Infeksi Jamur Vagina: Penyebab, Penyebaran dan Cara Mencegah

Dipublish tanggal: Jun 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Infeksi Jamur Vagina: Penyebab, Penyebaran dan Cara Mencegah

Jamur tidak hanya di kulit saja tetapi juga bisa terdapat di alat kelamin manusia, termasuk vagina wanita. Vagina yang terinfeksi jamur akan terasa gatal, merah dan berbau. 

Awalnya ada rasa gatal, lalu keluar cairan berwarna putih dan berbau, bisa juga terjadi iritasi pada labia, bahkan ketika berhubungan seks.

Penyebab Infeksi Jamur Vagina

Semua wanita mungkin untuk terkena infeksi jamur vagina. Infeksi jamur vagina bisa juga disebabkan oleh penggunaan obat antibiotik yang membunuh bakteri sehat di area vagina. Fungsi bakteri sehat adalah untuk melindungi vagina, tanpa bakteri tersebut, vagina akan mudah ditumbuhi jamur.

Berikut beberapa faktor penyebab infeksi jamur vagina, yaitu:

  • Diabetes
  • Sedang hamil
  • Sedang menggunakan pil KB
  • Sedang melakukan terapi steroid jangka panjang
  • Menyiram vagina berlebihan dengan air
  • Kurang makanan bergizi
  • Kurang tidur
  • Sistem kekebalan tubuh lemah

Penyebaran Infeksi Jamur Vagina

Infeksi jamur vagina dapat terjadi melalui dua cara yaitu tertular ketika berhubungan seks dengan pasangan dan kurang menjaga kebersihan vagina. Infeksi jamur vagina juga dapat terjadi ketika berhubungan seks oral, jika pasangan anda sedang memiliki sariawan atau penisnya terinfeksi jamur.

Bagi wanita yang sering gonta-ganti pasangan, pH vaginanya akan berubah yang menyebabkan banyak jamur dan bakteri tertinggal di vagina dan akhirnya terinfeksi.

Oleh karena itu, dianjurkan kepada wanita untuk buang air kecil setelah melakukan hubungan seks karena dapat menghilangkan bakteri dan jamur yang tertinggal ketika berhubungan seks.

Mencegah Infeksi Jamur Vagina

Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), wanita disarankan untuk tidak menyemprot air langsung ke vagina karena dapat membunuh bakteri baik yang bertugas untuk menjaga keseimbangan vagina. 

Akan tetapi, wanita disarankan untuk membersihkan vagina menggunakan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung povidone-iodine.

Celana dalam yang ketat atau yang terbuat dari nilon dan polyester juga dapat menahan kelembaban vagina yang memudahkan jamur untuk tumbuh di tempat yang gelap dan lembab di area vagina. 

Para ahli menyarankan para wanita untuk memakai celana dalam yang terbuat dari bahan katun atau setidaknya berbahan katun di area selangkangan karena bahan katun dapat mengalirkan lebih banyak udara ke daerah genital anda. 

Juga dianjurkan untuk menghindari penggunaan panty liners yang dapat membuat infeksi jamur vagina kambuh kembali.

Bersihkan daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina dan jangan gunakan pakaian basah terlalu lama terutama sehabis berenang.

Bagi penderita diabetes agar dapat mengontrol gula darah untuk mengurangi terkena resiko infeksi jamur vagina. Dianjurkan untuk mengkonsumsi yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus untuk mencegah infeksi jamur. 

Disarankan juga untuk melakukan diet sehat dan dapat mengelola stres dengan baik karena stres juga dapat memicu infeksi jamur vagina.

Jika Anda terinfeksi jamur vagina setelah meminum antibiotik, maka periksalah ke dokter agar mendapatkan penanganan baik. Biasanya dokter menggunakan terapi untuk pencegahan awal dan akhir dari pengaruh antibiotik.

Ibu hamil juga dapat terinfeksi jamur vagina dan dapat menular pada mulut bayi selama proses persalinan. Untuk memastikannya, ibu hamil dapat berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan pengobatan yang tepat. 

Dokter biasanya akan memberikan obat minum, obat oles atau obat yang dimasukkan melalui vagina. Infeksi baru akan mereda setelah 10 hari hingga 2 minggu kemudian. Dokter juga akan memberikan obat khusus untuk mencegah jamur vagina datang lagi.

Yuk, tetap jaga kebersihan vagina agar tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan kita sebagai wanita. Jika Anda mengalami tanda-tanda infeksi jamur, agar segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vaginal yeast infections. Office on Women's Health. https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/vaginal-yeast-infections.
Bope ET, et al. Vulvovaginitis. In: Conn's Current Therapy 2018. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2018. https://www.clinicalkey.com.
Blostein F, et al. Recurrent vulvovaginal candidiasis. Annals of Epidemiology. 2017;27:575.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app