Benign Prostatic Hyperplasia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 19, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 4 menit

Prostat adalah organ kecil seukuran kacang kenari yang terletak di bawah kandung kemih (tempat penyimpanan urin) dan mengelilingi uretra (saluran urin dari kandung kemih).

Prostat membuat cairan prostat yang meningkatkan kualitas sperma. Masalah prostat umumnya terjadi pada pria berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar dapat diobati dengan baik tanpa merusak fungsi seksual.

Hiperplasia prostat jinak atau Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah pembesaran pada kelenjar prostat jinak (non-kanker), yang umum terjadi pada pria lansia. BPH juga disebut sebagai pembesaran kelenjar prostat.

BPH sangat umum khususnya pada pria usia lanjut. Setengah dari semua pria berusia di atas 50 tahun mengalami gejala hiperplasia prostat jinak, tetapi hanya 10% yang membutuhkan intervensi medis atau bedah.

Apa penyebab terjadinya Hiperplasia prostat jinak?

Pembesaran prostat akan terjadi seiring bertambahnya usia. Pada kebanyakan pria, prostat yang membesar menyebabkan gejala-gejala pada saluran kemih yang secara signifikan menghalangi aliran urin.

Tidak sepenuhnya jelas apa yang menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Namun,  Hiperplasia prostat jinak mungkin disebabkan oleh perubahan keseimbangan hormon seks seiring dengan bertambahnya usia.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya pembesaran kelenjar prostat meliputi:

  • Penuaan. Pembesaran kelenjar prostat jarang menyebabkan tanda dan gejala apapun pada pria yang berusia lebih muda dari 40 tahun. Sekitar sepertiga pria mengalami gejala sedang hingga berat pada usia 60 tahun, dan sekitar separuhnya mengalaminya pada usia 80 tahun.
  • Riwayat keluarga. Jika Anda memiliki kerabat seperti ayah atau saudara laki-laki, dengan masalah prostat berarti Anda lebih cenderung menderita kanker prostat.
  • Diabetes dan penyakit jantung. Studi menunjukkan bahwa diabetes, serta penyakit jantung dan penggunaan beta blocker, dapat meningkatkan risiko terjadinya BPH.
  • Gaya hidup. Obesitas meningkatkan risiko BPH, sementara olahraga dapat menurunkan risiko terjadinya BPH.

Gejala Hiperplasia prostat jinak

Karena kelenjar prostat mengelilingi uretra, maka wajar jika pembesaran prostat dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kemih. Oleh karena itu Anda mungkin menemukan gejala yang meliputi:

  • Aliran kencing yang lambat atau terputus-putus.
  • Kesulitan memulai buang air kecil.
  • Sering buang air kecil.
  • Perasaan urgensi (kebutuhan mendadak untuk buang air kecil).
  • Perlu bangun di malam hari untuk buang air kecil.

Saat gejalanya berkembang, Anda mungkin mengalami:

Bagaimana cara mencegah terjadinya Hiperplasia prostat jinak?

Penyebab utama terjadinya hiperplasia prostat jinak hingga saat ini masih belum diketahui, hiperplasia prostat jinak adalah suatu kondisi degeneratif yang muncul seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya Hiperplasia prostat jinak masih menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli.

Anda dapat mencegah terjadinya Hiperplasia prostat jinak dengan menghindari faktor risiko terjadinya kondisi ini dengan cara mengurangi berat badan, mengontrol kadar gula dan tekanan darah Anda, rajin berolahraga dan melakukan pemeriksaan rutin jika Anda memiliki riwayat keluarga yang menderita Hiperplasia prostat jinak.

Bagaimana penanganan Hiperplasia prostat jinak?

Diagnosa

Dokter Anda akan mulai dengan mengajukan pertanyaan terperinci tentang gejala Anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang mungkin dilakukan meliputi:

  • Pemeriksaan colok dubur. Dokter akan memasukkan jari ke dalam dubur untuk memeriksa pembesaran prostat Anda.
  • Tes urin. Menganalisis sampel urin Anda dapat membantu menyingkirkan infeksi atau kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa.
  • Tes darah. Pemeriksaan darah dapat mengindikasikan masalah ginjal.
  • Tes darah antigen spesifik prostat (PSA). PSA adalah zat yang diproduksi di prostat Anda. Tingkat PSA yang tinggi dapat menandakan terjadinya pembesaran prostat. Namun, peningkatan kadar PSA juga dapat disebabkan oleh infeksi, operasi atau kanker prostat.
  • Biopsi prostat. Biopsi adalah prosedur yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi prostat dilakukan dengan panduan USG transrektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah jaringan pada prostat yang membesar adalah kanker atau BPH.
  • Pemeriksaan X-ray, dapat menunjukan terjadinya pembesaran prostat.

Penanganan Hiperplasia prostat jinak

Perawatan BPH tergantung pada ukuran prostat Anda dan seberapa parah gejalanya. Untuk gejala ringan hingga sedang, dokter Anda mungkin meresepkan salah satu dari obat-obatan ini:

  • Alpha-blocker untuk mengendurkan otot-otot di kandung kemih dan prostat Anda untuk memperlancar Anda buang air kecil. Contoh obat alpha blocker termasuk alfuzosin (Uroxatral), doxazosin (Cardura), dan tamsulosin (Flomax).
  • 5-alpha reductase inhibitor untuk mengecilkan ukuran prostat Anda. Contohnya dutasteride (Avodart) dan finasteride (Proscar).

Operasi

Dokter dapat melakukan operasi untuk mengobati gejala BPH yang parah, beberapa teknik operasi yang mungkin dokter lakukan meliputi:

  • Transurethral resection of the prostate (TURP) hanya mengangkat bagian dalam prostat.
  • Transurethral incision of the prostate (TUIP) membuat sayatan kecil pada prostat untuk agar urin dapat lewat.
  • Transurethral needle ablation (TUNA) menggunakan gelombang radio untuk membakar jaringan prostat.
  • Terapi laser menggunakan energi laser untuk menghilangkan kelebihan jaringan prostat.
  • Prostatektomi terbuka hanya dilakukan jika prostat Anda sangat besar. Dokter bedah memotong perut bagian bawah Anda dan mengangkat jaringan prostat melalui lubang tersebut.

16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app