Hubungan Antara Sakit Kepala dengan Gangguan Kepribadian

Dipublish tanggal: Jul 5, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Okt 16, 2019 Waktu baca: 4 menit
Hubungan Antara Sakit Kepala dengan Gangguan Kepribadian

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Tak hanya karena adanya gangguan kesehatan fisik, tetapi gangguan kepribadian juga memiliki kaitan dengan sakit kepala atau migrain
  • Ada 3 jenis gangguan kepribadian (personality disorder) yang dibagi ke dalam 3 kelompok utama
  • Cara menangani gangguan kepribadian bisa dilakukan dengan psikoterapi, terapi psikologi, dan obat-obatan
  •  Menurut penelitian, dari sisi jenis kelamin, pria lebih sering sakit kepala sedangkan wanita lebih sering mengalami migrain

Pernahkah mengalami sakit kepala yang terjadi cukup sering? Penyebab sakit kepala memang ada banyak, bisa karena kondisi kesehatan tertentu, seperti dehidrasi, perubahan hormon, kurang tidur ataupun stress. Tetapi tidak hanya karena kesehatan fisik, tetapi juga karena adanya gangguan kepribadian.

Apa itu Gangguan Kepribadian?

Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian (personality disorder) akan memiliki pola pikir dan perilaku yang berbeda dengan orang normal. Hal inilah yang menjadikan seseorang dengan gangguan kepribadian mengalami kesulitan dalam hal berinteraksi dengan orang lain. 

Gangguan kepribadian yang termasuk ke dalam kategori penyakit mental dapat menyebabkan penderitanya berperilaku aneh, sulit menjalin hubungan dengan orang lain, menghindari interaksi sosial, serta sering berprasangka buruk. 

3 Jenis Gangguan Kepribadian

Berdasarkan jenisnya, gangguan kepribadian (personality disorder) terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu kelompok A, kelompok B, dan kelompok C. Dari masing-masing kelompok tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis gangguan kepribadian deengan ciri yang lebih spesifik.

1. Gangguan kepribadian kelompok A (skizotipal, skizoid, dan paranoid)

Seseorang dengan gangguan kepribadian dalam kelompok A memiliki karakter pemikiran dan perilaku yang aneh. Jenis gangguan kepribadian dalam kelompok ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu skizotipal, skizoid, dan paranoid. Gangguan kepribadian skizotipal menyebabkan penderitanya memiliki cara bicara dan tingkah laku yang kurang wajar, bahkan sering berkhayal.

Sementara penderita tipe skizoid cenderung memiliki sifat yang dingin dan suka menyendiri. Jika gangguan kepribadian paranoid, ciri-ciri penderitanya adalah mudah mencurigai dan tidak mudah mempercayai orang lain karena takut dimanpulasi atau dibohongi.

2. Gangguan kepribadian kelompok B (borderline (ambang), antisosial, narsistik, serta histrionik)

Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian jenis B memiliki ciri pola pikir dan perilaku yang tidak dapat diprediksi. Kelompok B ini masih dikategorikan lagi menjadi beberapa gangguan kepribadian, di antaranya borderline (ambang), antisosial, narsistik, serta histrionik.

Gangguan kepribadian tipe ambang atau borderline memiliki emosi yang tidak stabil dan cenderung suka menyakiti diri sendiri. Sementara tipe antisosial, penderitanya kurang memiliki rasa simpati pada orang lain dan mudah marah tanpa merasa bersalah.

Selain itu, jenis gangguan kepribadian narsistik membuat penderitanya merasa dirinya lebih hebat dibandingkan dengan orang lain sehingga cenderung merasa arogan dan terus berharap mendapat pujian dari orang lain. Sementara penderita gangguan kepribadian histrionik akan merasa takut akan penampilannya dan cenderung mencari perhatian dari orang sekitar.

3. Gangguan kepribadian kelompok C (dependen, menghindari, dan obsesif kompulsif)

Kelompok gangguan kepribadian tipe C memiliki ciri di mana penderitanya akan selalu merasa cemas dan ketakutan. Kategori C ini dibagi lagi menjadi gangguan kepribadian dependen, gangguan kepribadian menghindar, dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

Gangguan kepribadian dependen membuat dirinya merasa sangat bergantung pada orang lain dan merasa ketakutan jika harus bertindak sendirian. Sementara penderita gangguan kepribadian menghindar akan cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain karena merasa tidak percaya diri.

