Inilah Bahaya Akibat Suntik Silikon yang Perlu Anda Ketahui

Dipublish tanggal: Agu 9, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Inilah Bahaya Akibat Suntik Silikon yang Perlu Anda Ketahui

Di jaman sekarang ini, semakin banyak orang yang sangat sibuk memperhatikan penampilan fisik mereka dan merasa tidak percaya diri dengan kekurangan yang mrreka miliki.

Sampai-sampai kini menjadi tren untuk melakukan operasi guna merubah bentuk tubuh atau memperbaiki tampilannya, termasuk salah satunya adalah suntik silikon. Hal tersebut dilakukan guna memperbesar bagian tubuh seperti bibir, payudara, bokong dan lainnya.

Menurut data, operasi pembesaran payudara yang terjadi di Jakarta rata-rata memiliki harga 40-50 juta rupiah untuk penanganan profesional. Sedangkan suntik-suntik silikon yang ilegal hanya setengah harganya saja, di mana hal itu juga semakin marak diminati.

Namun, tersimpan bahaya di balik suntik ilegal yang terbilang lebih murah tersebut. Mulai dari terjadinya komplikasi atau masalah kesehatan mengenai terjadinya pengerasan jaringan, nyeri kronis infeksi, gangguan pernapasan dan pembekuan darah yang membahayakan nyawa.

Masalah di atas terutama berhubungan dengan jenis suntik silikon cair, yang sudah ada sejak lama di dunia bedah kosmetik. Bahkan, sebelumnya tanpa sanksi resmi namun sempat dilarang Food and Drugs Association/FDA US.

Penggunaan Suntik Silikon

Tahun 1997, silikon cair disetujui namun dibatasi hanya untuk tindakan medis tertentu, misalnya menahan retina yang longgar supaya tidak lolos lagi.

FDA tak setuju dengan pemakaian suntik silikon cair/gel guna memperbesar bagian tubuh

Setelah persetujuan FDA, suntik silikon cair semakin populer dan beberapa dokter juga memakainya untuk memperbaiki keriput dan menambah volume bibir.

FDA menyetujui kandungan yang mudah terserap untuk pengisian jaringan lunak tubuh (kolagen, hyaluronic acid, calcium hydroxylapatite, Poly-L-lactic acid/PLLA) yang sifatnya sementara guna perbaikan ringan/berat pada kerutan/lipatan kulit, contohnya garis senyum.

Termasuk sebagian lainnya untuk memperbaiki kehilangan lemak wajah/lipoatrofi pada penderita HIV. disetujui dalam tindakan perbaikan garis senyum, augmentasi bibir, penambahan volume pipi (khusus pasien >21 tahun), dan penambahan volume punggung tangan.

Sedangkan untuk jenis cair/gel tak disetujui untuk mengisi kerutan/membesarkan bagian tubuh, hanya dibatasi untuk rekonstruksi payudara seusai operasi kanker payudara dan pembesaran payudara beralasan kosmetik.

Pro & Kontra Suntik Silikon

Praktisi suntik silikon lebih suka jenis cair karena :

  • Harga lebih rendah dibandingkan jenis lainnya (kolagen/Restylane, gel dari hyaluronic acid);
  • Mudah dipakai;
  • Efek samping hanya terjadi pada <1% pengguna; dan
  • Efek permanennya.

Jenis kolagen dan Restylane hanya mampu bertahan 6 bulan, maka pasien harus terus  melakukan suntik ulang. Sedangkan silikon, efeknya bertahan selamanya, namun efek sampingnya juga bisa permanen.

Silikon cair/minyak silikon, konsistensinya mirip seperti oli motor. Setelah disuntikkan, sistem imunitas tubuh bereaksi pada bahan tersebut dan membungkusnya dengan kolagen alami tubuh yang akan menebalkan kulit.

Penggunaan silikon cair berkualitas dan ditangani oleh ahlinya menjadi alasan bagi mereka yang pro dengan suntik silikon ini. Namun, yang kontra menganggap bahayanya tak bisa dihindari dan lebih tinggi dari kegunaannya.

Kemungkinan besar seseorang bisa mendapati benjolan tidak merata di berbagai area karena ”benturan” residu silikon cair yang permanen bentuknya dengan tekstur kulit yang menipis serta pengurangan volume lemak tubuh (silikon tidak mempertimbangkannya).

Bisa diatasi dengan operasi korektif, tetapi akan meninggalkan bekas luka yang tampak lebih buruk dari keadaan sebelumnya. Kemudian juga bisa menimbulkan nyeri, infeksi, peradangan, migrasi silikon bahkan disfigurasi bagian tubuh yang terdampak.

Efek Samping Suntik Silikon

Dikutip dari NY Times, seorang dokter kulit bernama Dr David M. Duffy, dari Torrance, California, mengatakan, suntik silikon cair bisa mengakibatkan gangguan walaupun ditangani dokter berpengalaman, misalnya terbentuknya  granuloma silikon/siliconoma.

Terbentuknya Granuloma

Granuloma merupakan sel-sel peradangan yang menggumpal&terlokalisasi karena kekuatan produk non-daur ulang ( silikon cair permanen)/reaksi hipersensitivitas.

Terjadinya kebocoran silikon di jaringan tubuh menimbulkan reaksi peradangan. Munculnya Granuloma merupakan akibat sistem pertahanan/imunitas, terbentuk saat proses inflamasi akut tak bisa menghancurkan zat asing tersebut.

Walaupun belum diketahui hingga sekarang respon imun tubuh terhadap silikon cair, namun benda asing apapun pasti akan menimbulkan reaksi, granumola dianggap sebagai salah satunya.

Granumola bisa menyerupai tumor kanker, apalagi saat kelenjar aksila/pembesaran getah bening terpengaruh. Granumola juga berhubungan dengan demam, hiperkalsemia termediasi kalsitriol serta amiloidosis reaktif.

Selain mammogram&ultrasonogram/USG, Magnetic Resonance Imaging/MRI biasanya disarankan guna mengevaluasi parahnya perluasan lesi&konfirmasi pemeriksaan onkologi. Untuk tujuan terapi, bedah prngangkatan jaringan terdampak juga disarankan.

Untuk kasus parah payudara rusak karena kebocoran silikon, mastektomi total dan atau tanpa pelestarian kulit/puting kompleks areola disaranian. Tindakan rekonstruksi segera/tertunda harus direncanakan untuk terapi.


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Warning Against Injectable Silicone for Breast, Body Contouring. Medscape. (https://www.medscape.com/viewarticle/890210)
Silicone Safety: Risks, Exposure Sources, Is Silicone Toxic & More. Healthline. (https://www.healthline.com/health/body-modification/is-silicone-toxic#symptoms)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app