Ciri-Ciri Air Ketuban Pecah atau Merembes dan Penanganannya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Ciri-Ciri Air Ketuban Pecah atau Merembes dan Penanganannya

Selama kehamilan, janin dalam rahim dikelilingi oleh cairan amnion atau lebih kita kenal sebagai air ketuban. Ketika kehamilan berakhir, maka air ketuban ini akan keluar sesaat sebelum persalinan. Namun ada kondisi tertentu yang menyebabkan selaput air ketuban pecah sehingga cairan ini mengalir keluar sebelum waktunya.

Mengetahui ciri-ciri air ketuban yang keluar atau merembes sebelum waktunya sangatlah penting, karena apabila sampai terlambat tertangani, maka akan berisiko terhadap keselamatan janin. Tidak hanya itu, kesehatan bunda juga bisa dipengaruhi akibat resiko infeksi yang terjadi.

Seberapa Pentingkah Air Ketuban?

Cairan amnion membantu melindungi dan menjaga bayi dengan baik serta membantu perkembangannya secara keseluruhan, terutama perkembangan paru-paru. Disamping itu, ada peran besar lainnya yaitu melindungi janin dari infeksi.

Seperti diketahui bahwa keberadaan air ketuban dalam rahim ini dilindungi oleh selaput kantung amnion. Selaput yang elastis nan kokoh ini melindungi janin yang berada di dalamnya dari ancaman dunia luar, termasuk kuman berbahaya yang berpotensi menyebabkan infeksi.

Apa Ciri-ciri air ketuban pecah atau bocor?

Pecahnya selaput ketuban bisa terjadi pada sekitar waktu taksiran persalinan, ataupun secara abnormal sebelum jadwal persalinan tiba. Jika pecahnya lebar dan banyak air ketuban yang keluar, maka akan mudah kita amati. Namun, terkadang bocornya kecil sehingga sulit membedakan apakah itu air ketuban atau cairan lainnya, misalnya cairan keputihan ataupun air seni yang keluar tidak disengaja

Cara termudah mengetahuinya adalah dengan langsung mengamati cairan yang ada pada celana dalam. Atau mungkin cairan tersebut tetap menetes tanpa bisa ditahan.

Cermati, inilah ciri-ciri air ketuban:

  • Cairan encer seperti air.
  • Umumnya tidak berbau.
  • Terus menetes atau mengalir, tanpa bisa ditahan.
  • Pakaian dalam atau pantyliner perlu sering diganti karena kebocorannya stabil.
  • Cairannya sebagian besar jernih. Bisa jadi disertai warna sedikit putih atau kemerahan (darah).
  • Jika ada warna kehijauan sampai kecoklatan, segera hubungi dokter.
( ! ) Warna air ketuban yang keruh kehijauan menandakan bahwa bayi mengalami buang air besar di rahim dan ini dapat mengindikasikan adanya gawat janin.

Ketika air ketuban merembes keluar, mungkin bunda mengalami sedikit kram dan ketidaknyamanan, tapi kebanyakan tidak mengalami gejala apapun selain keluarnya air-air yang stabil seperti di atas.

Jika yang keluar adalah cairan seperti dibawah ini, maka itu bukanlah ciri-ciri air ketuban:

  • Berbau pesing seperti urin.
  • Cairan kental seperti lendir - kemungkinan besar cairan vagina atau serviks.
  • Keluar cairannya secara tiba-tiba dengan gerakan, tendangan bayi atau saat kandung kemih terasa penuh.
  • Keluar cair hanya sedikit dan tidak berlanjut.
  • Berwarna kekuningan seperti urin.

Kapan harus ke Bidan atau Dokter?

Kapan pun Anda tidak yakin dengan apa yang sedang terjadi, atau jika Anda mengira bahwa yang keluar adalah air ketuban, maka penting untuk menghubungi dokter sesegera mungkin.

Terlebih, apabila:

  • Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
  • Disertai keputihan dan demam.
  • Cairan yang keluar berwarna kehijauan.
  • Cairan yang keluar begitu banyak hingga membahasi pakaian dalam.

Kenapa selaput ketuban bisa pecah?