Sementara itu, jika gangguan kepribadian obsesif kompulsif dialami maka penderitanya bisa mengalami hilang kendali dan sulit diajak bekerjasama karena cenderung perfeksionis dan mudah stres jika tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Diagnosis Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian (personality disorder) bisa diketahui melalui pemeriksaan fisik dan tes kepribadian yang disebut tes Salamanca. Berdasarkan hasil penelitian, berapa orang yang memiliki gangguan kepribadian cenderung sering mengalami sakit kepala dan migrain.

Jenis gangguan kepribadian yang umumnya menyebabkan sakit kepala adalah gangguan kepribadian anankastik, kecemasan, schizoid, dan histrionik. Sementara bagi mereka yang menderita sakit kepala dan migrain, mereka cenderung memiliki gangguan kepribadian paranoid dan schizoid.

Sedangkan gangguan kepribadian kecemasan dan dependen lebih mengarah pada sakit kepala sebelah atau migrain. Selain itu, dilihat dari jenis kelamin, pria lebih sering sakit kepala sedangkan wanita lebih sering mengalami migrain.

Cara Menangani Gangguan Kepribadian

Cara menangani sakit kepala yang diderita akibat masalah kepribadian (personality disorder) yang dialami, penderitanya dianjurkan untuk melakukan cara penanganan sebagai berikut:

Psikoterapi

Salah satu cara untuk mengobati gangguan kepribadian adalah dengan melakukan psikoterapi. Ada berbagai jenis psikoterapi yang dapat dilakukan, seperti terapi wicara, terapi cahaya, dan masih banyak lagi. Terapi tersebut bertujuan untuk membantu penderita mengatasi dan mengendalikan perasaannya.

Terapi Psikologi

Ada tiga jenis psikologis yang dapat diterapkan seperti terapi perilaku kognitif, psikodinamik, dan interpersonal. Pada umumnya, terapi dapat dilakukan selama enam bulan atau bisa disesuaikan dengan kondisinya jika sudah parah.

  • Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah cara pikir dan perilaku penderita ke arah yang lebih baik dan positif
  • Terapi psikodinamik bertujuan untuk memperbaiki dan mengeksplorasi bentuk penyimpangan yang dilakukan sejak lama
  • Terapi interpersonal bertujuan untuk memperbaiki interaksi sosial penderita dalam berhubungan dengan orang lain 

Obat-obatan

Selain terapi, solusi yang dapat diambil sebagai langkah pengobatan dalam mengatasi gangguan kepribadian (personality disorder) adalah dengan penggunaan obat-obatan tertentu. Tetapi penggunaan obat tentu harus mendapatkan petunjuk dan resep dokter dan menyesuaikan dengan kondisi yang dialamji.

Memang hingga saat ini belum ada obat yang disetujui untuk mengatasi gangguan kepribadian,namun beberapa obat berikut ini mampu membantu mengendalikan kadar hormon dan zat kimia pada otak, seperti:

  • Antidepresan yang berguna untuk memperbaiki kemarahan, impulsivitas, serta impulsivitas
  • Penstabil mood yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi keagresifan atau kekesalan
  • Obat antipsikotik atau neuroleptik untuk membantu seseorang menyadari kenyataan
  • Obat anti cemas untuk mengatasi rasa kecemasan, insomnia, dan kegelisahan

13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Saper, Joel & Lake III, Alvin. (2002). Borderline Personality Disorder and the Chronic Headache Patient: Review and Management Recommendations. Headache. 42. 663-74. 10.1046/j.1526-4610.2002.02156.x. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/10991205_Borderline_Personality_Disorder_and_the_Chronic_Headache_Patient_Review_and_Management_Recommendations)
Relationship between borderline personality disorder and migraine. ScienceDirect. (https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0924933817306119)
Borderline personality disorder and migraine. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17355490)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app