Usus Redundant - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mar 22, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Ukuran perut yang kecil bukan berarti ukuran usus besarnya juga pendek. Faktanya, rata-rata manusia memiliki usus besar sepanjang 120-150 sentimeter (cm) di dalam rongga perutnya. Anda pasti tidak pernah membayangkannya, bukan?

Organ usus besar tidak memanjang ke samping tapi berliku-liku, sehingga bisa menempati rongga perut Anda. Namun, tahukah Anda bahwa ternyata ada orang yang memiliki ukuran usus besar yang lebih panjang dan tidak normal? Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan usus redundant.

Apa itu usus redundant?

Usus redundant disebut juga dengan usus berliku atau usus panjang. Usus redundant adalah keadaan dimana ukuran usus besar seseorang lebih panjang dan tidak normal.

Perpanjangan usus besar umumnya terjadi pada kolon desenden, yaitu bagian usus besar yang menurun. Usus redundant juga biasanya mempunyai loop atau putaran tambahan, sehingga menjadi lebih panjang.

Usus besar adalah bagian sistem pencernaan yang berfungsi untuk menyerap air dari sisa-sisa makanan sebelum dibuang lewat anus. Salah satu ujung usus besar menempel pada usus halus, sementara di ujung lainnya menempel pada rektum dan anus. 

Menurut World Journal of Gastroenterology, wanita cenderung memiliki usus yang lebih panjang daripada pria. Pada orang-orang yang mengalami usus redundant, proses pembuangan limbah dalam tubuh cenderung lebih lama, sehingga sering mengalami sembelit kronis.

Baca Juga: 8 Fungsi Usus Besar: Sekum, Kolon, dan Rektum

Mengenai usus redundant

Penyebab

Penyebab usus redundant umumnya terjadi karena faktor kelainan bawaan. Artinya, bila Anda memiliki anggota keluarga yang memiliki ukuran usus besar yang lebih panjang, maka Anda berisiko tinggi mengalami hal yang sama di kemudian hari.

Para ahli juga pernah menemukan kasus usus redundant, namun tidak diketahui penyebab pastinya. Usus besar juga bisa jadi lebih panjang dan memutar pada orang yang menjalani diet rendah serat, mengalami sembelit kronis, atau sering buang air besar.

Gejala

Sebagian besar orang dengan usus besar yang panjang cenderung tidak mengalami gejala apapun. Beberapa orang lainnya mengalami tanda dan gejala usus redundant berupa:

  • Perut kembung.
  • Sembelit.
  • Impaksi feses, yaitu kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rektum sehingga sulit dikeluarkan. 

Orang-orang dengan usus besar yang panjang juga berisiko tinggi mengalami volvulus kolon. Volvulus kolon adalah kondisi yang menyebabkan usus besar berputar atau terpelintir, sehingga aliran feses di usus besar jadi tidak lancar atau bahkan benar-benar terhenti. Hal ini dapat memicu obstruksi kolon dan satu-satunya cara harus diatasi dengan jalan operasi.

Selain pada kolon desenden, usus redundant juga bisa terjadi di kolon sigmoid. Kolon sigmoid adalah bagian dari usus besar berbentuk huruf S dan paling dekat dengan rektum. Ukuran kolon sigmoid yang terlalu panjang dapat menyebabkan volvulus sigmoid.

Gejala volvulus sigmoid meliputi:

Bila Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter guna memastikan penyebabnya. Pasalnya, kebanyakan orang tidak menyadari saat mengalami usus redundant.

Walaupun bukan kondisi darurat medis, memiliki ukuran usus besar yang panjang dapat meningkatkan masalah pencernaan. Segera kunjungi dokter bila Anda mengalami sakit perut yang parah, tidak bisa BAB selama lebih dari 3 hari, dan muntah berwarna kecokelatan seperti feses.

Pencegahan usus redundant

Sembelit adalah masalah utama yang muncul akibat ukuran usus besar yang panjang (usus redundant). Untuk mencegah sembelit sekaligus usus redundant, Anda bisa memperbanyak asupan serat dalam makanan sehari-hari.

Makanan tinggi serat dapat membantu merangsang usus besar untuk mengalirkan feses lebih cepat. Dengan begitu, proses buang air besar jadi lebih lancar dan mengurangi sembelit. 

Beragam makanan sumber serat yang baik meliputi:

  • Sayuran
  • Buah-buahan
  • Kacang-kacangan
  • Roti gandum

Memperbanyak minum air putih juga bisa melunakkan feses, sehingga proses buang air besar semakin lancar. Bila Anda masih mengalami sembelit, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter. Dokter mungkin akan meresepkan suplemen serat tambahan atau obat pencahar, sesuai dengan kondisi Anda.

Pengobatan usus redundant

Usus redundant tidak selalu membutuhkan pengobatan medis. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tetap bisa hidup normal tanpa memerlukan perawatan apapun.

Namun, jika gejala usus redundat tak kunjung membaik atau semakin parah, dokter akan melakukan pemeriksaan X-ray atau kolonoskopi guna memastikan gejalanya. Bila pasien tetap tidak bisa buang air besar, dokter dapat melakukan operasi untuk memotong area usus besar yang bermasalah.


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Barbara Bolen, PhD, Redundant colon (https://www.verywellhealth.com/tortuous-colon-and-ibs-4115904), 8 January 2020.
J Physiol, Redundant colon (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2988498/), 15 September 2010.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Bagaimana cara mengatasi BAB keras dan besar
Pertanyaan ini telah dijawab oleh seorang ahli medis
Buka di app