Dapatkah Muncul Luka Penis Pada Pria Penderita HIV

Dipublish tanggal: Agu 30, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 24, 2020 Waktu baca: 3 menit
Dapatkah Muncul Luka Penis Pada Pria Penderita HIV

Ketika berbicara tentang infeksi penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV), penting untuk mengetahui gejala yang muncul pada tahap awal. 

Mendeteksi penularan infeksi HIV sejak dini dapat membantu memastikan pengobatan yang cepat untuk mengendalikan virus dan mencegah perkembangan infeksi ke tahap 3 HIV. 

Tahap 3 HIV lebih dikenal sebagai Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Salah satu gejala awal yang paling sering ditemukan pada kebanyakan laki-laki adalah munculnya luka pada daerah genital. 

Luka pada daerah genital adalah ciri khas dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti sifilis atau chancroid, lantas apa hubungan antara HIV dan IMS? Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel yang satu ini.

Apa saja gejala awal HIV lain yang mungkin Anda temui?

Tanda-tanda awal gejala HIV mungkin muncul sebagai gejala yang mirip dengan yang disebabkan oleh flu. Gejalanya dapat mencakup:

Gejala HIV dini umumnya muncul dalam satu hingga dua bulan setelah penularan, walaupun pada beberapa kasus, gejalanya dapat muncul segera setelah dua minggu setelah pajanan. 

Selain itu, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala awal setelah mereka tertular HIV. Penting untuk diingat bahwa gejala HIV dini ini juga terkait dengan penyakit umum dan kondisi kesehatan. 

Untuk memastikan status HIV, pertimbangkan untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan HIV secara spesifik.

Apa hubungan mendasar antara munculnya luka pada Penis dan HIV?

Gejala penyakit ulkus kelamin meningkat baik selama dan setelah tertular HIV, menurut para peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health and Rakia, Uganda

Penelitian mereka juga menemukan bahwa pada penderita HIV seringkali terinfeksi virus Herpes Simplex 2 (HSV-2) pada saat yang bersamaan. Virus HSV 2 adalah penyebab utama munculnya luka pada kelamin.

Hal ini cukup masuk akal, mengingat infeksi virus HIV menyebabkan sistem imunitas yang menurun, sehingga menyebabkan seseorang rentan terkena infeksi oportunistik lainnya. 

Memiliki tingkat viral load HIV yang lebih tinggi menyebabkan seseorang lebih rentan terinfeksi virus herpes

Sebuah Studi yang dikeluarkan pada tahun 2003 di Journal of Infectious Diseases berpendapat bahwa menekan penyebaran HSV-2 dan penyakit ulkus kelamin bisa menjadi elemen penting dalam mengobati HIV dan mencegah penularan pada pasangan. 

Penelitian mengenai angka kejadian munculnya luka kelamin pada penderita HIV

Sebuah penelitian sebelumnya telah melaporkan hubungan antara penyakit yang menimbulkan luka pada kelamin dan peningkatan risiko tertular HIV. 

Penelitian tersebut menemukan hubungan yang jelas antara munculnya gejala luka pada kelamin setelah penularan HIV.

Penelitian ini dilakukan pada 248 orang dewasa yang baru saja terinfeksi HIV dan kelompok orang yang tidak terinfeksi (kontrol) yang terdiri dari 496 orang dewasa HIV-negatif, semuanya tinggal di Rakia, Uganda. 

Para peneliti memeriksa setiap peserta pada tiga kesempatan dengan interval 10 bulan. 

Kunjungan pertama terjadi sebelum penularan HIV, dengan serokonversi HIV yang kedua, ketika tubuh mulai memproduksi antibodi HIV. Yang ketiga terjadi 10 bulan kemudian. Partisipan diminta melaporkan gejala munculnya luka pada alat genital.

Para peneliti mengamati tingkat penyakit munculnya luka pada genital yang lebih tinggi di antara peserta HIV-positif selama serokonversi HIV dan sesudahnya. 

Menurut penelitian, 8,5 persen dari mereka yang HIV positif melaporkan gejala munculnya luka pada kelamin sebelum mereka tertular HIV dibandingkan dengan 5,9 persen peserta dalam kelompok kontrol. 

Pada kunjungan kedua, 17,3 persen dari mereka yang telah terinfeksi HIV memiliki luka kelamin, sedangkan 6,3 persen dari mereka yang tidak terinfeksi HIV. 

Pada kunjungan ketiga, persentase munculnya luka pada genital adalah 11,6 persen untuk kelompok HIV-positif dan 6,7 persen untuk kelompok HIV-negatif.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa peningkatan munculnya luka pada kelamin di antara peserta HIV-positif dalam penelitian berkaitan dengan adanya antibodi HSV-2. 

Setelah penularan HIV,  peningkatan viral load HIV meningkatkan kemungkinan terinfeksi virus herpes.

Orang dengan peningkatan viral load HIV berpotensi lebih tinggi untuk menularkan penyakit HIV kepada orang lain dan peningkatan viral load juga dapat meningkatkan laju perkembangan dari HIV menjadi AIDS. 

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan apakah pengobatan dan penekanan penyakit herpes pada orang yang terinfeksi HIV dapat mengurangi kemungkinan munculnya luka genital, tingkat virus HIV dan kemungkinan penularan HIV.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
US Preventive Services Task Force. (2019). Preexposure prophylaxis for the prevention of HIV infection: US Preventive Services Task Force recommendation statement. DOI: (https://doi.org/10.1001/jama.2019.6390)
Peterson S. (2017). STD symptoms. (https://www.std-gov.org/stds/std_symptoms.htm)
Paz-Bailey G, et al. (2010). Determinants of HIV type 1 shedding from genital ulcers among men in South Africa. DOI: (https://doi.org/10.1086/651115)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app