Penyebab utamanya adalah pecahnya membran secara spontan atau spontaneus rupture of membrane (SROM). Ini adalah kondisi fisiologis atau normal yang merupakan akibat dari ketegangan dan tekanan berlebih pada rongga ketuban pada proses awal persalinan.

Namun, dalam beberapa kasus, kantung amnion robek atau pecah sebelum waktu persalinan. Jika terjadi di antara minggu ke 37 sampai 38 kehamilan, maka disebut sebagai ketuban pecah dini atau Prematur Rupture of Membran (PROM).

Penyebab ketuban pecah dini diantaranya:

  • Riwayat PROM sebelumnya.
  • Infeksi di serviks, rahim atau vagina.
  • Ketegangan pada kantong cairan amnion yang timbul dari bayi kembar atau bayi besar.
  • Operasi sebelumnya di rahim atau daerah serviks
  • Diet yang buruk.
  • Pola hidup prenatal yang buruk seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba, merokok.
  • Cacat dalam perkembangan rahim.
  • Infeksi bakteri.

Apa bahaya pecahnya selaput air ketuban?

Mengingat bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi, maka ciri-ciri air ketuban pecah selama kehamilan ini sangat penting segera diketahui dan dirawat dengan tepat.

Komplikasi yang mungkin terjadi ketika terlambat ditangani meliputi:

  • Keluarnya air ketuban pada trimester pertama dan kedua dapat menyebabkan keguguran atau lahir mati.
  • Menyebabkan masalah pada perkembangan organ tubuh bayi.
  • Infeksi, karena salah satu sistem pertahanan telah rusak.

Bagaimana kasus ketuban pecah dini ditangani?

Jenis pengobatan atau perawatan air ketuban pecah tergantung pada tahap kehamilan. Pertama, dokter akan melakukan tes untuk mengetahui apakah cairan yang bocor tersebut adalah cairan ketuban atau bukan. Jika dikonfirmasi sebagai cairan amnion, dokter akan segera melakukan manajemen terapi.

Jika diketahui bahwa bayi sudah cukup umur dan dinyatakan matang penuh, maka dokter akan mulai melakukan persalinan dalam waktu 48 jam setelah pecahnya air ketuban. Jika janin belum mencapai usia kehamilan penuh, dokter akan terus memantau perkembangan janin.

Alat-alat akan di pasang di perut bunda guna memantau detak jantung bayi dan kontraksi rahim. Jika sesuatu tampak tidak biasa, pengobatan tergantung pada usia kehamilan.

Air ketuban pecah sebelum minggu ke 24;

  • Masuk ke rumah sakit untuk pemantauan konstan.
  • Terlalu dini untuk melahirkan, dan ada kemungkinan keguguran.
  • Dokter akan terus memantau dan mendiskusikan pilihan terapi.

Air ketuban pecah di antara minggu ke 24 sampai 31;

  • Masuk ke rumah sakit.
  • Pengobatan dengan antibiotik.
  • Menyuntikkan steroid untuk membantu mengembangkan paru-paru bayi.
  • Persalinan bisa ditunda sampai minggu ke 33, namun bisa dilakukan lebih cepat jika perlu.

Cairan amnion pecah selama 32 dan 33 minggu;

  • Paru-paru bayi akan dipantau kematangannya.
  • Menyuntikkan steroid untuk mematangkan paru-paru bayi.
  • Pengobatan dengan antibiotik.
  • Umumnya bisa dilakukan persalinan pada periode ini.

Air ketuban pecah dari minggu ke 34 sampai taksiran persalinan;

  • Masuk ke rumah sakit untuk memantau bayi.
  • Pemberian antibiotik untuk mengobati mencegah infeksi.
  • Persalinan dapat dilakukan kapan saja setelah minggu ke 34.

Itulah informasi penting mengenai ciri-ciri air ketuban pecah yang sangat penting untuk segera dikenali, karena semakin cepat ditangani, maka hasilnya akan semakin baik.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Leaking amniotic fluid: Signs and what to do. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/322878.php)
Leaking Amniotic Fluid: How to Tell. Healthline. (https://www.healthline.com/health/pregnancy/leaking-amniotic-fluid)
What is amniotic fluid?. WebMD. (https://www.webmd.com/baby/qa/what-is-amniotic-fluid)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app