Ashwagandha: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Mei 14, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Waktu baca: 4 menit

Apa Anda pernah mendengar kata ashwagandha? Atau apakah Anda mengetahui apa itu ashwagandha? Bagi sebagian orang mungkin ashwagandha sudah tidak asing lagi karena tanaman ini sudah sejak dulu dijadikan sebagai herbal pengobatan. 

Akan tetapi, bagi Anda yang tidak tahu, sangatlah penting untuk mengetahui karakteristik herbal ashwagandha. Jadi, mari simak detil herbal ashwagandha di bawah ini.

Mengenai Ashwagandha

Ashwagandha merupakan tanaman kayu kecil yang memiliki akar cukup panjang. Daunnya berwarna hijau kekuningan, dan buahnya berwarna merah oranye.

Nama Ashwagandha berasal dari Bahasa Sanskerta yang merupakan gabungan dari kata ashva (kuda), dan gandha (bau). Akar ashwagandha yang beraroma kuat seperti bau kuda menjadi dasar nama tersebut.

Ashwagandha tumbuh di India, Timur Tengah, dan sebagian Afrika. Sudah sejak ribuan tahun yang lalu, ashwaganda dijadikan sebagai obat. Ashwagandha disebut pula sebagai ginseng India, dan digunakan pula pada pengobatan tradisional di Afrika.

Golongan

Obat atau suplemen herbal ashwagandha ini dijual bebas, namun lebih disarankan untuk mendiskusikan penggunaannya dengan dokter.

Kemasan

Ashwagandha dijadikan obat atau suplemen herbal berupa ekstrak tingtur (cairan), tablet, kapsul, dan bubuk.

Kandungan

Ashwagandha memiliki kandungan di antaranya withanolides, alkaloid, sitoindosida, withanone, dan withaferin.

Manfaat Ashwagandha

Ashwagandha memiliki banyak manfaat, namun belum ada informasi yang cukup untuk menilai efektivitas kegunaan ashwagandha.

Adapun manfaat ashwagandha, yaitu untuk radang sendi, kecemasan, insomnia, stres, tumor, tuberkulosis, asma, penyakit kulit, bronkitis, rematik, sakit punggung, kelumpuhan satu sisi, masalah menstruasi, parkinson, penyakit hati kronis, dan masalah kesuburan.

Ashwagandha juga digunakan untuk mengurangi efek samping dari obat kanker, dan skizofrenia. Selain itu, digunakan pula untuk mengurangi kolesterol, kadar lemak, dan gula dalam darah. Lalu, ashwagandha juga digunakan untuk mencegah efek penuaan, dan meningkatkan hasrat seksual.

Akan tetapi, masih diperlukan lebih banyak bukti untuk menilai efektivitas penggunaan ashwagandha ini.

Efek samping Ashwagandha

Ashwagandha aman bila dikonsumsi dalam jangka pendek. Akan tetapi, belum diketahui keamanan penggunaan ashwagandha dalam jangka panjang.

Mengonsumsi ashwagandha dalam dosis besar dapat menyebabkan efek samping, seperti sakit perut, diare, dan muntah.

Dosis Ashwagandha

Saat ini, belum ada informasi yang cukup dalam menentukan dosis yang tepat untuk ashwagandha. Akan tetapi, bubuk ashwagandha umumnya digunakan pada dosis harian sebanyak 120 mg hingga 2 g dalam kombinasi.

Terdapat pula dosis standar penggunaan ashwagandha untuk anak usia 6 hingga 12 tahun, yaitu sebesar 500 mg per hari, dan untuk 12 tahun ke atas yaitu sebesar 1.000 mg per hari.

Dosis ashwagandha yang tepat, tergantung pada beberapa faktor individu seperti usia, kesehatan, dan beberapa kondisi lainnya. Pastikan Anda mengikuti petunjuk pada label produk, dan berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunakan ashwagandha.

Interaksi Ashwagandha

Berhati-hatilah dalam penggunaan kombinasi obat berikut:

Ashwagandha dapat berinteraksi dengan obat-obatan yang mengurangi sistem kekebalan tubuh, seperti azathioprine (Imuran), basiliximab (Simulect), cyclosporine (Neoral, Sandimmune), daclizumab (Zenapax), muromonab-CD3 (OKT3, Orthoclone OKT3), mycophenolate (CellCept), tacrolimus (FK506, Prograf), sirolimus (Rapamune), prednisone (Deltasone, Oracoxic), corticosteroid, dan lainnya. 

Mengonsumsi ashwagandha bersama dengan obat-obatan yang mengurangi sistem kekebalan tubuh dapat menurunkan efektivitas obat-obatan tersebut karena ashwagandha dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Ashwagandha juga dapat berinteraksi dengan obat-obat penenang yang menyebabkan kantuk, seperti clonazepam (Klonopin), diazepam (Valium), lorazepam (Ativan), phenobarbital (Donnatal), zolpidem (Ambien), dan lainnya. 

Mengonsumsi ashwagandha bersama dengan obat penenang dapat menyebabkan kantuk berlebih karena ashwagandha juga dapat menyebabkan kantuk.

Ashwagandha dapat pula berinteraksi dengan pil hormon tiroid. Mengonsumsi ashwagandha dengan pil hormon tiroid dapat menyebabkan terlalu banyak hormon tiroid dalam tubuh karena ashwagandha dapat meningkatkan hormon tiroid yang diproduksi tubuh.

Perhatian

Jika Anda sedang hamil jangan gunakan ashwagandha karena dapat menyebabkan keguguran.

Jangan pula gunakan ashwagandha jika Anda menderita sakit perut karena ashwagandha dapat mengiritasi saluran pencernaan.

Jika Anda menderita diabetes, dan mengonsumsi ashwagandha pantaulah gula darah Anda dengan baik karena ashwagandha dapat menurunkan kadar gula darah sehingga menyebabkan kadar gula darah Anda menjadi rendah.

Ashwagandha juga dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lebih aktif sehingga dapat meningkatkan gejala penyakit autoimun. Jika Anda memiliki penyakit autoimun, hindarilah penggunaan ashwagandha.

Lalu, jika Anda memiliki tekanan darah rendah, ashwagandha harus digunakan dengan hati-hati. Ashwagandha dapat menurunkan tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan darah Anda menjadi sangat rendah.

Berhentilah minum ashwagandha 2 minggu sebelum operasi karena dikhawatirkan ashwagandha dapat memperlambat sistem saraf pusat, apalagi ditambah dengan anestesi dan obat-obatan lain.

Demikian berbagai hal mengenai herbal ashwagandha yang dapat Anda ketahui. Bila Anda teratrik atau memerlukan pengobatan dengan ashwagandha, konsultasikanlah pada dokter Anda. Hal tersebut dilakukan agar kondisi Anda selalu terpantau, dan Anda bisa mendapatkan manfaat penuh dari herbal ini.


7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kumar, P., Singh, R., Nazmi, A., Lakhanpal, D., Kataria, H., & Kaur, G. (2014). Glioprotective Effects of Ashwagandha Leaf Extract against Lead Induced Toxicity. Biomed Research International, 2014, 1-15. https://doi.org/10.1155/2014/182029. Hindawi. (https://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/182029/)
Ashwagandha Uses, Benefits & Dosage Herbal Database. Drugs.com. (https://www.drugs.com/npp/ashwagandha.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app