Toilet Duduk vs Toilet Jongkok, Mana Yang Lebih Sehat?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
Toilet Duduk vs Toilet Jongkok, Mana Yang Lebih Sehat?

Salah satu tujuan desain toilet modern atau toilet duduk adalah agar lebih nyaman dipakai. Namun sayang, rancangannya menuntut kita untuk BAB dalam posisi duduk.

Meski BAB dalam posisi ini dinilai lebih ‘beradab’, akan tetapi berbagai studi menunjukkan bahwa sejak mulanya, manusia sebenarnya dirancang untuk BAB dalam posisi jongkok. So, toilet duduk vs toilet jongkok, mana yang lebih sehat?

Dulunya kebanyakan toilet di rumah tangga dan WC umum di tanah air selalu memakai toilet jongkok. Namun belakangan, seiring berkembangnya zaman, tak sedikit hunian yang lebih memilih toilet duduk sebagai salah satu fasilitas modern dalam kamar mandinya.

Kalau tiap orang ditanya, lebih suka yang mana: toilet duduk atau jongkok, maka jawabannya pasti beragam, tergantung dari sudut pandangnya. Ada orang yang lebih menyukai toilet duduk karena lebih praktis, modern, dan tidak bikin lutut sakit.

Namun di sisi lain, ada yang tetap setia memilih toilet jongkok, dan salah satu alasannya adalah karena kulit tak perlu bersentuhan langsung dengan dudukan toilet yang biasanya sarat dengan kuman berbahaya.

Lalu, menurut para ahli, mana yang sebenarnya lebih sehat: toilet duduk atau toilet jongkok? Ternyata jawabannya cukup mengejutkan karena yang didapati lebih sehat adalah toilet jongkok. Kesimpulan ini diambil berdasarkan penelitian tahun 2003 yang melibatkan 28 partisipan sehat berumur 17-66 tahun.

Dalam studi tersebut, partisipan diminta BAB menggunakan 3 tipe toilet berbeda, yaitu model duduk standar dengan tinggi 41-42 cm, duduk pendek (31-32 cm), serta tipe jongkok.

Dari hasil analisa soal durasi waktu dan besarnya usaha yang diperlukan saat mengejan, BAB memakai toilet duduklah yang lebih lama dan butuh usaha lebih besar ketimbang toilet jongkok.

Soal ini para ahli kemudian menjelaskan alasannya:

1. Otot Puborectalis

Saat dalam posisi berdiri, usus besar sesungguhnya berada dalam kondisi tertekan ke atas karena otot puborectalis sedang menjaga agar feses tak sampai keluar sebelum waktunya. Ketika seseorang menggunakan toilet duduk, maka masih ada sebagian otot puborectalis tadi yang aktif, sehingga bukan tidak mungkin kalau proses BAB-nya tidak tuntas.

Lain halnya dengan posisi jongkok yang justru membuat otot tersebut pasif sama sekali. Pasifnya otot puborectalis tadi otomatis membuat proses BAB lebih lancar. Sekarang, sudah jelas bukan alasan kenapa beberapa orang sering merasa BAB-nya tidak tuntas?!

2. Sudut Anorektal

Selain itu, sudut anorektal (sudut yang terbentuk antara anus dan rektum) juga turut menentukan dalam hal ini. Saat duduk, jalur pembuangan jadi tertekuk sehingga menyulitkan feses untuk keluar. Lain halnya dengan posisi jongkok saat BAB yang membuat anus maupun usus berada dalam posisi lurus.

Karena itu, tak heran kalau beberapa dokter menyarankan pasien gangguan pencernaan atau yang ususnya bermasalah agar BAB sambil jongkok. Apalagi menurut beberapa ahli kesehatan, gangguan pencernaan seringkali bermula dari kebiasaan duduk maupun mengejan di toilet.

Hasil penelitian lain mendapati, semakin lama seseorang di WC, maka makin tinggi pula risikonya terkena wasir.

