Jaga Kesehatan Vagina dengan Menggunakan Kondom Saat Berhubungan Seks

Dipublish tanggal: Mei 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Jaga Kesehatan Vagina dengan Menggunakan Kondom Saat Berhubungan Seks

Berhubungan badan tanpa menggunakan kondom, dapat berakibat fatal. Karena bisa menimbulkan risiko seperti adanya penyakit menular seksual. Penyakit seksual itu pun lebih sering menyerang pada wanita seperti bacterial vaginosis maupun infeksi vagina yang lainnya. 

Terlebih lagi untuk pihak pria yang memiliki penyakit seksual, maka secara signifikan dapat meningkatkan perkembangan bakteri jahat, sehingga hal inilah yang menimbulkan vaginosis bakteri.

Vagina memiliki dua jenis bakteri, yaitu bakteri baik dan bakteri jahat yang berfungsi sebagai pengendalian pertumbuhan bakteri buruk. Apabila wanita terkena bacterial vaginosis, hal ini akan mengindikasikan apabila tidak terdapat keseimbangan bakteri yang terdapat di dalam vagina. 

Sedangkan pertumbuhan bakteri jahat pun jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan bakteri baik.

Vagina wanita akan dianggap sehat apabila mempunyai bakteri berupa L. Crispatus. Bakteri inilah yang memiliki fungsi sebagai penjaga PH vagina supaya dapat mencegah bakteri dan membantu produksi asam laktat

Serangan risiko terhadap bacterial vaginosis akan dapat diminimalisir apabila vagina memiliki kandungan berupa bakteri L. Crispatus.

Penyakit seks dapat terjadi apabila seorang wanita melakukan hubungan seks lebih dari satu orang. Bahkan untuk Anda yang sudah menggunakan KB Spiral maupun tidak aktif dalam hubungan seksual, Anda masih tetap bisa terserang penyakit bacterial vaginosis. 

Untuk mengetahui apakah Anda terserang bacterial vaginosis atau tidak yaitu sebagai berikut:

Merasa nyeri ketika berhubungan badan

Bacterial vaginosis yang menyerang bagian vagina akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri ketika sedang berhubungan badan dengan pasangan. Selain merasakan nyeri ketika berhubungan badan, maka wanita juga akan merasakan nyeri setelah berhubungan badan dengan pasangan. 

Ternyata tidak hanya itu saja, ciri-ciri serangan bacterial vaginosis juga bisa menyebabkan Anda merasa nyeri ketika sedang buang air kecil.

Vagina gatal

Iritasi yang ada sekitaran vagina dan vulva menimbulkan rasa gatal yang cukup menyakitkan. Iritasi maupun infeksi tersebut dapat menimbulkan bagian kulit yang ada di sekitar vulva menimbulkan peradangan dan kemerahan. 

Jika Anda mengalami hal ini, maka Anda harus mewaspadainya, jangan biarkan rasa gatal pada vagina semakin parah, bawalah ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Keputihan

Keputihan memang hal yang bisa terjadi bagi para wanita, namun jika keputihan tersebut menimbulkan aroma yang tidak sedap, memiliki warna abu-abu, kuning atau berwarna abu-abu. Sedangkan dari bacterial vaginosis yang mudah dikenali yaitu cairan keputihan tersebut memiliki tekstur encer.

Keputihan yang normal memiliki warna putih santan atau bening dan tidak meninggalkan bau yang menyengat. Namun jika Anda mengalami ciri-ciri yang tidak biasa pada keputihan pada umumnya, sebaiknya Anda membawanya ke dokter agar segera mendapatkan pemeriksaan dan penanganan.

Bakteri yang dapat menyerang vagina tersebut disebabkan karena aktivitas hubungan seksual yang terjadi secara tidak sehat. Termasuk tidak menggunakan kondom saat melakukannya. Terlalu sering bergonta-ganti pasangan pun juga menjadi penyebabnya juga. 

Untuk menghindari adanya serangan bakteri pada vagina, maka disarankan bagi Anda untuk tidak berganti-ganti pasangan serta selalu gunakan kondom ketika berhubungan badan.

Penggunaan kondom itulah yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran bakteri maupun meminimalisir terhadap serangan penyakit menular dari pasangan Anda.  Seorang wanita pun juga selalu dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pada bagian vagina nya. 

Melakukan perawatan dan pemeriksaan ke dokter adalah solusi yang dapat untuk Anda lakukan.


20 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Latex allergy. American College of Allergy, Asthma, and Immunology. http://acaai.org/allergies/types/skin-allergies/latex-allergy.
Stone KM, et al. Male condoms. http://www.uptodate.com/home.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app