11 Obat Penyebab Keguguran yang Harus Dihindari

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 12, 2019 Waktu baca: 4 menit
11 Obat Penyebab Keguguran yang Harus Dihindari

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Wanita yang sedang hamil harus berhati-hati saat minum obat. Pasalnya, tidak semua jenis obat dinilai aman bagi ibu hamil.
  • Beberapa jenis obat diketahui dapat menyebabkan keguguran, cacat lahir, dan kelahiran prematur. Tidak baik juga bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan karena dapat mengurangi kesuburan.
  • Contoh obat yang dapat meningkatkan risiko keguguran antara lain antibiotik, antidepresan, obat antimalaria, obat darah tinggi, hingga obat pengencer darah.
  • Obat diuretik berfungsi untuk mengobati penumpukan cairan tubuh, tapi di sisi lain juga memicu dehidrasi dan kekeringan lendir serviks.
  • Ibu hamil dianjurkan untuk rutin memeriksakan kandungannya selama kehamilan. Beli paket pemeriksaan prenatal dan kehamilan di HDMall.

Wanita yang sedang hamil harus berhati-hati saat minum obat. Pasalnya, tidak semua jenis obat dinilai aman bagi ibu hamil. Terlebih, ada beberapa jenis obat yang ternyata dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran. Lantas, apa saja obat penyebab keguguran yang harus dihindari? 

11 Daftar Obat Penyebab Keguguran

Ada beberapa jenis obat yang tidak disarankan untuk ibu hamil karena beberapa di antaranya diketahui dapat menyebabkan keguguran, cacat lahir, dan kelahiran prematur. Obat-obatan seperti ini juga tidak baik digunakan oleh mereka yang sedang merencanakan kehamilan karena dapat mengurangi kesuburan.

Berikut ini daftar obat penyebab keguguran yang wajib dihindari oleh ibu hamil.

1. Antibiotik

Antibiotik diperlukan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Namun, Anda harus lebih hati-hati karena ada beberapa antibiotik tertentu yang dapat menyebabkan keguguran.

Antibiotik juga dapat menstimulasi pertumbuhan berlebih jamur vagina, yang bisa membuat lendir serviks 'memusuhi' sperma. Yang perlu diingat, tidak semua antibiotik seperti ini. Itulah kenapa antibiotik harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter, seperti golongan makrolida, aminoglikosida, dan fluoroquinolone.

2. Obat Antidepresan

Antidepresan merupakan obat penenang yang tentunya memiliki pengaruh terhadap hormon tubuh dan libido. Salah satu efeknya adalah meningkatkan kadar hormon prolaktin dan dapat menekan ovulasi. Antidepresan pada dosis tertentu dapat meningkatkan angka kejadian abortus.

Namun, menghentikan penggunaan antidepresan secara tiba-tiba juga bisa berbahaya. Maka dari itu, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan atau menghentikan penggunaan obat antidepresan.

3. Obat Anti-malaria

Contoh obat anti malaria yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil adalah plaquenil yang dapat membahayakan janin dalam kandungan dan bisa menyebabkan keguguran.

Baca juga: Makanan Penguat Kandungan untuk Cegah Keguguran

4. Obat Darah Tinggi

ACE Inhibitor dan Angiotensin Inhibitor adalah obat darah tinggi dapat menyebabkan risiko terjadinya kecacatan perkembangan janin hingga menjadi salah satu penyebab keguguran.

5. Obat Anti-pembekuan Darah

Konsumsi warfarin (coumadin) yang termasuk obat anti-pembekuan darah pada dosis tertentu dapat menyebabkan cacat lahir, kematian bayi, keguguran, dan kelahiran prematur.

6. Kortikosteroid (Cortisone dan Prednisone)

Obat kortikosteroid tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari obat minum (oral), suntik, dihirup, hingga krim atau salep. Obat kortikosteroid seperti cortisone dan prednisone dapat membantu mengurangi pembengkakan, kemerahan, dan gatal-gatal karena alergi, asma, dan radang sendi.

Wanita yang mengonsumsi obat ini dalam jangka pendek tidak akan melihat perubahan dalam kesuburan. Namun, karena kortikosteroid berhubungan erat dengan hormon kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, penggunaannya dalam jangka panjang dapat mengacaukan siklus menstruasi dan ovulasi. Kortikosteroid juga dapat menimbulkan risiko kelahiran prematur pada bayi.

7. Diuretik atau Pil Kencing

Diuretik adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati pembengkakan atau penumpukan cairan tubuh. Di sisi lain, obat ini juga dapat menyebabkan dehidrasi dan kekeringan lendir serviks.

Secara teori, diuretik berhubungan dengan penurunan volume plasma darah, penurunan cardiac output,dan perfusi utero placental. Penurunan perfusi dapat mengganggu kadar transportasi oksigen dari ibu ke janin. Namun, secara klinis beberapa obat diuretik tidak berbahaya bagi tubuh, seperti golongan hydroclorothiazide, triamterene dan amiloride.

Baca juga: 12 Tanda-tanda Hamil Tahap Awal

8. Obat Epilepsi

Obat yang digunakan pada pasien epilepsi umumnya bersifat teratogenik, artinya dapat menyebabkan cacat lahir seperti kelainan jantung bawaan, bibir sumbing, serta kelainan tabung saraf tulang belakang.

9. Isotretinoins

Isotretinoins umumnya digunakan untuk mengobati jerawat (Accutane, Amnesteem, Claravis, dan Sotret). Obat lain yang berhubungan dengan retinol (senyawa vitamin A), termasuk tretinoin topikal (Retin-A) dapat menyebabkan cacat lahir, kematian bayi, keguguran, dan persalinan prematur.

10. Obat Migrain

Obat migrain seperti imitrex, propranolol, ergots, dan triptan dipercaya memiliki efek samping pada ibu hamil. Ergots dapat membatasi aliran darah ke rahim yang dapat mengganggu implantasi. Sementara ini belum ada studi triptan pada manusia. Akan tetapi, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa obat ini dapat meningkatkan risiko keguguran.

11. OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)

Obat golongan antiinflamasi non steroid (OAINS) sering digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan, contohnya ibuprofen maupun asam mefenamat. Obat ini bekerja dengan cara memblokir prostaglandin yang diperlukan untuk ovulasi dan membuat lapisan rahim tidak cocok untuk implantasi sehingga dapat menyebabkan keguguran.

Untuk mengetahui aman atau tidaknya obat, telah dibuat pengelompokan keamanan obat pada kehamilan, yaitu kelompok A, B, C, D, dan X. Obat OAINS sendiri termasuk kategori aman, yaitu dalam golongan A dan B, sedangkan sisanya perlu perhatian khusus, termasuk di antaranya yang merupakan obat penyebab keguguran.

Baca juga: Tanda-tanda Keguguran pada Ibu Hamil

Perlu diperhatikan bahwa obat yang disebutkan di atas tidak selalu menyebabkan keguguran. Namun, efek minimalnya adalah meningkatkan risiko gagalnya kehamilan dan mencegah terjadinya kehamilan. Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan dokter tentang obat mana yang aman dan tidak aman dikonsumsi ibu hamil.


37 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Roca C. (2018). An evolution of labeling information for pregnant women: PLLR history and background. (https://www.fda.gov/files/advisory%20committees/published/An-Evolution-of-Labeling-Information-for-Pregnant-Women--PLLR-History.pdf)
Label: Primaquine phosphate — primaquine phosphate tablet, film coated. (2018). (https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=1bfbf4ae-81b8-4160-a00d-6322aadd4b59)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app