Lantas bagaimana sekarang untuk hunian yang sudah terlanjur menggunakan toilet duduk? Masak harus mengganti toilet duduknya dengan model jongkok

Tenang, Anda tak perlu seekstrim itu, cukup letakkan saja kursi pendek di bawah kaki saat BAB. Ketika kaki lebih tinggi posisinya ketimbang dubur, maka itu sudah menyerupai posisi jongkok sehingga memudahkan proses BAB.

Manfaat Toilet Jongkok Bagi Kesehatan

Jadi sudah jelas ya bahwa toilet duduk vs toilet jongkok dimenangkan oleh toilet jenis jongkok karena lebih banyak keunggulannya ketimbang toilet duduk. Lantas apa saja manfaat toilet jongkok selengkapnya? Berikut beberapa di antaranya:

1. Membuat Proses BAB Lebih Lancar, Cepat, dan Tuntas

Jika proses BAB-nya lancar dan semua kotoran benar-benar terbuang keluar dari tubuh, maka risiko ‘stagnasi fecal’ – penyebab kanker kolon, apendisitis (radang usus buntu) dan radang usus besar - dapat dicegah.

2. Melindungi Saraf di Sekitar Panggul

Beberapa syaraf penting di area panggul ini antara lain yang saraf mengontrol prostat, kandung kemih, dan rahim.

3. Memastikan Katup Ileosekal Benar-benar Tertutup

Faktanya, dalam posisi duduk biasa, katup yang memisahkan usus halus dan usus besar ini bisa saja terbuka sedikit. Jikalau hal ini sampai terjadi, maka ‘isi’ dalam usus besar bisa saja masuk serta mengontaminasi usus kecil.

4. Merilekskan Otot Puborectalis

Kondisi otot puborectalis yang rileks akan memperlancar proses BAB dan mencegah BAB keras.

5. Meminimalisir Risiko Mengejan Berlebihan Serta Ketegangan Otot

Tidak mengejan secara berlebihan dapat memperkecil risiko seseorang terkena hernia, divertikulitis (radang kantong usus besar), panggul turun (pelvic organ prolapse), bahkan juga dapat meminimalisir kemungkinan serangan jantung.

6. Membantu Proses Penyembuhan Hemoroid atau Wasir

Secara klinis, posisi jongkok saat BAB yang benar dapat mengurangi risiko wasir. Nah,  Bagi Anda yang sering terkena sakit pada dubur ini, sebaiknya mulai membiasakan diri BAB jongkok karena cara ini dapat menyembuhkannya tanpa obat-obatan.

7. Mencegah Apendisitis, Kolitis dan Penyakit Crohn

Jika BAB tuntas, maka takkan lagi ada stagnasi fecal (feses yang tertinggal di bagian bawah kolon). Dengan demikian takkan ada pula kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak dan menginfeksi jaringan otot sekitarnya.

8. Mencegah Konstipasi

Posisi jongkok sangat bermanfaat untuk melancarkan proses BAB sehingga dapat mencegah konstipasi dengan cara berikut:

  • BAB dalam posisi jongkok melibatkan pengaruh gaya gravitasi bumi, apalagi berat tubuh yang menekan paha membuat usus besar ‘diremas’ secara alami.
  • Seperti disinggung sebelumnya, jongkok dapat merilekskan otot puborectalis sehingga usus dan anus berada di jalur lurus. Lurusnya ‘jalan keluar’ feses inilah yang memudahkan proses pengosongan usus besar secara total.
  • Jongkok mengangkat sigmoid usus besar sehingga jalan masuk ke rektum terbuka.
  • Usus besar dilengkapi dengan 2 katup, ileosekal dan otot puborectalis. Posisi jongkok merangsang tertutupnya ileosekal (sehingga usus halus tak sampai terkontaminasi oleh isi dari kolon) sekaligus membuka otot puborectalis tadi.

9. Meminimalisir Gangguan Ginekologi

Posisi BAB jongkok juga akan mengurangi masalah kesehatan lainnya seperti endometriosis, histerektomi, panggul turun, rektokel, dan uterine fibroid (tumbuhnya sel abnormal di rahim).

10. Mencegah Otot Dasar Panggul Mengalami Stres

Kondisi otot dasar panggul yang sehat akan mengurangi risiko kerusakan saraf penyebab disfungsi seksual pada wanita.

