Ketahui Penyebab, Pencegahan, & Pengobatan Kanker Vagina

Dipublish tanggal: Mei 29, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Ketahui Penyebab, Pencegahan, & Pengobatan Kanker Vagina

Sebagai seorang wanita Anda harus menjaga kebersihan alat reproduksi, terutama pada bagian vagina. Kebersihan vagina yang terjaga dengan baik, memungkinkan Anda terhindar dari risiko terkena kanker vagina. Mungkin Anda jarang mendengar kanker vagina. 

Kanker vagina memang jarang terjadi dibandingkan dengan kanker leher rahim, kanker rahim, ataupun kanker payudara. Kanker vagina biasanya terjadi pada wanita usia 60 tahun dan hanya ada 15% kasus yang terjadi pada wanita usia dibawah 40 tahun.

Apakah yang menjadi penyebab kanker vagina dan bagaimana cara pencegahannya? Berikut sedikit penjelasannya.

Penyebab Kanker Vagina

Sama seperti penyakit kanker lainnya, penyebab terjadinya kanker vagina juga belum diketahui secara pasti. 

Beberapa hal berikut diketahui dapat menjadi pemicu munculnya kanker vagina yaitu, usia wanita yang lebih dari 60 tahun, infeksi human papilloma virus (HPV), riwayat pertumbuhan sel yang tidak normal pada vagina atau leher rahim, memiliki ibu dengan riwayat penggunaan obat hormonal diethylstilbestrol (DES) saat hamil, serta kebiasaan merokok.

Gejala Kanker Vagina

Gejala-gejala terjadinya kanker vagina antara lain, pendarahan pada vagina setelah berhubungan seksual, terjadinya pendarahan meskipun telah menopause, merasa sakit dan nyeri saat berhubungan seksual, keputihan yang tidak normal, sakit saat buang air kecil, mengalami sembelit, nyeri pada panggul, terdapat benjolan pada vagina, serta vagina terasa gatal.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah pergi ke dokter untuk diperiksa. Pendeteksian kanker vagina sejak dini memungkinkan proses penyembuhan yang segera dilakukan.

Pencegahan Kanker Vagina

Penyebab terjadinya kanker vagina memang  belum diketahui, namun ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan resiko terkena kanker vagina, yaitu:

  • Cobalah menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tepat, tidak merokok, menghindari makanan cepat saji, hindari minuman beralkohol, serta biasakan olahraga secara rutin.
  • Jagalah kebersihan vagina Anda secara rutin, terutama saat menstruasi. Pada saat menstruasi, bakteri, virus, atau jamur sangat rentan masuk ke vagina. 

Oleh karena itu, Anda sangat perlu memperhatikan kebersihan vagina, jika perlu gunakanlah pembersih kewanitaan yang mengandung povidone iodine, sehingga mampu mencegah infeksi virus, termasuk infeksi HPV. Anda cukup membersihkan bagian luar vagina saja, jangan sampai saluran vagina.

  • Lakukanlah hubungan seks yang aman dan jangan berganti-ganti pasangan. Lakukanlah seks yang aman dengan pasangan yang sama, jika diperlukan gunakanlah kondom untuk menghindari penyakit menular seksual seperti HPV.
  • Lakukanlah vaksinasi HPV. Anda dapat mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat jika ingin melakukan vaksin HPV. Sebaiknya vaksin HPV dilakukan sejak usia 12 tahun, untuk menghindari penularan HPV.

Pengobatan Kanker Vagina

Sama seperti pengobatan kanker lainnya, pengobatan kanker vagina juga disesuaikan dengan stadium kanker yang dialami pasien masing-masing. 

Oleh karena itu, semakin cepat Anda terdeteksi, semakin rendah stadium kanker Anda, semakin cepat ditangani, maka akan semakin besar pula kemungkinan Anda akan sembuh.

Seperti penyembuhan kanker yang lainnya, penyembuhan kanker vagina dilakukan dengan terapi radiasi menggunakan sinar radiasi yang akan membunuh sel kanker, kemoterapi dengan memberikan obat keras sehingga mampu membunuh sel kanker, atau dilakukan operasi untuk mengangkat tumor padat yang ada pada vagina.

Proses penyembuhan kanker vagina akan membutuhkan waktu yang lama. Penggunaan sinar radiasi dan obat-obat kimia yang keras akan menimbulkan efek samping pada tubuh Anda. 

Anda perlu berkonsultasi pada dokter Anda mengenai efek samping yang akan Anda dapatkan saat pengobatan berlangsung.


20 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app