Yuk Cek, Vagina Anda Lebih Banyak Bakteri Baik atau Sebaliknya?

Dipublish tanggal: Jun 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit

Vagina adalah tempat hidup lebih dari 50 spesies bakteri, namun tak perlu merasa jijik karena bakteri-bakteri tersebut adalah bakteri baik yang menjaga vagina dari bakteri yang membahayakan. 

Apakah ada cara untuk mengetahui vagina Anda ditempati oleh bakteri baik atau bakteri jahat? Tentu saja. Oleh karena itu simak terus penjelasannya di bawah ini.

Tingkatan PH Vagina Menentukan jenis Bakteri di Vagina

PH tidak hanya ada pada air atau darah, ternyata juga ada pada vagina wanita. PH vagina penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan kesehatan vagina yang berkaitan dengan bakteri.

Kepala medis di Frisco Institute for Reproductive Medicine, dr. Rinku Metha mengatakan bahwa ketika vagina memiliki tingkat pH yang normal, maka pH vagina dapat melindungi Anda dari terjangkitnya infeksi.

Vagina yang sehat memiliki tingkat vagina 3,5 hingga 4,5. Jika pH vagina meningkat maka bakteri jahat akan berkembang biak dan menyebabkan tumbuhnya jamur pada vagina serta menimbulkan rasa gatal, iritasi, berbau.

Seorang ahli kesehatan seksual, Nina Helms mengatakan ada dua bakteri yang berperan untuk menjaga keseimbangan vagina yaitu Lactobacillus dan Corynebacterium. Kedua bakteri baik tersebut memproduksi antibiotik alami yang bernama bakteriosin untuk mengurangi masuknya bakteri lain ke vagina.

Penting untuk menjaga pH vagina tetap asam karena Lactobacillus dan Corynebacterium hidup di lingkungan vagina yang asam. Jika pH vagina naik, maka kedua bakteri tersebut akan mati, sementara keduanya bertugas untuk menekan pertumbuhan bakteri-bakteri jahat.

Bacterial vaginosis terjadi jika keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat terganggu.  Bakteri jahat penyebab bacterial vaginosis diantaranya gardnerella vaginalis, prevotella, peptostreptococcus, dan bacteroides.

Bacterial vaginosis dapat ditandai dengan keputihan yang berbau busuk, nyeri ketika buang air kecil, vagina gatal dan terjadi iritasi. Bacterial vaginosis juga terjadi pada wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 

Sebab lainnya dari bacterial vaginosis adalah melakukan vaginal douche yaitu membersihkan vagina menggunakan sejenis alat semprot.

Menjaga pH Vagina tetap eimbang

Untuk menjaga pH vagina gar tetap seimbang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan vagina dan memastikan bahwa bakteri baik masih hidup di sana.

Setelah buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB), basuhlah vagina menggunakan air bersih dari arah depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina, lalu keringkan menggunakan handuk, agar vagina tetap terjaga kelembabannya.

Mengeringkan vagina menggunakan tisu yang lembut juga diperbolehkan. Namun, jangan menggunakan tisu makan yang kasar untuk membersihkan vagina karena dapat menyebabkan iritasi di area vagina. 

Pastikan tidak ada serat-serat tisu yang menempel atau tertinggal di vagina karena bisa menjadi tempat bakteri dan jamur berkembang baik.

Ketika sedang dalam masa menstruasi, disarankan untuk menggunakan pembalut yang tidak mengandung pewangi. Jika darah menstruasi banyak keluar, maka Anda harus sering mengganti pembalut. 

Akan tetapi disarankan untuk mengganti pembalut setiap 4-6 jam pemakaian. Mengganti pembalut tepat waktu dapat meminimalisir bakteri jahat yang membahayakan vagina.

Pembersih Vagina

Membersihkan vagina cukup dengan menggunakan air hangat atau air bersih saja. Anda juga bisa menggunakan cairan pembersih kewanitaan sesekali namun jangan dalam jangka waktu yang lama. Dianjurkan untuk menggunakan pembersih vagina yang mengandung povidone-iodine.

Terdapat sebuah penelitian yang mengatakan bahwa kandungan povidone-iodine dalam pembersih kewanitaan mampu mengembalikan kadar flora normal di bagian vagina sehingga dapat membantu menjaga kadar pH vagina tetap dalam tingkat normal.


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app