatasi penyakit yang mendasari terjadinya dermatomiositis, seperti:
- terapi fisik yang dapat meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot, dan mencegah penyusutan jaringan otot (atrofi).
- obat antimalaria, hydroxychloroquine, untuk ruam yang persisten
- operasi untuk menghilangkan pengendapan kalsium di bawah kulit
- obat penghilang rasa sakit