Efek Inilah Yang Terjadi Pada Anak Akibat Merokok

Dipublish tanggal: Jul 19, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Efek Inilah Yang Terjadi Pada Anak Akibat Merokok

Anda tentu saja mengetahui jika merokok selain dapat mengganggu kesehatan diri sendiri, juga dapat mengganggu kesehatan bagi orang lain. Jika Anda biasanya tidak peduli, apakah akan sama ketika terjadi pada si kecil kesayangan Anda?

Hal yang terjadi pada bayi dan wanita hamil

Tahukah Anda? Ketika Anda merokok, lalu asap tersebut terkena wanita hamil di sekitar Anda secara tidak langsung sehingga menjadi perokok pasif dapat menyebabkan asap zat kimia berbahaya masuk pada aliran darah melalui paru-paru. 

Zat kimia berbahaya tersebut meliputi nikotin, karbon monoksida, dan zat kimia lainnya yang dapat mempengaruhi bayi tersebut melewati plasenta dari sang ibu.

Bayi yang terpapar asap rokok melalui plasenta seorang wanita hamil yang menjadi perokok pasif, dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang rendah. Lalu, akibatnya saat bayi sudah lahir bisa mengalami berat kurang dari 2.500 gram. 

Walaupun hal tersebut tidak mengancam kesehatan bayi, tapi hal tersebut bisa memicu masalah kesehatan yang lainnya.

Selain itu, kemungkinan terjadinya bayi yang lahir dari ibu perokok pasif sangat besar mengalami kelahiran dengan siklus waktu yang tidak normal, bayi bisa lahir sebelum 37 minggu dan mengalami kelahiran yang prematur.  

Efek-efek apa saja yang ditimbulkan?

Saat menjadi orang tua, terutama yang memiliki kebiasaan merokok. Tentu saja harus menghindari paparan asap rokok tersebut pada anak-anak yang sangat rentan menjadi perokok pasif. 

Anda dapat mengatasi secondhand smoke dengan cara menghindari merokok pada ruangan rumah dan saat Anda sedang berada dalam mobil.

Sudden Infant Death Syndrome atau kematian secara mendadak pada bayi dapat terjadi dengan persentase sangat tinggi jika dialami oleh bayi yang terkena asap rokok. Orang tua yang merokok disarankan oleh para ahli untuk tidak tidur bersama dengan bayi yang usianya masih di bawah 4 bulan.

Selain itu, anak yang memiliki orangtua perokok aktif sangat memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami infeksi paru-paru seperti penyakit bronchitis dan pneumonia di tahun pertama dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki orangtua bukan perokok aktif. 

Anak-anak yang beresiko tinggi tersebut, juga menjadi lebih mudah mengalami penyakit gangguan pernapasan. Beberapa anak lainnya yang terpapar asap rokok pada usia tertentu mengalami resiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit.

Lalu, anak-anak tersebut sangat mudah mengalami otitis media atau pembengkakan yang terjadi pada bagian telinga akibat infeksi . 

Anak kecil dari orangtua perokok dapat mengalami ini beberapa kali dan mengalami efusi telinga tengah atau terjadinya kebocoran telinga dengan kurun waktu yang lama. 

Hal tersebut dapat menghambat perkembangan tubuh anak, salah satunya hilangnya pendengaran dan perkembangan bicara yang terjadi pada anak-anak.

Terjadinya penurunan fungsi organ tubuh

Bukan hanya itu saja, penurunan fungsi paru-paru pada anak yang terpapar rokok dapat terjadi, seperti tidak normanya pengambilan napas yang terjadi. Anak-anak tersebut tidak bisa menghela nafas secara normal atau menarik napas dalam-dalam. 

Sebenarnya, hal ini dapat terjadi pada anak dengan berbagai macam usia. Bahkan, dampak penurunan fungsi paru-paru ini dapat terjadi sampai anak menginjak usia dewasa.

Anak-anak berusia sekolah yang memiliki orangtua yang merokok lebih mudah mengalami gejala seperti batuk, dahak, napas berbunyi, dan sesak napas. 

Asma lebih umum terjadi pada anak-anak dari perokok, dan apabila terus terekspos pada asap rokok, mereka memiliki risiko yang lebih besar dan serangan asma yang lebih sering. Mereka cenderung menggunakan pengobatan asma lebih sering untuk waktu yang lebih panjang.

Anak-anak yang sudah mengalami usia untuk menginjak bangku pendidikan yang memiliki orang tua perokok aktif sangat mudah mengalami penyakit yang bergejala seperti batuk, berdahak, napas berbunyi, dan juga sesak napas. 

Penyakit asma, umumnya sering dialami oleh anak yang memiliki orang tua perokok. Anak yang terus-terusan terpapar asap rokok dapat memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami asam lebih sering. 

Pengobatan yang dilakukan pun harus menjalani waktu yang tidak singkat untuk segera sembuh.

Sistem imun pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak merokok pun dapat terganggu akibat asap rokok. Komplikasi paru-paru selama operasi dan setelahnya dengan bius total dapat mudah terjadi pada anak-anak yang sering terpapar asap rokok. 

Kemudian, dapat mengalami persentase dari peningkatan risiko penyakit meningitis, penyakit kronis penyebab kematian, kelainan mental, hilangnya pendengaran, dan kehilangan anggota tubuh. 

Beberapa penyakit tersebut sangat mungkin menjadi sumber penyakit tersebut dan penyebab pembawa bakteri.  

Hal tersebut telah dibuktikan, anak-anak yang terpapar asap rokok dari wanita hamil sebelum dan setelah kelahiran dapat mengalami peningkatkan resiko penyakit kanker berupa leukemia, limfoma, juga kanker otak. Walaupun demikian, perlu dilakukan riset lebih banyak untuk memastikannya.

Efek dari secondhand smoke dapat menyebabkan penyakit jantung yang dimulai dari masa kecil anak dan remaja. Jadilah orangtua yang bijak dengan berhenti merokok untuk melindungi anak-anak dan lingkungan sekitar dari asap rokok Anda.

 


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Health Effects of Secondhand Smoke. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/secondhand_smoke/health_effects/index.htm)
Kids and Smoking (for Parents). Nemours KidsHealth. (https://kidshealth.org/en/parents/smoking.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app