Dermatomyositis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 7, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 8, 2019 Waktu baca: 3 menit

Pengertian penyakit Dermatomiositis  

Dermatomiositis adalah suatu penyakit peradangan pada 2 bagian yang khas pada tubuh manusia. Bagian tersebut terdiri dari adanya peradangan pada kulit berupa ruam kemerahan yang khas, miopati inflamasi, dan kelemahan otot disekitarnya. Dermatomiositis termasuk penyakit yang jarang terjadi.

Penyakit dermatomiositis paling banyak terjadi pada jenis kelamin wanita daripada pria dengan rentang usia antara 5 hingga 15 tahun pada masa anak-anak dan remaja, serta usia dewasa sekitar 40 hingga 60 tahun.

Istilah inflamasi miopati pada kondisi dermatomiositis adalah peradangan otot yang disertai rasa nyeri. Kondisi ini sering terjadi pada dua penyakit yaitu polimiositis dan dermatomiositis. Pengobatan dengan kortikosteroid dan imunosupresan sangat cocok untuk mengurangi gejala inflamasi pada otot

Penyebab Dermatomiositis

Hingga saat ini penyebab pasti dari dermatomiositis masih belum diketahui. Hasil riset membuktikan bahwa kondisi ini dilibatkan oleh penyakit autoimun di dalam tubuh manusia. Istilah penyakit autoimun merupakan kondisi dimana sel antibodi yang bertugas untuk menyerang sumber penyakit malah menyerang sel-sel baik sehingga menunjukkan gejala di luar infeksi atau trauma. 

Tetapi infeksi virus juga tidak menutupi terjadinya dermatomiositis pada beberapa orang.

Gejala Dermatomiositis pada penderitanya

 Gejala yang ditimbulkan pada dermatomiositis berkaitan dengan ciri khas penyakit tersebut.

  1. Gejala pada Kulit
  2. Gejala pada Otot
  3. Gejala lainnya

Gejala pada kulit banyak muncul pada bagian tubuh sisi atas dan pergelangan seperti wajah,leher, punggung, dada, siku tangan, ljari-jari tangan, dan lutut. Gambaran kulit khas yang muncul disebut sebagai ruam Gottron’s. Ruam tersebut berwarna merah, kasar, dan sedikit bersisik yang muncul di jari-jari tangan, lutut, dan siku tangan. Ruam kemerahan juga dapat muncul di kelopak mata di wajah yang disebut heliotrope.

Gejala yang timbul pada otot adalah kelemahan yang sering dirasakan pada pergelangan tangan dan kaki. Rasa lemas biasanya muncul mulai dari atas. Penderita mulai merasakan kelemahan seperti saat menaiki tangga, berdiri, memanjat, dan sebagainya. Gejala tambahan lainnya yang dapat muncul seperti timbunan kalsium di atas permukaan kulit,  kelelahan, berat badan menurun, demam tinggi, gangguan napas, hingga sulit menelan.

Diagnosis Untuk Dermatomiositis

Dokter akan menanyakan keluhan yang terjadi dan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang terkait. Dokter melakukan pemeriksaan reflek otot dan saraf untuk menilai kelamahan otot terutama di pergelangan.

Untuk memberikan penilain diagnosis lebih baik maka dokter perlu melakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti:

  1. MRI
  2. EMG
  3. Biopsi kulit
  4. Pemeriksaan darah
  5. Biopsi Kulit

Pemeriksaan dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) memberikan gambaran secara jelas adanya kelainan pada otot yang terkena. Pemeriksaan dengan EMg (Electromyography) bertujuan untuk merekam impuls otot untuk menilai sampai dimana kelemahan otot tersebut terjadi. Biopsi kulit dilakukan dengan mengambil sampel ruam seperti pada ruam gottron dan dideteksi adanya peranan infeksi kulit yang berkaitan pada munculnya peradangan.

Pemeriksaan darah ditujukan untuk melihat adanya peningkatan enzim dan kelainan autoimun. Pemeriksaan biopsi kulit digunakan dengan mengambil sampel jaringan otot dan dideteksi adanya infeksi.

Penanganan Dermatomiositis

Penyakit dermatomiositis ditangani dengan pemberian obat-obatan dan tindakan medis. Obat yang sering diresepkan pada penderita dermatomiositis adalah obat kortikosteroid. Obat kortikosteroid dapat mengurangi respon inflamasi pada otot-otot dan kulit. Dosis obat kortikosteroid seperti prednisone dikonsumsi sesuai resep dokter.

Pemberian obat kortikosteroid tidak boleh dikonsumsi jangka panjang dan dosisnya harus diperhatikan terutama pada usia remaja. Dosis dimulai dengan paling tinggi dan dosis diturunkan bertahap oleh dokter sampai gejala menghilang. Jika timbul efek samping pada pengobatan dengan prednisone, maka obat lain yang dapat dipilih yaitu azathioprina dan methotrexate.

Selain obat-obatan, tindakan berupa IVIG atau Intravenous Immunoglobulin digunakan untuk memblokade antibodi dengan kombinasi antibiotik lain yang dimasukkan kedalam tubuh sehingga tidak terjadi reaksi autoimun. TIndakan ini dipilih apabila pengobatan kortikosteroid tidak dapat sembuh.

Pilihan pengobatan lainnya yang dapat dipilih antara lain:

  1. Obat pereda nyeri pada nyeri otot
  2. Obat antimalaria seperti Hydroxychloroquine untuk mengurangi kemerahan pada kulit.
  3. Olahraga untuk memperbaiki serta meningkatkan kontraksi dan reflek otot. 

11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Wint, et al. Healthline (2017). Dermatomyositis – What Is It? (https://www.healthline.com/health/dermatomyositis)
Jaliman, D. WebMD (2016). What Is Dermatomyositis? (https://www.webmd.com/a-to-z-guides/qa/what-is-polymyositis-and-dermatomyositis)
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Dermatomyositis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dermatomyositis/symptoms-causes/syc-20353188)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app