11. Baik untuk Ibu Hamil

Posisi Jongkok saat BAB baik untuk ibu hamil karena tidak terlalu menekan rahim. Lebih dari itu, banyak jongkok menjelang masa persalinan juga bisa membantu melancarkan proses melahirkan secara normal.

Dampak Buruk Toilet Duduk

Kita sudah melihat paparan detil mengenai manfaat toilet jongkok. Sekarang saatnya menilik langsung apa saja dampak buruk dari toilet duduk itu? Dan mengapa Anda sebaiknya tidak meremehkan efek buruk tersebut, berikut penjelasannya:

1. Menyebabkan Konstipasi

Pihak NIH (National Institutes of Health) mendefinisikan konstipasi sebagai kondisi dimana BAB tidak rutin, terjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu. Dan percaya atau tidak, penyebab paling umum terjadinya konstipasi bukanlah makanan, melainkan akibat kebiasaan BAB sambil duduk.

Seperti yang disinggung sebelumnya, toilet duduk membuat anus dan usus tidak berada dalam 1 jalur lurus sehingga butuh usaha ekstra untuk mengejan.

2. Memicu Wasir

Wasir membuat pembuluh darah di anus dan rektum bawah bengkak serta meradang. Penyakit ini dapat diderita siapa saja, namun umumnya menyerang orang dewasa pada usia 50an.

Gejala wasir atau hemoroid adalah munculnya pendarahan, gatal, dan tidak nyaman saat BAB. Kalau seseorang selalu butuh usaha ekstra untuk mengejan saat BAB, maka bukan tidak mungkin ia bakal terkena wasir.

Baca Juga: Cara Tuntas Mengobati Ambeien (wasir atau Hemoroid).

3. Mempertinggi Risiko Gangguan Usus Besar

Jika feses dikeluar secara tuntas, maka tentunya usus besar berada dalam kondisi sehat yang maksimal. Lain halnya bila ada timbunan sisa feses dalam kolon, hal ini bisa memicu berbagai penyakit termasuk kanker kolon.

Apalagi timbunan kotoran dalam usus besar juga menghalangi tubuh menyerap semua nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.

4. Memperbesar Risiko Infeksi Saluran Kencing

Sama seperti BAB, kegiatan buang air kecil juga bisa tertahan (tak bisa keluar sepenuhnya) kalau dilakukan sambil duduk atau posisi ‘melayang’ di atas toilet. Tidak bersihnya saluran kemih dari urin inilah yang biasanya memicu infeksi saluran kencing.

Oleh sebab itu, khusus untuk kaum wanita, jongkoklah saat buang air kecil karena posisi ini membuat aliran urin lebih kencang dan mudah dikeluarkan.

5. Gangguan Otot Dasar Panggul

Sebuah penelitian pada tahun 2008 yang dilakukan Kaiser Permanente menyebutkan kalau 1/3 wanita menderita 1 atau lebih gangguan pelvis. Risiko gangguan inipun meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan, dan pasca melahirkan.

Meski gangguan pelvis seringkali diidap kaum wanita, namun pria juga bisa mengalaminya. Menurut laporan National Health and Nutrition Examination Survey, hampir 1 dari 5 pria usia 60an mengalaminya.

Gangguan otot dasar panggul baik pada pria maupun wanita biasanya muncul kalau otot dan saraf di area tersebut melemah atau rusak sehingga menyebabkan panggul turun, konstipasi, dan ketidaknyamanan saat buang air kecil.

Cara mencegahnya mudah saja, yakni dengan mengoreksi posisi saat buang air seperti yang disarankan tadi, yaitu dengan jongkok.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sikirov D. Comparison of straining during defecation in three positions: results and implications for human health. Digestive diseases and sciences 2003;48(7):1201-5. National Center for Biotechnology Information. (Accessed via: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12870773)
Does the Squatty Potty Actually Work?. Healthline. (Accessed via: https://www.healthline.com/health/does-the-squatty-potty-work)
Squatty Potty (Poop Stool): Does it Really Work?. WebMD. (Accessed via: https://www.webmd.com/digestive-disorders/squatty-potty-what-is#1)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app